Menginap di Hotel Riche Malang.” Itu jawaban saya buat beberapa teman dan followers (ciyeee followers 😛 ) saya di medsos yang bertanya, “Sewaktu liburan ke Malang kemarin nginepnya di hotel mana?” Xixixi, yup teman-teman, jadi waktu ke Malang sekitar dua-tiga mingguan lalu, saya sekeluarga menginap di hotel yang punya nama resmi Riche Heritage Hotel itu.

Waktu liburan ke Malang kemarin saya dan keluarga nginepnya di Hotel Riche Malang.

Tahu Hotel Riche dari mana?”

Mengapa milih nginep di Hotel Riche? Fasilitasnya apa aja dan deket mana aja? Deket enggak dari bandara atau stasiun atau lokasi wisata A, B, C, dll?

Pengen tahu? 😀

Well, sebelumya, saya tahu Hotel Riche ini karena dapat rekomendasi dari Ihwan, teman blogger yang saya kenal sejak zaman masih ngeblog ala-ala di platform Multiply dulu, yang kebetulan seorang kera ngalam alias Arek Malang.

Hotel Riche tampak depan.

Menginap di Hotel Riche saja,” saran Ihwan waktu itu, ketika dia tahu bahwa saya sekeluarga akan pergi ke Malang.

Maunya yang deket alun-alun Malang, supaya bisa ke alun-alun dengan jalan kaki aja,” kata saya.

Lha ya itu Hotel Riche Malang itu deket banget sama alun-alun,” katanya.

Iyakah? Dulu, kalau enggak salah, tahun dua ribu sembilan aku tuh pernah ke Malang, Wan. Nginepnya di hotel yang deket banget sama alun-alun. Tinggal nyeberang. Trus deket juga sama masjid, toko es krim yang lawas itu, toko buku, McD, tinggal jalan kaki semua. Tapi aku lupa nama hotelnya apaan,” cerita saya.

Hotel Riche ini ya deket tempat-tempat itu, Pril.”

Hooohh, ya, ya, baeklah.”

Selanjutnya, udah tahu donk ya? Saya memutuskan untuk booking kamar di hotel yang ternyata jaraknya beneran cuma ngesot doank dari alun-alun Kota Malang itu.

Ada cerita lucunya…

Mungkin ada yang nanya juga, “Mengapa sih harus memilih hotel yang lokasinya dekat alun-alun?”

Jadi, gini lho, teman-teman, sebenarnya tujuan awal saya ke Malang tuh bukan buat liburan yang kayak niat banget jalan-jalan gitu. Tujuan saya ke Malang sebenarnya cuma untuk bersilaturahmi dengan teman-teman dan saudara-saudara saya tinggal di Malang. Lagian ke Malang tuh rencana awalnya cuma dua malam saja, soalnya mau lanjut ke Surabaya (rumah orang tua saya) untuk menghadiri acara pernikahan adik saya.

Nah, saya cuma punya keinginan bertemu banyak orang di Malang, khususnya yang udah lama enggak bersua, termasuk Ihwan sekeluarga (FYI, istrinya Ihwan, Ivonie juga teman sejak zaman Multiply dulu). Selain itu, saya pengen lihat-lihat kota Malang saja, ngajakin anak dan suami duduk-duduk di alun-alun saat pagi atau sore hari, sambil kasi makan burung, sholat di masjid depan alun-alun, dll. Pokoknya menikmati tengah kota Malang lha. Itulah sebabnya, saya minta rekomendasi ke Ihwan kalau ada hotel yang deket sekali dengan alun-alun Malang, itu lebih baik.

Bangunan hotel yang bergaya  ala-ala Eropa tempoe doeloe.

Ketika Ihwan merekomendasikan Hotel Riche, saya tuh sebenarnya “agak curiga” kalau hotel ini tuh hotel yang sama dengan yang saya inapi tahun 2009 lalu (seperti yang udah saya sebutkan di atas). Flashback dikit ya. Waktu itu, saya masih gadis, bersama dengan beberapa teman, saya pergi ke Malang menghadiri pernikahan salah seorang teman. Nah, teman saya yang menikah kala itu tinggal di area Kauman, Malang. FYI, area Kauman ini deket banget dengan alun-alun Malang. Mungkin alun-alun Kota Malang itu juga lokasinya di Kauman (kayaknya lho).

Lobi hotel difoto dari area dalam.

Ketika event pernikahan itu, saya dan teman-teman menginap di sebuah hotel (yang tadi saya bilang lupa nama hotelnyanya ke Ihwan itu lho, di atas) tak jauh dari rumah teman saya dan alun-alun Kota Malang. Ukuran “tak jauh” tuh maksud saya tentu aja yang bisa ditempuh cuma dengan jalan kaki.

Seingat saya hotelnya waktu itu ya B aja sih, bahkan cenderung enggak ada bagus-bagusnya, xixixi. Bangunannya lawas ala-ala rumah yang dibangun sejak zaman Belanda gitu. Namun, alhamdulillah sih, saya dan teman-teman waktu itu enggak merasa angker yang gimana-gimana gitu. Cuma kurang nyaman aja ya karena kondisi hotelnya kayak kurang terawat gitu. Temboknya kusam, kotor, dll, tapi ya saat itu cuma hotel itu yang rate-nya terjangkau oleh saya dan teman-teman (sekaligus yang terdekat dari rumah teman yang punya hajat tadi), hehe. Seingat saya, kami patungan Rp. 80.000,-an untuk menyewa satu buah room yang lebih mirip dengan barak, di mana bed-nya itu kalau enggak 4 atau 5 biji gitu (maaf, lupa).

Penanda masuk ke hotel.

Walau saya lupa nama hotelnya, saya tetep inget sama posisi hotelnya. Pokoknya deket McD, deket toko es krim legendaris Toko Oen, trus kayaknya ada toko buku kecil juga gitu deh. Lalu, seberang depannya persis ada Sarinah dan sebelahan sama gereja plus masjid yang ada di depan alun-alun.

Namun, setelah lihat foto hotelnya dari internet (sebelumnya saya kan iseng dulu gitu nyari info hotelnya), nah, foto hotelnya tuh bangunannya bagus gitu. Berbeda dengan hotel yang saya maksud sebelumnya itu. Waktu itu ngliatin fotonya doank enggak baca lebih lanjut wkwkwk. Pokoknya, kalau lihat fotonya sih ya jelas berbeda dengan hotel yang saya inapi tahun 2009 dulu itu. Sehingga, saya berpikiran, “Ooo ternyata bukan hotel yang sama kayak waktu itu. Mungkin hotel baru yang deketan aja letaknya.” 

Namun, ternyataaa begitu sampai hotel yang dimaksud Si Ihwan, ya Hotel Riche ya hotel yang sama dengan waktu itu hahaha. “Lha, ini sih namanya mengenang masa muda nih kalau nginep sini,” celetuk saya.

Tentang Riche Heritage Hotel a.k.a Hotel Riche

Jadiiii, Hotel Riche pada tahun 2009 dengan sekarang, tahun 2020 (kalau diitung-itung wes 11 tahun, haha), beda jauh “penampakannya”, teman-teman. Tak tampak lagi wajah kumuhnya kayak dulu, karena pada tahun 2014 hotel ini direnovasi. Pantesan saya enggak mengenalinya lagi. Hanya ingat lokasinya yang sama persis.

Cafe Oey tampak dari depan hotel.

Hal yang terlihat menonjol perubahannya adalah bagian depan hotel (lobi) dan ruangan-ruangan di bagian tengah. Sedangkan bagian samping kanan kiri dan belakang yang berupa bangunan hotel yang lawas sepertinya tetap dipertahankan.

Kok tahu?”

Ya, soalnya saya masih mengenali kamar tempat saya menginap dulu 😀 .

Dulu aku nginepnya di kamar itu tuh, kayak barak, tempat tidurnya banyak. Trus mandinya di luar,” jelas saya ke suami sambil menunjuk sebuah kamar yang pada hari itu sepertinya tengah direnovasi, sebab saya melihat beberapa tukang sedang lalu lalang dan bekerja di sana.

Namun, meski bangunannya tetap lawas, saya melihat kamar-kamarnya kini jadi jauh lebih cantik. Taman yang dibangun di bagian belakang hotel juga berhasil memberi sentuhan asri. Lobi hotel kini menjadi semi terbuka dengan banyak gambar-gambar atau foto-foto berlatar belakang masa lalu (era kolonial).

Lobi hotel. Tampak meja resepsionis begitu masuk.

Ruang tamu untuk pengunjung hotel.

Begitu masuk lobi, kita akan mendapati semacam ruang tamu, tempat di mana pengunjung bisa duduk-duduk di sana atau menerima tamu. Tak jauh dari ruang tamu juga ada toilet umum yang cukup apik dan resik. Dari area lobi, tepat di tengah-tengah ada lorong yang tembus ke seacam ruang pertemuan/ aula gitu. Lewat lorong itu, kita bisa masuk ke area kamar-kamar hotelnya. Selain lorong yang di tengah, ada dua jalan masuk lainnya ke dalam bangunan hotel, pertama di dekat restoran, pintu lainnya di dekat toilet umum yang dekat lobi.

Lobinya homey banget.

BTW, FYI, waktu menginap di sana, saya mendapat informasi bahwa ternyata bangunan Hotel Riche merupakan salah satu cagar budaya di Kota Malang, lho. Ternyata, bangunan yang telah berdiri sejak tahun 1933 ini, dulu merupakan asrama Tentara Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda. Makanya, nama resmi hotelnya mengandung kata “Heritage” gitu, karena merupakan warisan (budaya) masa lalu. 

Lorong masuk ke area dalam hotel. Sepanjang jalan adalah kamar-kamar yang disewakan, sedangkan di ujung ada aula/ ruang pertemuan.

Penasaran dengan informasi tersebut, akhirnya saya coba googling lebih lanjut dan menemukan beberapa artikel terkait hotel yang beralamat di Jl. Basuki Rachmat No 1 ini. Jadi ceritanya, setelah sekian lama dijadikan asrama, pada tahun 1975, bangunan tersebut dibeli oleh seorang pengusaha keturunan Tionghoa bernama Oey Pek Hong dan diubah menjadi hotel.

Ooo pantesan di sebelah lobi ada restoran yang diberi nama Cafe Oey,” gumam saya.

Cafe Oey di sebelah lobi.

Yes, teman-teman, jadi di samping lobi persis, begitu masuk hotel kita akan menjumpai Cafe Oey ini. Cafe ini rupanya enggak cuma dikhususkan untuk tamu hotel, namun juga buat pengunjung umum yang mau menikmati makanan sambil bercengkerama dengan kolega atau keluarganya. Suasana tempoe doeloe di Cafe Oey emang asyik sih buat kumpul-kumpul atau sekadar bersantai menikmati secangkir kopi.

Banyak foto-foto dan hiasan yang menggambarkan Malang tempoe doeloe di cafe.

Jendela-jendela kaca besar yang begitu dibuka langsung menyatu dengan outdoor membuat suasana cafe jadi lebih terang.  Dekor cafe yang bernuansa putih biru ditambah meja bar dan foto-foto Malang tempoe dulu, membuat cafe ini menjadi salah satu daya tarik Hotel Riche. Juga, ketika malam datang, sinar lampu yang temaram dari lampu-lampu dengan desain ala-ala Eropa masa lampau, membuat cafe menjadi bernuansa romantis.

Area makan di Cafe Oey.

BTW lagi, katanya sih kalau malam hari juga ada semacam angkringan dan pertunjukan live music gitu di halaman parkir hotel. Namun dua malam saya menginap di sana kayaknya enggak ada. Mungkin karena dua malam itu hujan kali ya? Sepertinya, angkringannya baru ada pada hari saya check out dari hotel. Soalnya saya lihat siang itu ada beberapa petugas hotel tengah menata meja dan kursi di halaman hotel.

Meja bar di Cafe Oey.

Selain cafe, fasilitas lain yang bisa dinikmati oleh semua pengunjung hotel adalah Gayatri Spa. Ada beberapa jenis treatment yang bisa didapatkan di Gayatri Spa ini, mulai dari perawatan rambut hingga badan. Ada fasilitas massage juga kayaknya, cocok buat pengunjung hotel yang membutuhkan relaksasi, setelah sepanjang hari (mungkin) menjelajahi Kota Malang.

Gayatri Spa ada di bagian belakang hotel.

Sedangkan untuk kamar hotel, Hotel Riche ini memiliki sekitar 55 kamar dengan 4 jenis/ tipe room, yakni: Remo, Beskalan, Glipang, Gambuh (diambil dari nama-nama tarian tradisional yang terkenal di Malang). Sedangkan untuk harga/ rate-nya berkisar antara Rp. 90.000,00 – Rp. 570.000,00 tergantung tipe kamar dan fasilitas yang kita ambil. FYI, kalau mau nambah fasilitas sarapan atau bed tambahan juga bisa.

Oh iya, mungkin enggak terlihat dari depan hotel, namun sebenarnya Hotel Riche ini ada lantai duanya lho. Kalau naik ke lantai atas, pengunjung hotel bisa melihat beberapa bangunan lawas lainnya yang lokasinya bersebelahan dengan bangunan hotel ini. 

Cerita pengalaman menginap di Hotel Riche

Waktu itu, saya dan keluarga menginap dua malam di room tipe Beskalan yang sepertinya memang merupakan kamar jenis family room. Beskalan ini kapasitas kamarnya untuk 3 orang. Ada dua buah bed di kamar yang saya tempati, pertama ukuran single dan bed kedua ukurannya lebih besar. Nuansa Jawa tampak dari ornamen yang melapisi dinding di atas bed dan juga selimut yang bermotif batik. Sudah ada fasilitas AC juga di kamar ini.

Dua bed di kamar yang saya tempati.

Fasilitas di dalam kamar hotel.

Sebelum masuk kamar, kami disuguhi minuman seperti wedang uwuh gitu. Rasanya enak dan lumayan untuk menghangatkan badan, apalagi saya check in-nya malam hari dan kala itu sedang turun hujan. 

Welcome drink berupa wedang uwuh.

Untuk fasilitas lainnya, ada televisi, rak kecil, serta semacam bangku yang bisa berfungsi sebagai meja yang diletakkan persis di depan bed. Kemudian, ada juga cermin hias dan semacam lemari untuk menggantung/ meletakkan pakaian. Pihak hotel juga menyediakan dua botol air minum, sepasang sandal, juga tiga buah kain handuk yang sebelumnya dibentuk/ dihias sedemikian rupa trus diletakkan di atas bed saat pertama kali masuk kamar. Tak ketinggalan ada pula tiga buah bath kits dan sandal hotel.

Sandal hotel.

Sedangkan untuk sabun sekaligus shampoo, sudah tersedia di kamar mandi (lokasi kamar mandinya dalam kamar) dalam satu wadah gitu. Secara umum, kamar mandinya seperti kamar mandi rumahan gitu sih, jadi simple aja, namun fasilitas yang dibutuhkan untuk membersihkan diri sudah cukup lengkap. Ada hot water-nya juga, lho.

Suasana di kamar mandi hotel.

Kamar mandinya ini menyatu dengan (dudukan) toilet tapi karena bentuknya memanjang jadi posisinya agak berjauhan. Tersedia pula wastafel di dalam kamar mandi. Untuk fasilitas hot water-nya sesuai dengan yang dijanjikan. Sehingga, kalau mau mandi malam-malam pun enggak masalah, bisa memanfaatkan hot water-nya.

Bath kits dari hotel.

FYI, kamar tipe Beskalan yang saya tiduri itu lokasinya ada di bangunan bagian belakang. Sebelahnya ada Gayatri Spa dan depan persis, begitu kami membuka pintu, ada taman. Tak jauh dari kamar saya, dekat sisi lain taman, terdapat mushola. Pengunjung/ tamu hotel bisa sholat di sana.

Bagian favorit saya dari bangunan hotel ini adalah semacam selasar gitu, yang dilengkapi dengan teras-teras kecil tempat di mana pengunjung hotel bisa menikmati bangunan hotel yang kuno, sembari menatap taman yang asri. Sayangnya, di area taman enggak ada playground buat anak-anak. Seandainya ada fasilitas seperti ayunan atau perosotan mungkin akan lebih baik lagi buat pengunjung hotel yang membawa anak kecil 😀 .

Selasar di Hotel Riche.

Namun, secara umum, menginap di sana rasanya hommy banget, kayak serasa berada di rumah nenek (yang punya nenek tinggal di bangunan lawas juga 😀 ). Daaan, walaupun kesan oldiest dari bangunannya terasa kental, tapi enggak ada tuh kesan horor-horornya, hehe. Kalau malam bangunannya juga enggak gelap, karena semua lampu menyala terang. Para staf-nya juga cukup ramah melayani kebutuhan pengunjung hotel, khususnya staf di restorannya. Ceritanya, waktu itu, suami agak terlambat buat breakfast soalnya mesti ke dokter dulu (yeah, di Malang suami saya sempet agak ngedrop), tapi, kami masih diizinkan makan di sana walau udah lewat dari waktunya sarapan.

Taman yang cantik di bagian tengah hotel.

Oh iya, saat menginap di sana kami dapat fasilitas breakfast ya. Untuk fasilitas sarapan disediakan di Cafe Oey. Mungkin, karena bukan pas musim liburan, jadi banyak kamar kosong, sehingga breakfast-nya enggak prasmanan, melainkan kami diberi semacam kupon makan gitu.

Saya sekeluarga dapat 3 kupon makan. Ada tiga pilihan menu sarapan hari itu yakni soto ayam, nasi pecel, dan nasi goreng. Sedangkan, untuk minumannya ada pilihan teh, kopi, dan mineral water. Untuk waktunya, sarapan pagi di Hotel Riche dihidangkan dari pukul 06.00-09.00 WIB.

Soto ayam porsi jumbo.

Nasi goreng porsi besar.

Karena penasaran sama rasa makanannya saya pilih semua menunya, hehe. Tadinya, saya kepikiran buat nambah satu menu lagi (soalnya kan kami sekeluarga berempat), tapi ternyata porsi makanan yang disajikan cukup banyak, jadinya buat anak-anak porsinya saya bagi dua saja hehe.

Nasi pecel khas Jawa Timuran.

Untuk rasa makanannya sendiri lumayan cukup enak, lha. Buat kami yang lama enggak makan soto ayam (khas Jawa Timur) dan pecel, makanan yang dihidangkan oleh Hotel Riche cukup mengobati kerinduan kami akan masakan khas Jawa Timuran. Anak-anak juga saya lihat enggak bermasalah dengan rasa makanannya.

Setelah sarapan, paling enak kalau mau jalan-jalan lihat alun-alun, gereja, masjid, sekadar hunting foto di sana, belanja baju di Sarinah atau Ramayana atau mampir ke Gramedia (yeah, ternyata toko buku kecil yang saya sebut di atas sekarang jadi Gramedia – eh, atau sejak dulu emang Gramedia ya? Maaf, saya lupa). Sayangnya kami enggak bisa mampir Toko Oen, karena masih ragu kehalalan menunya, heuheuheu.

Yeah, pokoknya kalau niatnya ke Malang “cuma” ingin menikmati Kota Malangnya itu sendiri, menurut saya sudah paling pas deh kalau nginepnya di Hotel Riche ini. Soalnya dekat dengan banyak lokasi yang merupakan icon-icon-nya Kota Malang. Dari stasiun kereta api, bandara, dan Kota Batu juga enggak terlalu jauh. Selain itu, kita juga mendapatkan bonus berupa pengalaman merasakan suasana Malang tempoe doeloe karena bangunannya yang memang peninggalan era kolonial.

Foto di depan lobi hotel.

Buat teman-teman yang enggak cukup puas melihat foto-foto tentang hotel ini, bisa nonton video yang saya ambil waktu menginap di sana waktu itu ya:

Video pengalaman menginap di Hotel Riche Malang.

Kalau informasi dari saya belum jelas dan teman-teman masih penasaran dengan Hotel Riche Malang ini, silakan mengecek informasi lebih lengkapnya di:

Sedangkan, untuk alamat dan nomor telepon hotel:

Riche Heritage Hotel (Hotel Riche)

    • Jl. Basuki Rahmat No. 1, Klojen, Malang
    • Telepon: (+62341) 3255460.

Semoga cerita dan informasi tentang Hotel Riche Malang ini bermanfaat ya, khususnya buat teman-teman yang berencana berlibur ke Kota Malang dalam waktu dekat.

April Hamsa