“Ibu rumah tangga kan seharian di rumah aja. Nggak ngapa-ngapain.” Huhu, setiap mendengar kalimat itu rasanya pengen saya “hiiihh” aja tuh yang ngomong begitu. Padahal, kalau mau itung-itungan, sebenarnya, ibu rumah tangga itu layak digaji, lho.

Beruntung banget deh kalau di dalam keluarga, kita semua memiliki ibu yang menjalankan perannya dengan ikhlas. Nggak pernah sekalipun minta dibalas jasanya.

Namun, pernahkah kita berpikir mengapa, sih, kok, ibu kita bisa setulus merawat keluarganya?

Konstruksi stigma yang melekat pada ibu rumah tangga

Sebenarnya, banyak faktor yang mendasari seorang ibu rela berperan sebagai ibu rumah tangga. Namun, jujur, salah satu yang membuat saya kurang sreg adalah stigma bahwa memang sudah jadi kewajiban seorang ibu untuk melakukan peran pengasuhan/ perawatan keluarga. Bahkan, walaupun ibu tersebut bekerja di luar rumah, peran tersebut tetap saja melekat. Jadi, double perannya. Ya, bekerja, ya, mengurus rumah tangga. Tak jarang, seorang ibu yang sebelumnya bekerja di luar rumah mengalah untuk “kembali” ke rumah alias resign dari pekerjaannya.

Konstruksi stigma tersebut melekat selama bertahun-tahun, peran ibu rumah tangga dianggap biasa. Sayangnya, karena saking terlihat biasa saja, ibu rumah tangga acap kali tidak dihargai. Buktinya, masih banyak, lho, yang mengatakan kalau ibu rumah tangga yang seharian di rumah saja itu enggak ngapa-ngapain.

Apa betul ibu  nggak ngapa-ngapain di rumah?

Bahkan, ada yang menuduh ibu yang di rumah saja itu kerjaannya cuma rebahan, nonton drakor, scroll sosmed melulu, dan cuma bisa menghabiskan uang suami. Hyaaahh!

Kenyataannya, meskipun berada di rumah saja, ibu tuh melakukan banyak aktivitas, lho. Sebut saja aktivitasnya seperti seperti membersihkan rumah, mengasuh anak, memasak, mencuci, sopir antar jemput anak sekolah, dll. Belum lagi kalau ada anggota keluarga sakit, ibu lah yang ketempuhan merawat si sakit ini.

Buat banyak ibu di dunia ini, waktu 24 jam pun rasanya kurang buat melakukan semua tugas-tugas itu. Bahkan, pekerja kantoran pun enggak ada yang bekerja selama itu setiap harinya. Ya, kan?

Ibu rumah tangga adalah pekerjaan (care work economy)

BTW, tahu nggak, sih, bahwa dalam konsep ekonomi, aktivitas ibu rumah tangga ini sebenarnya tergolong dalam kerja ekonomi perawatan (care work economy), lho. Konsep care work economy ini diperkenalkan oleh Organisasi Ketenagakerjaan Internasional atau International Labour Organization (ILO).

Care work economy adalah kegiatan perawatan personal baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai bagian dari kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia. Care work economy ini terdiri dari pekerjaan perawatan berbayar dan pekerjaan perawatan tidak berbayar.  Ibu rumah tangga termasuk dalam pekerjaan perawatan tidak berbayar.

Lho, bagaimana bisa ibu rumah tangga disebut pekerjaan?

FYI, pada tahun 2013, standar statistik ketenagakerjaan internasional yang terkenal menetapkan bahwa perawatan yang tidak dibayar adalah pekerjaan. Maka, ibu rumah tangga pun merupakan pekerjaan.

Faktanya ibu rumah tangga melakukan banyak hal di rumah.

Kalau masih bingung, teman-teman bisa membayangkan jika ibu tidak ada di keluarga, lalu siapa yang akan melakukan peran-peran tersebut? Apakah akan diganti oleh pembantu rumah tangga atau baby sitter? Apakah kita sanggup membayar semua biayanya? Kira-kira berapa ya?

Okey, mari kita mencoba untuk me-Rupiah-kan semua kegiatan ibu rumah tangga sehari-hari dalam bentuk upah per bulan. Berikut gambarannya:

  • Pengasuh anak: Rp. 6.000.000,-00
  • Mentor belajar anak: Rp. 3.000.000,-00
  • Koki: Rp. 5.000.000,-00
  • Tukang cuci piring: Rp. 2.500.000,-00
  • Tukang cuci baju: Rp. 2.000.000,-00
  • Tukang seterika: Rp. 2.000.000,-00
  • Sopir pribadi: Rp. 5.000.000,-00.

Aktivitas ibu rumah tangga cukup menguras tenaga.

Sebenarnya, masih banyak lagi yang bisa di-Rupiah-kan, cuma khawatir teman-teman kaget.

Namun, kita semua bisa menghitung sendiri kan, jika dijumlahkan berapa total upah atau gaji yang bisa didapatkan oleh seorang ibu rumah tangga? Jelas, lebih besar dari UMR di area Jabodetabek. Sementara, ibu rumah tangga melakukan semua pekerjaan itu dengan bayaran “ikhlas” semata.

Bahkan, sebenarnya, kalau seorang ibu rumah tangga mau lebih berdaya, si ibu ini bisa saja memilih melakukan semua pekerjaan itu di luar rumah. Contohnya, bisa menjadi pembantu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan domestik di rumah tangga lain atau bekerja sebagai guru les privat untuk anak lain atau menjadi sopir antar jemput sekolah anak orang lain.

Coba perhatikan, aktivitas maupun capeknya toh sama saja dengan yang dilakukan di rumah. Namun, bedanya kalau di luar rumah ibu mendapat upah, sedangkan jika di rumah, boro-boro digaji, mendapatkan apresiasi pun masih sulit. Menyedihkan bukan?

Pekerjaan ibu rumah tangga setara dengan pekerjaan lain

Nah, dengan mengetahui bahwa ibu rumah tangga merupakan pekerjaan, semoga teman-teman yang membaca postingan ini tidak lagi menuduh kalau ibu rumah tangga tuh nggak ngapa-ngapain yaa 😊. Mari kita anggap bahwa pekerjaan ibu rumah tangga itu setara dengan pekerjaan-pekerjaan lain yang kita kenal selama ini.

Ibu rumah tangga layak digaji.

Pekerjaan ibu rumah tangga setara dengan pekerjaan lain.

Untuk menghargai seorang ibu rumah tangga, kita semua bisa melakukan beberapa langkah berikut:

  • Pertama kita menyadari bahwa peran ibu sangat besar sebagai sebuah aktivitas bernilai produktif yang bisa dilakukan demi kesejahteraan keluarga, baik secara psikologis, fisik, dan sosial. Secara psikologis, contohnya ketika anak-anak merasa aman dan nyaman ketika sosok ibu berada di dekatnya. Contoh secara fisik, ketika rumah terlihat rapi dan bersih, berkat kerja keras ibu rumah tangga merawat rumah. Lalu, contoh secara sosial, ketika anggota keluarga lain misalnya ayah bisa lebih leluasa bepergian meninggalkan keluarga, karena ada sosok ibu rumah tangga yang bisa dipercaya menjaga anak-anak.
  • Kita harus berani mengakui bahwa ketika sosok ibu rumah tangga tidak ada di rumah, maka bisa mengganggu semua kondisi, baik secara psikologis, fisik, sosial, bahkan dapat menurunkan produktivitas. Bayangkan, rumah yang jorok, membuat mood seluruh anggota keluarga terganggu, sehingga mempengaruhi perilaku dan aktivitas di luar rumah juga.
  • Jangan membebankan semuanya kepada sosok ibu rumah tangga di keluarga kita. Jauhi stigma bahwa pekerjaan domestik dan mengasuh anak hanya pekerjaan ibu semata. Padahal, pekerjaan tersebut bisa dilakukan oleh siapa pun. Sesimple mencuci piring setelah makan, misalnya, bisa dilakukan oleh siapa saja kan di rumah? Nggak harus oleh ibu. Ini merupakan PR setiap keluarga, supaya mengajari anak-anaknya, tidak peduli gendernya apa, baik laki-laki maupun perempuan harus bisa menguasai basic life skill, seperti membersihkan rumah, memasak, dan aktivitas domestik lainnya. Begitu mereka dewasa, jangan lupa juga memberikan pemahaman bahwa tugas pengasuhan anak adalah tanggung jawab kedua orang tua. Bukan cuma ibu.

Pekerjaan domestik dan pengasuhan bukan hanya tugas ibu.
  • Apabila ibu rumah tangga berkeinginan untuk lebih berdaya dan produktif di luar rumah, maka sebaiknya beri dukungan.
  • Memberikan penghargaan kepada ibu rumah tangga. Minimal, tidak meremehkan pekerjaan ibu rumah tangga ini dan mengucapkan terima kasih.
  • Kita juga bisa berperan aktif memberikan pengetahuan bahwa ibu rumah tangga itu juga pekerjaan kepada lingkungan terdekat kita.

Itulah beberapa contoh perbuatan yang bisa kita lakukan untuk menyetarakan pekerjaan ibu rumah tangga dengan pekerjaan lainnya di lingkup kecil kita sendiri.

Contoh-contoh di atas juga telah sesuai dengan kerangka 5R kerja ekonomi perawatan yang dikembangkan oleh ILO, yang terdiri dari:

  • Reduce (pengakuan)
  • Reduction (pengurangan)
  • Redistribution (pembagian)
  • Representation (perwakilan)
  • Reward (penghargaan).

Berikanlah dukungan kepada ibu rumah tangga karena pekerjaan mereka sama pentingnya.

Tentu saja, harapannya, lingkungan yang lebih luas, baik itu di masyarakat, perusahaan, hingga pemerintah pun lebih bisa memperhatikan kesejahteraan para ibu rumah tangga.

Namun, sebelum melangkah ke scope yang lebih besar, yuk, kita mulai dulu dari diri sendiri dan keluarga untuk lebih menghargai peran seorang ibu rumah tangga.

Jadi, bagaimana, apakah teman-teman setuju kalau ibu rumah tangga layak digaji?

April Hamsa 

Categorized in: