Siapa yang suka makan di Imperial Kitchen & Dimsum? FYI, saya pertama kali mengenal restoran ini ketika ditraktir klien saat liputan sebagai blogger di bandara Soetta, hehe. Iyes, Imperial Kitchen & Dimsum ini cabangnya ternyata ada di mana-mana. Baru beberapa waktu lalu saya menyadari ada Imperial Kitchen & Dimsum juga di Depok Town Swuare alias Detos.
Yaaa, maklum, lama euy tak ngemall ke Detos. Banyak yang berubah. Eh, atau saya yang kurang memperhatikan hahaha. Soalnya, dulu, sebelum pandemi, kalau main ke Detos, saya lebih sering makan di Hokben atau Solaria atau di pujaseranya.
Imperial Kitchen & Dimsum di Detos, Depok.
Nah, beberapa waktu lalu (tepatnya tanggal 12 Juni), saya dan keluarga berbelanja sepatu sekolah anak-anak di Matahari Detos. Kebetulan udah selesai kan sekolahnya, mau kenaikan kelas, dan rencananya akan lebih sering offline, jadi butuh sepatu baru.
Yaaa, walaupun sepatu yang dibeli dua tahun sebelumnya sebenarnya masih bagus sih, tapi moro-moro wes enggak muat kabeh. Padahal, sepatunya jarang dipakai, kan sekolahnya di rumah. Namun, anaknya bertumbuh, telapak kakinya makin memanjang, hehe. Akhirnya mborong sepatu, deh #uhuuuks.
Nah, saat beli sepatu itu ternyata kami dapat bonus berupa promo pembelian kopi di Maxx Coffee yang lokasinya persis di depan pintu masuk mall persis. Saat mau ke kafe, ternyata anak-anak bilang kalau udah laper. Eh, di belakang Maxx Coffee ternyata ada Imperial Kitchen & Dimsum. Yawda, kami putuskan makan siang dulu, baru ngopi-ngopi di Maxx 😛 .
Begitu masuk ke resto yang konsepnya terbuka itu, kami pun segera duduk di salah satu bangku kosong yang berbatasan dengan Maxxy Coffee. Saya amati, Imperial Kitchen & Dimsum Detos ini resto-nya lumayan gedhe, sih. Dapurnya ada yang semi terbuka gitu, jadi bisa melihat chef-nya beraksi di dapur.
Scan dulu ya.
Mas-mas pelayan yang sudah melihat kami duduk kemudian memberi petunjuk untuk memesan makanan dengan cara scan kode QR yang ada di meja. Nah, setelah scan, nanti akan muncul menu restorannya di smartphone.
Kami pun kemudian memilih makanan dan minuman untuk kami nikmati. Oh iya, sebagai catatan, hari itu kami enggak memilih menu dimsum ya. Kami putuskan makan sayuran dan lauk biasa aja, kayak menu masakan rumahan, soalnya khawatir anak-anak enggak cocok, nanti siapa yang makan?
Menu yang muncul.
Saat itu soalnya saya dan suami (sampai sekarang) sedang diet, sehingga enggak mau makan terlalu banyak. Kami bahkan cuma memesan tiga porsi nasi aja, soalnya saya paruhan ma suami. Biar asupan karbo enggak terlalu banyak. Daaann, kan mau ngopi-ngopi yang bergula-gula, wkwkwk 😛 .
Yawda, akhirnya kami memesan sayuran cap cay. Kemudian untuk lauknya saya memesan udang goreng (maaf lupa persis nama lauknya). Trus, sebagai tambahan kami juga memesan sayap ayam goreng bawang putih. Untuk minumannya kami memesan es teh dan air mineral.
Saus dan peralatan makan muncul duluan.
BTW, sebelum pesanan datang, sepertinya restoran ini SOP-nya adalah menyajikan saus-saus dan peralatan makan terlebih dahulu (sumpit, sendok, garpu, dan piring). Sausnya sepertinya saus sambal tomat dan saus minyak cabe (chili oil bukan sih, sebutannya?).
Ternyataaa pemirsaaahh, karena kami cuma pesan tiga nasi, alhasil cuma dikasi tiga set peralatan makan wkwkwk. Jadi, sepertinya mereka melihat dari jumlah nasi yang di-order. Hmmm, sepertinya kalau minta piring dll satu lagi bisa kayaknya, namun yaweslah, toh saya bisa makan pakai mangkuk dan sumpit aja.
Anak-anak yang kelaparan setelah belanja.
Oh iya, satu lagi piring yang dikasi ke pelanggan tuh kecil bingit, kayak lepek kata orang Jawa. Apa sih bahasa Indonesia-nya “lepek” tuh? Yaaa,itulah pokoknya piring kecil.
Sepertinya, harapannya resto, pelanggan tuh makan dari mangkuk aja, kek orang Cina, gitu. Trus, piring kecilnya tadi dipakai untuk ambil sayur, lauk, dan dimsum. Kayaknya lho yaaa.
Satu porsi nasi.
Soal makanannya, komentar saya, nasinya pas kok untuk satu porsi. Anak-anak saya juga habis makan segitu. Cukup padet di mangkuk yang disajikan.
Cap cay.
Lalu, cap cay-nya, sayurnya masih terasa krenyes-krenyes. Terlihat warna-warni sayurnya yang cerah dan segar, menambah selera makan kami. Sayurannya terdiri dari wortel, pokcoy, dan brokoli putih.
Rasanya enggak terlalu asin, pas aja, sesuai selera saya. Kuahnya enggak terlalu banyak, jadi cuma kayak nyemek-nyemek, gitu (apa pula bahasa Indonesianya “nyemek-nyemek” sih? 😛 ). Lalu, potongan sayurnya cukup besar, sehingga memudahkan untuk dimakan pakai sumpit.
Udang goreng (maaf lupa nama menunya).
Kemudian untuk udangnya juga renyah. Udang ini disajikan dengan potongan cabe kecil-kecil, sehingga kalau bawa anak kecil, cabe-cabe ini disingkir-singkirin dulu, hehe. Udangnya cukup renyah tetapi enggak a lot ketika dikunyah. Anak-anak juga mudah kok memakannya.
Lalu soal sayap ayam gorengnya, hmmm, sebenarnya saya heran kenapa kok enggak sayap ayam utuh yaaa? Yang disajikan tuh bagian bonggol-bonggolnya itu aja, sedangkan bagian lipatan sayap “V”-nya enggak (yang ada kulit-kulitnya itu, lhooo). Hadeeeh, bisa dimengerti enggak ya kira-kira maksud saya? Wkwkwk, susyeeehh emang yeee,pakai bahasa tulisan 😛 .
Sayap ayam dengan bawang putih.
Namun, soal rasa, sayap ayam goreng Imperial Kitchen & Dimsum enak kok. Bawang putihnya terasa sekali. Oh ya, katanya ini salah satu menu kudapan yang best seller di resto ini.
Satu lagi yang saya suka adalah gelas es tehnya tuh gedhe, sehinga puas deh kalau minum es teh di Imperial Kitchen & Dimsum. Rasa manisnya juga pas sekali menurut lidah saya.
Selamat makan siaaaang!
Untuk makanan yang saya order, mohon maaf saya lupa total biayanya, namun sepertinya masih rentang antara Rp. 200-300 ribuan, deh. Waktu itu seingat saya udah foto struck-nya, namun enggak tahu kok file-nya kagak ada, jadi enggak bisa saya posting di dokumentasi deh. Gpp yaaa 😛 .
Mengenai harga, kalau enggak salah sih, untuik kisaran menu sayuran sepertinya Rp. 30-50 ribuan, sedangkan untuk menu lauknya, sepertinya Rp. 40-100 ribu ada kali yaaa? Duh, maafin, saya lupa. Udah kelamaan soalnya 😛 .
Secara umum, menurut saya Imperial Kitchen & Dimsum, terutama yang di Detos ini, oke buat makan bareng keluarga. Next, mungkin saya akan ke sini lagi untuk makan dimsumnya.
Es teh jumbo.
Oh iya, mereka mengklaim dimsum mereka halal karena sama sekali tidak menggunakan babi untuk bahan masakannya. Mereka hanya memakai ikan, daging ayam, dan sapi untuk bahan masakannya. Sayangnya, Imperial Kitchen & Dimsum ini emang belum mengantongi sertifikat Halal MUI. Maka, untuk teman-teman muslim yang masih ragu, ya monggo mencari resto lain yang sudah jelas ada logo Halal MUI-nya ya. Harapan saya sih, Imperial Kitchen & Dimsum segera mengurusnya, sehingga teman-teman muslim tidak khawatir lagi makan di sini.
Baca juga: Nostalgia Makan di D’Cost ITC Depok
Yaaa, begitulah teman-teman, sedikit cerita tentang makan siang bersama keluarga di Imperial Kitchen & Dimsum Detos, setelah belanja sepatu buat anak-anak, beberapa waktu lalu. Semoga membantu memberi informasi tentang Imperial Kitchen & Dimsum yaaa.
Lanjut ngopi di Maxx.
Setelah makan siang, kami pun geser dari Imperial Kitchen & Dimsum menuju Maxx Coffee untuk memanfaatkan promo beli satu kopi dapat satu kopi yang dikasi oleh Matahari 😀 #enggakaurugidotcom 😛 .
April Hamsa
Btw, kok aku blonjo nang Matahari ngga pernah dapat promo, yhaa.
tapi kalo kopi MAXX juga jarang sik di Sby.
koyoke cuma ada di marvell city mall, tapi embuh wis tutup opo ora.
akeh resto tutup nang SBy.
Haha iya nih mbak kemarin pas kebetulan dapat 2 kupon promo/ diskon 😀