“Ibu rumah tangga kan seharian di rumah aja. Nggak ngapa-ngapain.” Huhu, setiap mendengar kalimat itu rasanya pengen saya “hiiihh” aja tuh yang ngomong begitu. Padahal, kalau mau itung-itungan, sebenarnya, ibu rumah tangga itu layak digaji, lho.
Beruntung banget deh kalau di dalam keluarga, kita semua memiliki ibu yang menjalankan perannya dengan ikhlas. Nggak pernah sekalipun minta dibalas jasanya.
Namun, pernahkah kita berpikir mengapa, sih, kok, ibu kita bisa setulus merawat keluarganya?
Konstruksi stigma yang melekat pada ibu rumah tangga
Sebenarnya, banyak faktor yang mendasari seorang ibu rela berperan sebagai ibu rumah tangga. Namun, jujur, salah satu yang membuat saya kurang sreg adalah stigma bahwa memang sudah jadi kewajiban seorang ibu untuk melakukan peran pengasuhan/ perawatan keluarga. Bahkan, walaupun ibu tersebut bekerja di luar rumah, peran tersebut tetap saja melekat. Jadi, double perannya. Ya, bekerja, ya, mengurus rumah tangga. Tak jarang, seorang ibu yang sebelumnya bekerja di luar rumah mengalah untuk “kembali” ke rumah alias resign dari pekerjaannya.
Konstruksi stigma tersebut melekat selama bertahun-tahun, peran ibu rumah tangga dianggap biasa. Sayangnya, karena saking terlihat biasa saja, ibu rumah tangga acap kali tidak dihargai. Buktinya, masih banyak, lho, yang mengatakan kalau ibu rumah tangga yang seharian di rumah saja itu enggak ngapa-ngapain.
Apa betul ibu nggak ngapa-ngapain di rumah?
Bahkan, ada yang menuduh ibu yang di rumah saja itu kerjaannya cuma rebahan, nonton drakor, scroll sosmed melulu, dan cuma bisa menghabiskan uang suami. Hyaaahh!
Kenyataannya, meskipun berada di rumah saja, ibu tuh melakukan banyak aktivitas, lho. Sebut saja aktivitasnya seperti seperti membersihkan rumah, mengasuh anak, memasak, mencuci, sopir antar jemput anak sekolah, dll. Belum lagi kalau ada anggota keluarga sakit, ibu lah yang ketempuhan merawat si sakit ini.
Buat banyak ibu di dunia ini, waktu 24 jam pun rasanya kurang buat melakukan semua tugas-tugas itu. Bahkan, pekerja kantoran pun enggak ada yang bekerja selama itu setiap harinya. Ya, kan?
Ibu rumah tangga adalah pekerjaan (care work economy)
BTW, tahu nggak, sih, bahwa dalam konsep ekonomi, aktivitas ibu rumah tangga ini sebenarnya tergolong dalam kerja ekonomi perawatan (care work economy), lho. Konsep care work economy ini diperkenalkan oleh Organisasi Ketenagakerjaan Internasional atau International Labour Organization (ILO).
Care work economy adalah kegiatan perawatan personal baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai bagian dari kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia. Care work economy ini terdiri dari pekerjaan perawatan berbayar dan pekerjaan perawatan tidak berbayar. Ibu rumah tangga termasuk dalam pekerjaan perawatan tidak berbayar.
Lho, bagaimana bisa ibu rumah tangga disebut pekerjaan?
FYI, pada tahun 2013, standar statistik ketenagakerjaan internasional yang terkenal menetapkan bahwa perawatan yang tidak dibayar adalah pekerjaan. Maka, ibu rumah tangga pun merupakan pekerjaan.
Faktanya ibu rumah tangga melakukan banyak hal di rumah.
Kalau masih bingung, teman-teman bisa membayangkan jika ibu tidak ada di keluarga, lalu siapa yang akan melakukan peran-peran tersebut? Apakah akan diganti oleh pembantu rumah tangga atau baby sitter? Apakah kita sanggup membayar semua biayanya? Kira-kira berapa ya?
Okey, mari kita mencoba untuk me-Rupiah-kan semua kegiatan ibu rumah tangga sehari-hari dalam bentuk upah per bulan. Berikut gambarannya:
- Pengasuh anak: Rp. 6.000.000,-00
- Mentor belajar anak: Rp. 3.000.000,-00
- Koki: Rp. 5.000.000,-00
- Tukang cuci piring: Rp. 2.500.000,-00
- Tukang cuci baju: Rp. 2.000.000,-00
- Tukang seterika: Rp. 2.000.000,-00
- Sopir pribadi: Rp. 5.000.000,-00.
Aktivitas ibu rumah tangga cukup menguras tenaga.
Sebenarnya, masih banyak lagi yang bisa di-Rupiah-kan, cuma khawatir teman-teman kaget.
Namun, kita semua bisa menghitung sendiri kan, jika dijumlahkan berapa total upah atau gaji yang bisa didapatkan oleh seorang ibu rumah tangga? Jelas, lebih besar dari UMR di area Jabodetabek. Sementara, ibu rumah tangga melakukan semua pekerjaan itu dengan bayaran “ikhlas” semata.
Bahkan, sebenarnya, kalau seorang ibu rumah tangga mau lebih berdaya, si ibu ini bisa saja memilih melakukan semua pekerjaan itu di luar rumah. Contohnya, bisa menjadi pembantu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan domestik di rumah tangga lain atau bekerja sebagai guru les privat untuk anak lain atau menjadi sopir antar jemput sekolah anak orang lain.
Coba perhatikan, aktivitas maupun capeknya toh sama saja dengan yang dilakukan di rumah. Namun, bedanya kalau di luar rumah ibu mendapat upah, sedangkan jika di rumah, boro-boro digaji, mendapatkan apresiasi pun masih sulit. Menyedihkan bukan?
Pekerjaan ibu rumah tangga setara dengan pekerjaan lain
Nah, dengan mengetahui bahwa ibu rumah tangga merupakan pekerjaan, semoga teman-teman yang membaca postingan ini tidak lagi menuduh kalau ibu rumah tangga tuh nggak ngapa-ngapain yaa 😊. Mari kita anggap bahwa pekerjaan ibu rumah tangga itu setara dengan pekerjaan-pekerjaan lain yang kita kenal selama ini.
Pekerjaan ibu rumah tangga setara dengan pekerjaan lain.
Untuk menghargai seorang ibu rumah tangga, kita semua bisa melakukan beberapa langkah berikut:
- Pertama kita menyadari bahwa peran ibu sangat besar sebagai sebuah aktivitas bernilai produktif yang bisa dilakukan demi kesejahteraan keluarga, baik secara psikologis, fisik, dan sosial. Secara psikologis, contohnya ketika anak-anak merasa aman dan nyaman ketika sosok ibu berada di dekatnya. Contoh secara fisik, ketika rumah terlihat rapi dan bersih, berkat kerja keras ibu rumah tangga merawat rumah. Lalu, contoh secara sosial, ketika anggota keluarga lain misalnya ayah bisa lebih leluasa bepergian meninggalkan keluarga, karena ada sosok ibu rumah tangga yang bisa dipercaya menjaga anak-anak.
- Kita harus berani mengakui bahwa ketika sosok ibu rumah tangga tidak ada di rumah, maka bisa mengganggu semua kondisi, baik secara psikologis, fisik, sosial, bahkan dapat menurunkan produktivitas. Bayangkan, rumah yang jorok, membuat mood seluruh anggota keluarga terganggu, sehingga mempengaruhi perilaku dan aktivitas di luar rumah juga.
- Jangan membebankan semuanya kepada sosok ibu rumah tangga di keluarga kita. Jauhi stigma bahwa pekerjaan domestik dan mengasuh anak hanya pekerjaan ibu semata. Padahal, pekerjaan tersebut bisa dilakukan oleh siapa pun. Sesimple mencuci piring setelah makan, misalnya, bisa dilakukan oleh siapa saja kan di rumah? Nggak harus oleh ibu. Ini merupakan PR setiap keluarga, supaya mengajari anak-anaknya, tidak peduli gendernya apa, baik laki-laki maupun perempuan harus bisa menguasai basic life skill, seperti membersihkan rumah, memasak, dan aktivitas domestik lainnya. Begitu mereka dewasa, jangan lupa juga memberikan pemahaman bahwa tugas pengasuhan anak adalah tanggung jawab kedua orang tua. Bukan cuma ibu.
Pekerjaan domestik dan pengasuhan bukan hanya tugas ibu.
- Apabila ibu rumah tangga berkeinginan untuk lebih berdaya dan produktif di luar rumah, maka sebaiknya beri dukungan.
- Memberikan penghargaan kepada ibu rumah tangga. Minimal, tidak meremehkan pekerjaan ibu rumah tangga ini dan mengucapkan terima kasih.
- Kita juga bisa berperan aktif memberikan pengetahuan bahwa ibu rumah tangga itu juga pekerjaan kepada lingkungan terdekat kita.
Itulah beberapa contoh perbuatan yang bisa kita lakukan untuk menyetarakan pekerjaan ibu rumah tangga dengan pekerjaan lainnya di lingkup kecil kita sendiri.
Contoh-contoh di atas juga telah sesuai dengan kerangka 5R kerja ekonomi perawatan yang dikembangkan oleh ILO, yang terdiri dari:
- Reduce (pengakuan)
- Reduction (pengurangan)
- Redistribution (pembagian)
- Representation (perwakilan)
- Reward (penghargaan).
Berikanlah dukungan kepada ibu rumah tangga karena pekerjaan mereka sama pentingnya.
Tentu saja, harapannya, lingkungan yang lebih luas, baik itu di masyarakat, perusahaan, hingga pemerintah pun lebih bisa memperhatikan kesejahteraan para ibu rumah tangga.
Namun, sebelum melangkah ke scope yang lebih besar, yuk, kita mulai dulu dari diri sendiri dan keluarga untuk lebih menghargai peran seorang ibu rumah tangga.
Jadi, bagaimana, apakah teman-teman setuju kalau ibu rumah tangga layak digaji?
April Hamsa
Agak susah kalau mau mengukur kerja ibu rumah tangga yang luar biasa, merangkap banyak hal dan memang sangat berat. Boleh dibilang 24 jam dan tanpa jeda dalam satu minggu. Peran ayam untuk membantu dan memberikan bantuan jika memang dibutuhkan untuk membantu kerja dirumah
Setuju untuk mengajarkan anak-anak basic lifeskills.
Aku termasuk yang beruntung menikah dengan suami yang ga harus aku siapin selalu makanan di meja. Alhamdulillah, beliau juga membantu turun ke dapur dan malah masakannya selalu jadi favorit anak-anak.
Stigma Ibu rumahtangga yang “cuma” ini semoga ga menurun ke anak-anak.
Mereka kudu bisa menghargai dirinya dan memberikan “value” pada setiap pekerjaan yang dikerjakannya agar kita semua bangga ketika menyebut, “Saya seorang Ibu rumahtangga”.
makanya jangan meremehkan pekerjaan ibu rumah tangga ya, karena gak ada habisnya, dan butuh skill luarbiasa untuk manage waktu, tenaga, pikiran, dan mental
Setuju, Mbak, pekerjaan ibu rumah tangga memang butuh kemampuan luar biasa untuk bisa memanajemen waktu, tenaga, pikiran, dan mental. Kalaupun dikasih gaji, besarnya bisa berapa digit, tuh!
wahhh ini harus dibaca bagi mereka yang menyepelekan pekerjaan ibu rumah tangga wkwkw
ibu rumah tangga tuh ujuk tombak segalanya kok, iya kan? Tanpa ibu rumah tangga nggak akan ada anak yang sukses. Hmm makasih mba April. Aku bangga jadi ibu rumah tangga,
Setuju banget kalau bisa dikasih gaji 😅. Minimal diberi ucapan terima kasih sebagai penghargaan saja sudah senang ya.
Baru tahu kalau IRT sangat dihargai dan diakui oleh organisasi dunia sekelas ILO
Rincian biaya ibu rumah tangga gede ya mbk ternyata dan itu semua rasanya gak terbayarkan segede apapun. Karena ibu itu kerjanya mencakup semua segi kehiduoan dlm rumah tangga. Nggak terbatas banget. Jadi meskipun menjadi ibu rumah tangga itu adalah pekerjaan mulia.
Menjadi Ibu dalam Al-Qur’an memiliki tempat yang special dan pahala yang besar.
Semoga dengan mengingat ini, kita lebih bersemangat lagi dalam mengurus keluarga dengan penuh cinta.
Ibu rumah tangga juga harus diberikan dukungan agar keberadaannya tidak disepelekan dan disupport jika ingin lebih mengejar keinginannya, lebih berdaya
Sebenarnya post uang bulanan emang harusnya harus disisihkan untuk kebutuhan sang ibu, jadi suami harus sadar sih dengan hal ini
Aku suka gemas kalau ada yang nyepelein IRT karena bagaimanapun, mereka juga bekerja, lebih banyak malah. Kalau ada usulan buat digaji, emang kayanya harus sih. Yak mari kita dukung dan jangan lupa bantu apa pun agar tidak semua hal dikerjakan oleh Ibu
iya nih, kalau digaji berarti harus gaji jasa chef berpengalaman, mengasuh, jadi guru dadakan, buanyaak, yang penting kegiatan ibu rumah tangga harus diapresiasi
dan kadang, anggapan dari orang-orang itu terinternalisasi di benak para IRT itu sendiri. Sehingga tanpa orang lain mengaggap sepele pun, ternyata diri sendiri menganggap sepele. Perlu banget kemampuan menerima diri sebagai IRT dengan segala kekurangan dan KELEBIHANNYA.
Wah aku kalau digaji bisa berapa tuh, keliling dunia nanti dari gaji IRT heheheee… Tapi di rumah juga suamiku ikut andil dalam pekerjaan rumah sih. Tapi memang menarik sekali ketika kita berbicara tentang care economy yang mana bisa menghasilkan ya. Kakak iparku di Sydney sudah melakukan care economy ini, karena anaknya sudah dewasa dan ia membuka tempat penitipan anak di rumah.
Jadi ingat Ibu di rumah.. rasanya balas budi saja nggak cukup buat mengganti semua keringat yang beliau teteskan demi anak-anak dan keluarga. Duh jadi mellow begini 🥺
Iyaya, jadi kangen Ibu.
Rasanya kalau pulang ke rumah tuh masiii aja balik ke mode “anak” lagi. Memang menjadi Ibu rumah tangga jasanya sepanjang masa.
Aku malah bangga banget dengan para perempuan yg menjadi ibu, baik yg merawat anak drumah maupun sembari bekerja. Keduanya luarbiasa
Yang masih menyepelekan profesi ibu rumah tangga ayok kita jitak berjamaah. Kalau dirupiahkan, gaji ibu rumah tangga itu guedeee yaa, mau banget deh kalau digaji segitu, bisa buat jajan dan jalan2 keliling duniaaa
kalau aku setuju, masalahnya yang kasih gaji siapa? hehe. InsyaAllah kalau ibu bahagia semua keluarga di dalamnya pasti bahagia. Bahagia itu didapatkan dari ketenangan dari kecukupan dengan finansial keluarga juga ya Mbak April? hahah
Emang harusnya digaji sih, makanya nafkah untuk istri itu sebenarnya harus dipisahin. Kenyataannya banyak ibu rumah tangga yang justru mensupport perekonomian keluarga. Kadang-kadang malah semua yang didapat diberikan pada keluarga juga. Tapi mirisnya, masih banyak yang berpikiran ibu rumah tangga itu jobless, gak menghasilkan, dan malah ngabisin duit suami. Etdah…
Masalah ya kita masih hidup dalam culture patriarchy. Masih banyak ibu yang tidak rela anak lelakinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk membantu istrinya. Jadinya seperti lingkaran yang terus berulang. Kayaknya mulai dari generasi kita ini harus mendidih anak laki-lakinya turut mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Nah sebenernya perhargaannya gak selalu bs dibandingkan dengan nilai nominal tertentu ya, tampaknya pola pikir bahwa IRT tuh ga penting ya jd agak aneh ya… kerasa banget capeknya saat harus mengerjakan sendiri semua tugas rumah trus ga dipandang sebelah mata. Duh!!! T
Sedih aku kalo ada yg komen istriku ga kerja di rumah aja..bahkan ada IRT yg bilang ga kerja padahal kerjaan IRT 24jam non stop dan bebannya luar biasa bahkan tanpa apresiasi. Jadi suami harus sadar mau bantu2.
Jadi inget dosenku dlu cerita pas blio S3 di Inggris istrinya buka daycare di rumah dan pemghasilan istrinya tu jd penyelamat bgt karena beasiswa kan pas2an ya
Tapi memang, mengomunikasikan isu ini di tengah masyarakat yang masih kental patriarki adalah PR besar. Salah-salah malah dikira transaksional, padahal saya yakin maksudnya bukan demikian. Menghitung nilai ekonomi dari pekerjaan ibu rumah tangga adalah untuk menghargai. Tapi ya itu, ketika disalah-pahami jadi seolah-olah “lu jual gua beli.” Dan seberapa pantas “gaji” ibu rumah tangga, pasti tidak bisa dibikin standar semacam UMR karena akan sangat tergantung dengan kondisi daerah (baca : keluarga) masing-masing.
Pekerjaan ibu rumah tangga itu tak ada habisnya dan tak ada jam kerjanya ya. Sebaiknya orang rumah dididik untuk terbiasa membantu pekerjaan rumah agar ibu tidak kelelahan dan anak-anak terbiasa mandiri
Saya juga suka gemes kalau ibu rumah tangga yang seharian di rumah saja itu dianggap enggak ngapa-ngapain. Padahal bisa mengerjakan banyak hal dalam waktu hampir 24 jam, loh! Pekerjaan yang berulang dan kadang bisa bikin stres bagi sebagian perempuan. Semoga perempuan di rumah bisa dihargai lebih baik lagi yaaa…
Saya yang sekarang jadi Ibu Rumah Tangga, tapi sambilan jadi freelancer, jauh banget bedanya sama apa yang mama Rahimahullah dulu kerjakan. Saya sih masaknya sesekali (keknya lebih sering suami deh yang masak), nyuci pakai mesin cuci, nyetrika pun banyakan di laundry-atau gak-baju pas mau dipake aja, bersihkan rumah..okelah bisa.. (eh tapi kalau udah ekstrim lama ditinggal, seringnya panggil jasa bebersih), dahlah..gak kuku mau lanjutin magernya saya kek gimana.
Setuju aja siihh… Tapi siapa yg kuat bayar gaji segitu banyaknya heheheee… Pekerjaannya lintas profesi loh, mulai dari pekerja kasar hingga masuk tataran manajerial. Gede banget itu klo dikonversi ke rupiahm 🤣😁
Semoga semua anggota keluarga berkenan memberikan apresiasi kepada ibu rumahtangga yang telah melakukan begitu banyak pekerjaan untuk merawat rumah dan keluarga.
Mana coba yang berani bilang ibu rumah tangga itu nggak ngapa ngapain. Yuk jitak rame rame. Aku baru tahu lho klo irt masuk dalam care economy
Yuuk jitak rame -rame, Mbak hehehe.
Iya, suka miris aja kalau ada yang suka menyepelekan pekerjaan ibu rumah tangga. Padahal kalau dinilai pakai ukuran gaji, bisa dapat berapa digit tuh.
Iya yaa, ibu rumah tangga sering kali nggak dihargai dan dianggap santai-santai aja di rumah, Padahal mah jobdesknya banyak banget, kayaknya sehari 24 jam pun nggak cukup. Kalau digaji nggak akan bisa disebut nominalnya, pasti nggak terhingga.
Tapi kalau aku nanti jadi ibu rumah tangga, aku mau jadi kayak Jennifer Bachdim aja. Tetap slay urusin anak, tapi cuan jalan terus. hahaha aminin dulu aja.
Pentingnya memahami bahwa pekerjaan ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tanpa jeda sehingga terkadang membuat energi yang awalnya terang menyala menjadi redup tak tersisa. Namun penghargaan, ucapan terima kasih dan tentunya nafkah yang cukup semua itu akan senantiasa menyalakan kembali energi yang hampir redup.
Wajib banget si Ibu Rumah Tangga itu mendapatkan gaji besar, karena pekerjaannya banyak banget. Walau pada dasarnya seorang Ibu ikhlas dengan semua aktivitasnya, tetapi tetap harus mendapatkan penghargaan.
Yes. Dimulai dari pasangan itu sendiri kali ya. Kudu saling berbagi pekerjaan walau sebenarnya dalam Islam, justru laki-lakilah yang mengerjakan pekerjaan rumah. Semoga makin banyak yang lebih peduli sama IRT
jadi IRT itu stress diawalnya, biasanya ada ART ini gak ada sama sekali, pengeluaran harus irit dan ngurus keluarga itu bagai 24 jam tanpa henti hahaha… jadi kalau ada yang menyepelekan, hitung aja deh tenaga yang dikeluarkan. Sempat dulu kakak ipar ngomelin aku kenapa resign dll, aku sampaikan alasanku dll, kini dia udah gak rewel lagi.
Masih banyak ya orang yang menganggap bahwa ibu rumah tangga itu pengangguran. Apalagi di desa nih, ibu yang cuma di rumah gak kerja di luar rumah tuh namanya ibu pengacara (pengangguran cari acara), huhuhu. Masih mending ibu yang pergi ke sawah deh masih dianggap punya kerjaan. Jadi ya aku udah biasa sih dianggap pengangguran meski di rumah cuma numpang makan dan tidur, wkwkwk, padahal asline aku jadi blogger dan gak ada yang tahu
Biaya perawatan kesehatan mental mestinya ada ya buat ibu rumah tangga. Soalnya rawan setres, hihihi.
Setuju banget sih soal memberikan lifeskills pada anak-anak baik laki-laki maupun perempuan. Penting banget soalnya buat kehidupan mereka di masa depan.
Layak banget doooonggggg, kayanya pekerjaan ibu rumah tangga, emang pekerjaan yang nggak ada abisnyaaa.. selalu ada ajaaaaahhh. Bapak bapak sampe rumah pulang kerja bisa rebahan, ibu rumah tangga, rebahannya pas semua pekerjaan beres aja yaaaa.. wehehhee
Ibu madrasah pertama ya buat anak – anaknya. Jadi ingat kalau lagi ngajar pas kenalan ada yang bilang gini misal :” Saya April ibu rumah tangga ya aktivitas saya setiap hari biasa – biasa aja ” Ha ha ha biasanya saya suruh ganti lho, menjadi ,misal : ” Sayq April ibu rumah tangga dengan 2 anak yg hebat sehari hari saya biasa bangun jam..karena mau dpt angin subuh yg bisa menyehatkan badan dengan badan sehat saya bisa melakukan berbagai aktivitas dsb..dll
Siapaaa sini yang bilang IRT cuma rerbahan sama ngedrakorrr?? Sini ayuk ngopi bareng hahaha. Padahal jobdesc emak2 nih 24 jam lhooo. Yaps tergolong Care work economy ya kannn?
Dan kalau ngga ada sosok ibu rumah tangga kebayang gimana chaos-nya di rumah? tapi kita ngga bisa bekerja sendirian karena butuh support system juga ygy.
Wah yang suka bilang IRT enggak ngapa-ngapain dirumah suruh tuker posisi mba, selain kerja tanpa digaji IRT itu multitalenta loh sampai bisa giling cucian sambil gendong anak hehehe
Masya Allah, penting banget ya pekerjaan ibu rumah tangga itu dan memang layak untuk dibayar… Selama ini enggak pernah meremehkan ibu rumah tangga, irt di lingkungan saya keren-keren… Apalagi banyak yang sambil kerja juga, aduh salut deh…
Stigma ibu rumah tangga yang kerjaannya leyeh-leyeh di rumah ngabisin duit suami, ini kudu dicoret 😀 Ya boleh dong santai2 nonton tv dan lain2, kan IRT manusia biasa, lelah habis mengurus pekerjaan domestik dapur, sumur dan kasur, belum lagi anak-anak dan melayani suami. Duh, kayaknya ga akan ada suami manapun yang sanggup menggaji isterinya dengan gaji fantastis hahahah 😀
Ibu rumah tangga memang luar biasa.
Di saat semua keluarga tidur, Ibu sudah harus bangun dan menyelesaikan pekerjaan rumah yang bisa diselesaikan segera. Serasa setiap pekerjaan terus ada.
Semoga para Ibu mendapatkan 5R kerja ekonomi perawatan yang dikembangkan oleh ILO dari circle terdekatnya.
Aku pernah nulis soal seberapa layak gaji seorang ibu rumah tangga, dan muncul angka yang fantastis… jauuhh di atas pekerja kantoran. Orang bilang apa2 itu ya emang udah kewajibannya ga perlu pamrih, padahal, hiiihh… *speechless deh hahaha
Pekerjaan yang paling mahal bayarannya sampai gak ada yang mampu bayar. Keikhlasan ibu rumah tangga In Syaa Allah jadi bayaran pahala sangat besar dari Allah. Semoga semua IRT tidak lagi merasa rendah diri dan bisa optimal mengembangkan dirinya
Yg ngomong ibu rumah tangga cuma rebahan suruh cobain dulu aja sendiri hihihi, meskipun rebahan pasti kan otaknya mikir kerjaan apa yang harus dikerjain habis ini. Banyak juga ya jumlahnya pekerjaan ibu rumah tangga kalau dikoversi ke uang.
Peran Ibu Rumah Tangga adalah pekerjaan yang mulia dari sisi agama maupun dunia. Bahkan ulama” besar Islam seperti Imam Syafi’i lahir dan dibesarkan dalam naungan pendidikan seorang Ibu. Maka berbanggalah wahai setiap Ibu.
Ya seharusnya emang digaji
Lha wong yang dikerjakan sebanyak itu
Tapi kira-kira dengan jobdes sebanyak itu, berapa gaji yang pantas?
Sebenernya pekerjaan IRT itu jadi mudah dan menyenangkan tanpa hitung2an kalau orang2 disekitar IRT bisa menghargai pekerjaan IRT. Bukan merendahkan. Yg bikin kita uring2an kan karena banyak yg meremehkan IRT.. Hhh..
Setuju Pril, pekerjaan Ibu RT setara dengan pekerjaan lain bahkan tanpa ada jam istirahat yang pasti (iya gak sih) seperti layaknya pekerja kantoran. Jadi gajinya tak terhinggalah. Apalagi kalau anak masih kecil-kecil, super sibuk ya
Auto share artikel ini ke suami
Semoga setelah ini tidak ada lagi semua-semuanya bunda
Bunda juga manusia butuh sehat mentalnya demi anak anak
kalau digaji langsung kaya raya nih, karena harus gaji sebagai shef profesional, manager keuangan dan masih banyak lagi, ibu rumah tangga butuh diapresiasi dan diberi ruang untuk bertumbuh
Bener Mba, meskipun sudah kerja di luar kalau ada apa-apa di rumah telponnya duluan ke Ibunya. Terutama urusan bocils. Wkwk
Suami sering nyemangatin nyuruh kerja kantoran, tapi dengan gaji yang bisa menggantikan peranku di rumah. Agak sulit ya Wak..
Mengingat itung-itungannya ngurusin dan anter jemput anak 3 itu biayanya lumayann.
Ya sudah kurela jadi IRT sementara ini, sambil nunggu rezeki lainnya
Semoga banyak bapak-bapak yang baca tulisan ini agar makin mengapresiasi pekerjaan IRT yang tanpa digaji.
Paling ngga membuat bapak-bapak sadar, ngasih beberapa ratus ribu buat jajan ke istri itu udah bikin istri happy kok! Kalau istri happy, berkah mengalir, rumah adem ayem. Wkwk
Emang ada yg meremehkan pekerjaan ibu rumah tangga?
Kalau ada parah banget sih. Padahal, ga gampang jadi ibu rumah tangga itu. Ia harus menyelesaikan banyak pekerjaan bahkan sambil mengurus anak.
Apalagi yang udah biasa kerja langsung harus resign dan jadi Ibu Rumah Tangga, banyak yang kena Post Power Syndrom dan ngga mudah sembuhnya. Masih aja kena stigma IRT ngga kerja, kerjaannya rebahan. Sinii wooyyy 🤣
wah menarik bget artikelnya mba.
sebenernya bisa aja dicanangkan buat negara menanggung itu, buat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan warga kan, tapi realitanya masih jauh bget sepertinya haha
Dikira gampang jadi ibu rumah tangga… bayangin aja kalo bayar art udah berapa ini dikerjajn sendiri..
Makanya worthlah seorang istri itu kudu dimuliakan. apapun mintanya kabukin deh demi kedamaian isi rumah hihi
Itu kenapa di KTP ada pekerjaan dengan istilah Ibu Rumah Tangga, yang sebenarnya pekerjaan sangat mulia dan capeknya tak terhingga. Bayangin aja ya tiap hari selama 24 jam harus ketemu pekerjaan yang itu-itu lagi dan gak bisa cuti. Makanya suka heran dengan yang merendahkan pekerjaan IRT ini.
Pentingnya cari suami yang mengerti bahwa pekerjaan domestik tak hanya tugas istri tapi juga kewajiban suami ya..
Jadi IRT adalah pekerjaan yang kerap disepelekan namun inilah pekerjaan yang 24/7 tanpa dibayar sepeser pun . Respect sama IRT. Keep healthy!
Ya ampun mba April bikin kaget, buka awal artikel aku kirain itu foto mba april kalau di rumah 😉 btw memang ya jadi ibu rumah tangga tuh lelah banget 24 jam dalam 7 hari tanpa libur belum lagi urusan mental yang naik turun. Pokoknya semangat ya para Ibu rumah tangga….
Tulisan dan pandangan yang menarik nih Kak. Alhamdulillah beberapa waktu lalu Teddy pribadi juga merencanakan kalau suatu saat akan menikah dengan seorang gadis yang mana beliau sudah ada pekerjaan, Teddy akan usahakan memberikan ia gaji seperti saat ia bekerja dulu.
Karena bagaimana pun gadis itu sudah merelakan dan mengorbankan banyak hal untuk menemani Teddy nantinya, maka apresiasi itu perlu untuk dilakukan. Belum lagi seperti yang Kakak tuliskan dalam artikel, peran Ibu Rumah Tangga itu begitu banyak dan besar cakupannya. Jadi sudah tentu tidak boleh disepelekan.
Terima Kasih telah berbagi ya Kak.
Ibu rumah tangga layak banget digaji, secara pekerjaannya aja seabrek. Kalo suaminya ga bisa kasih gaji cukup, ya minimal dihargailah ma keluarganya
Banyak orang yang remeh dengan ibu rumah tangga, terlebih lagi dari ya, you know lah, Ibu mertua yang anaknya jadi ini dan itu. Sedangkan kita dipandang beban dengan hanya jadi IRT. Curhat dikit bun, ehehe. Padahal IRT itu punya tugas teramat sangat berat, dan berpengaruh pada cara anak berpikir dan tumbuh berkembang.
Ibu Rumah Tangga itu sbeneranya gak butuh gaji dalam bentuk fisik banget. Gajinya itu ya nafkah yang cukup yang tentunya akan digunakan juga untuk kebutuhan bersama. Yang paling penting lagi gaji dalam bentuk perhatian, kasih sayang dan kerjasama di antara semua anggota keluarga sehingga beban pekerjaan di rumah tak hanya ada di pundak ibu. Kalau udah begitu, yakin deh, udah berasa dpat gaji maksimal dan bikin happy
Setuju banget.. aku yang belum berkeluarga aja udah ngerasain capeknya. Mikirin masak apa tiap hari aja udah ribet bngt ya.. apalagi nanti kalo udah berkeluarga..
Warung yang buka 24 jam aja ga sesibuk Ibu. Dulu pas awal nikah (sampe sekarang), sering dijulidi sama orang katanya percuma sarjana, percuma pernah keluar negeri, tapi ujung-nya jadi IRT juga. Lha … kenapa emangnya gitu kan. Dulu sedih sih, sekarang udah bomat, padahal yang komen juga sama sama ibu-ibu
Iya, sering heran dengan yang komentar seperti itu, padahal sesama perempuan. Bukannya saling mendukung gitu yaaa.. Pekerjaan jadi IRT tuh malah kurasa yang paling berat di antara tugas2 lainnya loh.
pekerjaan seperti ibu rumah tangga di luar negeri digaji dengan layak loh, ya karena melakukan semua pekerjaan itu kan butuh tenaga dan waktu dan bikin capek. tapi sekarang kalau dibilang ibu rumah tangga di rumah gak kerja, selalu kujawab kerjaanku emang dari rumah wkwkw
Wahh pekerjaan IRT itu udah full lengkap banget sih, dari A-Z pun dikerjakan. Tapi aku dari kecil sudah diajarkan oleh ayah untuk bisa terus membantu ibu apapun itu, jadi ibu pun tidak merasa capek dengan pekerjaannya. Saling membantu lah dan mengurangi beban kerja yang terlalu banyak dirumah.
Kalau beneran ibu rumah tangga digaji, bisa-bisa nominalnya besar banget ya mbak. Salut dengan para ibu rumah tangga yang dulunya pernah menjadi wanita karir dan melepas semua itu demi memberi perhatian lebih kepada anak serta suami
Bener banget nih mom, kudengar-dengar pekerjaan yang berkaitan dengan rumah ini entah ART, nanny, tukang cuci piring gajinya lumayan lho. Tapi di indo sendiri malah disepelekan. Bahkan sering diaggap numpang hidup sma suami. Duh sebuah persepsi yang mengecilkan istri sekaligus ibu yang denga mati-matian kerja di rumah.
Sebelum menikah saya bekerja. Setelah punya anak saya memutuskan di rumah saja sambil mencari receh sebisanya. Alasannya karena saya tahu gaji merawat anak itu harus mahal agar input ke anak maksimal. Saya hitung benar nih, sisa dari gaji setelah dipotong biaya perjalanan dan makan serta gaji untuk yang mengasuh anak, sisanya tak sebanyak yang saya maui. dari situ saya sejak awal tahu harga menjadi ibu memang mahal. Syukur alhamdulillah suami tahu.
Kenapa tidak minta tolong ibu/ibu mertua untuk asuh anak karena prinsip saya beliau-beliau ini selayaknya menjalani hidup tenang, bukan berjibaku dengan kegiatan merawat anak.
Syukur alhamdulillah malah jadi blogger dari anak pra TK sampai mereka sudah remaja…
Artikel ini membuka perspektif baru tentang pentingnya peran ibu rumah tangga. Wacananya sangat menarik dan relevan dengan kondisi saat ini. Terima kasih sudah menyuarakan topik yang sering diabaikan namun sangat penting!