Isi Piringku. Visual gizi seimbang berupa piring makan dengan pembagian porsi makanan berupa karbohidrat, buah, sayur, protein, dll ini, sepertinya enggak asing ya buat ibu-ibu dan bapak-bapak? Khususnya, orang tua yang concern banget terhadap tumbuh kembang anak-anaknya?

Yup, Isi Piringku ini telah menjadi panduan untuk para orang tua di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak-anaknya sejak 2014. Idealnya, makanan yang dinikmati anak-anak sehari-hari ya sesuai dengan anjuran Isi Piringku itu.

Sayangnya, tidak semua masyarakat Indonesia dapat membuat isi piring makan anaknya sesuai dengan Isi Piringku ini. Penyebabnya macam-macam sih, antara lain: pengetahuan yang kurang tentang kesehatan dan gizi, kesulitan ekonomi sehingga tidak mampu membeli makanan bergizi untuk anak, terbatasnya layanan kesehatan, dll.

Masalahnya adalah ketika kebutuhan gizi anak itu tidak terpenuhi maka akan terjadi masalah gizi yang terus berkelanjutan.

Masalah Gizi di Indonesia

Daaan, hal ini memang benar-benar terjadi di negara ini, masalah gizi anaknya sangat kompleks. Bahkan ada tiga masalah sekaligus yakni:

  • Stunting dan wasting
  • Overweight
  • Kekurangan zat gizi mikro, salah satunya penyebab anemia.

Acara Festival Isi Piringku dalam rangka Hari Gizi Nasional.

Hal tersebut saya ketahui ketika mengikuti “Festival Isi Piringku Anak Usia 4-6 Tahun: Membangun Generasi Sehat Melalui Edukasi Gizi Seimbang Sejak Dini” yang diselenggarakan Danone Indonesia tanggal 28 Februari lalu, dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional.

Video acara tersebut dapat teman-teman tonton di sini:

Video acara Festival Isi Piringku 2021.

Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan DR Dhian Dipo yang menjadi salah satu narasumber dalam acara yang diselenggarakan secara online itu mengatakan bahwa masalah gizi di Indonesia masih sangat tinggi angkanya, walaupun beberapa tahun terakhir menunjukkan tingkat prevelensi stunting yang menurun. FYI, datanya sebagai berikut:

  • Tahun 2013: 37,2%
  • Tahun 2018: 30,8%
  • Tahun 2019: 27,7%.

Dengan angka yang masih cukup tinggi tentu saja kampanye Isi Piringku ini masih akan terus-menerus didengungkan.

Ketua Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB, Prof. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, Msi (Prof. Anna) yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut menggarisbawahi masalah stunting yang menurutnya pada masa pandemi ini masih sama buruknya, Ditambah lagi kenyataan saat ini pandemi, dimana ibu hamil dan anak-anak makin susah mendapatkan akses makanan bergizi baik, salah satunya akibat daya beli yang menurun.

Kalaupun ada kesempatan mengkonsumsi makanan bernutrisi pun juga ada aja tantangannya. Seperti misalnya anak mengalami picky eater, anak susah makan karena masalah psikologi, anak menolak makan karena sakit, bosan dengan makanan atau suasana makannya, tidak suka makan sayur, dll. Kemudian, banyak orang tua yang kurang edukasi tentang gizi mengabaikan hal tersebut. Tentu saja hal-hal semacam itu akan memicu stunting juga.

Masalah gizi yang terjadi di Indonesia.

Padahal, menurut Prof. Anna, stunting (pendek) ini merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak yang jika dibiarkan dampaknya akan terasa dalam jangka panjang. Berikut adalah dampak stunting:

  • Dampak jangka pendek: Terganggunya perkembangan otak dan kecerdasan, terganggunya pertumbuhan fisik, terganggunya metabolisme tubuh.
  • Dampak jangka panjang: Menurunnya kemampuan kognitif, perkembangan fisik dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh (mudah sakit), berisiko mengalami penyakit degeneratif (diabetes, kegemukan, penyakit jantung, stroke, dan disabilitas usia tua).

Kesimpulannya adalah anak yang stunting, biasanya kualitas kecerdasannya akan rendah, kurang kreatif, sering sakit-sakitan, sehingga saat dewasa bisa kesulitan menjadi manusia produktif. Tak cukup hanya merugikan individu maupun keluarganya, anak yang stunting juga saat dewasa cenderung jadi beban negara.

Untuk itu, DR. Dhian Dipo maupun Prof. Anna mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah gizi ini, pemerintah tidak bisa sendirian. Maka, supaya masalah gizi ini lekas selesai, kolaborasi lintas sektor sangat penting. Baik dengan pemerintah, swasta, akademisi/ pendidik, dll.

Pentingnya Edukasi Isi Piringku

Salah satu caranya adalah dengan melakukan edukasi Isi Piringku kepada masyarakat secara terus menerus, agar masyarakat ingat, paham, dan melakukan tindakan perubahan terhadap pola makan keluarga (anak-anak).

Prof. Anna mengatakan bahwa untuk mengatasi hal ini maka perlu memperkenalkan anak-anak usia 4-6 tahun dengan makanan bergizi seimbang. Sayangnya, pedoman yang sudah ada, bahkan “Isi Piringku” sekalipun masih susah dipahami oleh anak-anak usia dini. Itulah sebabnya, sangat penting mengedukasi anak-anak dengan cara lain.

Edukasi Isi Piringku penting untuk anak usia dini.

Salah satunya seperti yang selama ini dilakukan oleh Danone Indonesia dan FEMA IPB yang berkolaborasi membuat beberapa media edukasi seperti:

  • Buku panduan Isi Piringku
  • Flip chart tentang Isi Piringku
  • Lagu Isi Piringku
  • Modul untuk guru PAUD
  • Media permainan anak, dll.

Tujuannya adalah untuk memudahkan anak-anak menangkap apa yang ada di program isi piringku, maupun gizi seimbang,” jelas Prof. Anna.

Dengan media seperti ini maka anak akan terekam dalam pikiran mereka kalau satu piring ini terdiri dari ini lho,” lanjut Prof. Anna.

Prof. Anna juga memberikan beberapa saran kepada orang tua dan guru dalam pemberian makanan anak-anak, antara lain:

  • Memberikan anak-anak makanan yang beraneka ragam, sesuai Isi Piringku.
  • Menggunakan alat permainan sebagai media pembelajaran gizi anak.
  • Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat baik di rumah maupun di sekolah.
  • Melakukan pengukuran tumbuh kembang secara rutin.
  • Mengajak anak-anak bergerak, seperti olahraga, dll.

Dengan begitu, Isi Piringku ini akan lebih gampang dicerna dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, baik oleh orang tua, guru, maupun anak-anak.

Edukasi Isi Piringku dapat dilakukan melalui beberapa media.

Ibu Lisnawati, S,Pd, salah satu pengajar di POS PAUD Cerdas binaan Danone Indonesia mengatakan bahwa edukasi Isi Piringku yang dilakukan oleh Danone dan FEMA IPB membuat guru lebih gampang memperkenalkan Isi Piringku ke anak-anak usia 4-6 tahun.

Lebih mudah melakukan edukasi isi piringku kepada anak maupun orang tua karena dapat buku modul Isi Piringku,” kata Ibu Lisnawati.

Ibu Lisnawati juga mengatakan dengan buku/ modul tersebut, guru-guru dapat lebih kreatif membuat sarana pembelajaran seperti alat peraga, media permainan, membuat aktivitas yang menarik keingintahuan anak tentang makanan, dll.

Alhamdulillah dengan mengikuti program ini kami sebagai guru makin bertambah ilmu, pengalaman, dan kemampuan untuk melakukan pembelajaran untuk anak dan ortu. Ortu juga tahu pola asuh anak dan gizi seimbang. Yang tadi enggak suka sayur atau buah kita kasi edukasi bahwa ini penting untuk ubuh kita, jadi suka sayur,” kata Ibu Lisnawati lagi.

Itulah sebabnya edukasi semacam ini penting ya? Apalagi buat anak-anak usia dini, agar ada perubahan perilaku ke arak positif dalam hal konsumsi makanan sehari-hari.

Harapannya, ketika anak-anak telah mengkonsumsi makanan sesuai Isi Piringku ini maka dapat membuat status gizi anak akan menjadi lebih baik. Hal ini juga diharapkan dapat mengubah lifestyle anak-anak, hingga dapat terbawa sampai mereka dewasa.

Apabila saat dewasa gizi anak baik maka mereka akan jadi orang tua (khususnya ibu) yang juga akan melahirkan anak-anak sehat. Anak-anak ini yang kelak akan menjadi sumber daya manusia yang potensila untuk membangun negara ini.

Festival Isi Piringku oleh Danone

Selain bekerja sama dengan FEMA IPB dalam edukasi gizi, Danone Indonesia juga menyelenggarakan Festival Isi Piringku.

Direktur Sustainable Development Danone Indonesia, Bapak Karyanto Wibowo mengatakan tahun ini Danone menyelenggarakan ‘Festival Isi Piringku Anak Usia 4-6 Tahun” secara nasional untuk turut memperingati Hari Gizi Nasional, dimana pada tahun ini anemia menjadi perhatian khusus.

Beberapa aktivitas yang dilakukan antara lain:

  • Lomba foto kreasi menu anak
  • Lomba kreativitas guru saat belajar daring
  • Lomba gerak dan lagu isi piringku.

Danone berkomitmen mendukung program pemerintah mengatasi stunting di Indonesia sesuai visinya one planet one health untuk menjaga manusia dan menjaga lingkungan. Bagaimana kita dengan makanan dan minuman membawa kesehatan sebanyak mungkin di Indonesia,” kata Bapak Karyanto Wibowo.

Beberapa acara dalam Festival Isi Piringku.

Bapak Karyanto Wibowo juga mengatakan bahwa kontribusi Danone ini juga dilatar belakangi:

  • Danone punya tenaga ahli yang bisa memberi kontribusi berupa edukasi gizi kepada masyarakat.
  • Danone memiliki produk yang bisa mengatasi masalah nutrisi, salah satunya yang baru saja dilaunching yakni “Produk SGM Eksplor Progress Maxx” yang diharapkan dapat mengatasi anemia.
  • Danone memiliki beberapa program terkait bagaimana mengatasi masalah gizi lewat makanan dan edukasi gizi, juga melalui pemberian akses terhadap sanitasi yang baik dan sehat untuk memutus mata rantai masalah gizi yang ada.

Festival Isi Piringku ini merupakan salah satu bagian dari kontribusi Danone berupa edukasi gizi, karena festival ini diharapkan dapat:

  • Mengingatkan guru, orang tua, dan anak tentang pentingnya gizi seimbang.
  • Membiasakan keluarga (anak-anak) mengkonsumsi makanan bergizi seimbang sejak dini.

Yes, karena makanan bergizi seimbang sangat penting untuk menghasilkan generasi masa depan yang berkualitas.

Jadi, teman-teman, khususnya para orang tua yang memiliki anak usia dini (4-6 tahun) yuk turut berpartisipasi memenuhi kebutuhan gizi anak sesuai pedoman Isi Piringku, supaya anak-anak kita juga jadi generasi berkualitas 🙂 . Soalnya, kita enggak bisa hanya mengandalkan pemerintah atau sekolah saja, justru orang tua lah yang perannya paling penting dalam hal ini 🙂 .

April Hamsa