Huhu, iya, moms. Jadi, memang, ternyata ada lho kaitan antara alergi susu sapi dengan stunting.

Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka kejadian alergi susu sapi sekitar 2,7-5%, dengan kasus tertinggi terjadi pada usia awal kehidupan. Kemudian, beberapa hasil studi terkini menyatakan bahwa ketidakcukupan asupan nutrisi pada anak yang alergi susu sapi dapat berpotensi menyebabkan stunting. Nanti, saya share datanya ya.

Data-data tersebut saya dapatkan ketika mengikuti webinar Bicara Gizi bertema “Ketahui Kaitan Anak Alergi Susu Sapi dengan Stunting” yang diselenggarakan oleh Danone Specialized Nutrition Indonesia pada tanggal 31 Mei lalu, dalam rangka memperingati Allergy Awareness Week 2023.

Beberapa narasumber yang memberikan pengetahuan maupun pengalaman seputar kaitan antara alergi susu sapi dengan stunting ini, antara lain:

  • Corporate Communication Director Danone Indonesia, Bapak Arif Mujahidin;
  • Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi, Dr. dr. Zahrah Hikmah, Sp.A(K);
  • Dokter Spesialis Anak dan Founder Tentang Anak dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, MPH (moderator).
  • Mominfluencer, Chacha Thaib.

Webinar Bicara Gizi yang membahas kaitan antara susu sapi dengan stunting.

“Dalam rangka memperingati Allergy Awareness Week, Danone SN Indonesia ingin memberikan kesadaran kepada orang tua mengenai efek jangka pendek dan jangka panjang alergi susu sapi yang harus ditanggapi dengan serius, karena jika diabaikan akan berpotensi menghambat tumbuh kembang anak, hingga berisiko stunting. Sebagai perusahaan yang berkecimpung di bidang nutrisi untuk anak, Danone SN Indonesia ingin terus berkontribusi melalui berbagai inisiatif dan kerja sama dengan banyak pihak termasuk pemerintah, pakar kesehatan, dan organisasi lain yang memiliki tujuan yang sama. Salah satu fokus kami adalah untuk turut serta menjawab tantangan pemenuhan nutrisi yang dihadapi ibu dan anak termasuk yang berkaitan dengan tumbuh kembang dan stunting. Kami percaya bahwa gizi memiliki peran penting untuk membawa perubahan positif pada kesehatan dan kualitas hidup manusia,” kata Bapak Arif Mujahidin.

Lalu, mengenai data-data penelitian yang saya maksud, dalam paparannya saat itu, Dr. dr. Zahrah Hikmah, Sp.A(K) mengatakan bahwa ada beberapa penelitian yang menyatakan hal-hal berikut ini:

  • Bahwa dari 430 pasien yang mengalami alergi susu sapi: 6%-nya mengalami gizi kurang, 9% stunting, dan 8% obesitas. Angka ini ditemukan pada saat mengeliminasi susu sapi, dibandingkan eliminasi makanan lain.
  • Lalu, dari 78 anak, didapatkan 5,4% anak mengalami stunting. Faktor yang berkaitan signifikan adalah eksim, alergi yang melalui IgE, atau campuran (anak dengan tipe alergi campuran juga lebih pendek).
  • Data lain menunjukkan prevalensi dari alergi susu sapi pada populasi: 5,4%, insidens 2,2%. Dari yang alergi susu sapi menunjukkan mengalami kurang gizi sebesar 15,1%, stunting 8,7%, dan perawakan pendek 23,9%.

Data yang menunjukkan kaitan alergi susu sapi dengan stunting.

Sangat penting memastikan anak benar-benar alergi susu sapi atau bukan

Berdasarkan data-data tersebut, memang kejadian stunting pada anak dapat terjadi apabila si anak alergi susu sapi atau makanan tertentu.

BTW, ngobrolin alergi susu sapi, saya jadi teringat kalau dulu anak kedua saya, Dema, tuh pernah diduga alergi susu sapi. Jadi, ceritanya, setelah Dema lahir, dia tuh enggak langsung pulang, melainkan dirawat beberapa hari di NICU. Karena tak bisa menyusui langsung, akhirnya saya pumping ASI atau menyusui langsung ketika jam anaknya boleh ditengok. Eh, ternyata pipinya ruam, donk.

Dokter kemudian mewanti-wanti supaya saya diet susu sapi dan turunannya dulu, huhu. Padahal, kalau saya minum susu sapi kan lumayan ya buat nambah-nambah kualitas ASI? Namun, yawdalah, demi keselamatan anak, saya coba diet susu sapi dulu.

Singkat cerita, setelah beberapa hari, saya mencoba minum susu sapi, eh, alhamdulillah Dema baik-baik aja. Ketika masa MPASI pun saya coba  campur makanannya dengan susu formula protein sapi tidak ada masalah. Setelah usia setahun minum susu UHT dari bahan protein sapi pun aman. Sampai sekarang alhamdulillah enggak pernah bruntusan lagi kalau minum susu sapi.

Yang menjadi tanda tanya sampai sekarang apakah saat itu Dema benar-benar alergi susu sapi?

Yeah, susu protein sapi atau susu sapi memang dikenal sebagai salah satu alergen atau pencetus alergi, sih. Namun, dari penjelasan Dr. dr. Zahrah Hikmah, Sp.A(K) saya jadi lebih paham agar enggak terburu-buru memvonis anak alergi susu sapi. Soalnya, kalau ternyata bukan alergi susu sapi, trus anak seumur hidup enggak mengkonsumsinya kan agak sayang ya? Kehilangan nutrisi dari protein hewani yang berasal dari susu sapi.

Anak alergi susu sapi berisiko stunting.

Jadi, sebenarnya yang dimaksud dengan alergi susu sapi itu apa, sih?

Menurut Dr. dr. Zahrah Hikmah, Sp.A(K) alergi susu sapi adalah reaksi yang tidak diinginkan yang diperantarai secara imunologis terhadap protein susu sapi. Reaksi-reaksi ini dapat diperantarai IgE tau non-IgE. Reaksi alergi yang diperantarai IgE cenderung memiliki manifestasi klinis yang lebih berat, memakan waktu lebih lama untuk sembuh tetapi lebih mudah mendiagnosisnya.

  • Angka kejadian dari kejadian alergi susu sapi adalah 0,5-7,5%
  • Kejadian ini berkurang dengan bertambahnya usia.
  • Manifestasi terbanyak berupa dermatitis atopik (35%).

Penyebabnya adalah alergen. Biasanya yang sering dicurigai memang susu protein sapi. Namun, sebenarnya allergen bukan hanya susu sapi, bisa juga makanan lain seperti kacang-kacangan, seafood, dll atau sesuatu yang bisa terhirup seperti tungau, kecoak, serbuk sari makanan, serpihan kulit binatang, jamur, dll.

Itulah sebabnya ketika anak diduga memiliki alergi, moms kudu benar-benar mengecek penyebabnya apa. Jangan main pukul rata, “Oh, anakku alergi susu sapi, nih.”

Gejala alergi susu sapi

“Saat anak minum susu sapi, sistem imun menganggapnya sebagai zat asing berbahaya, sehingga melepaskan zat kimia yang disebut histamin yang merupakan suatu zat kimia yang diproduksi saat tubuh alami alergi untuk melawannya. Fungsi dari histamin itu sendiri adalah untuk melindungi tubuh dari berbagai zat yang membahayakan, hal inilah yang menyebabkan timbulnya reaksi alergi. Anak dengan alergi susu sapi, perlu diperhatikan asupan nutrisinya agar tidak mengalami kekurangan nutrisi yang dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan. Berbagai kandungan nutrisi di dalam susu sapi, seperti protein, kalsium, kalium, vitamin B12, dan vitamin D, yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat diterima oleh anak alergi susu sapi, sehingga rentan terjadi malnutrisi. Jika alergi susu sapi pada anak tidak diatasi dengan baik, maka dapat berpotensi terjadi dampak yang berkepanjangan, dan diet eliminasi yang tidak tepat tanpa penggantian jenis makanan yang memadai dapat berpotensi stunting pada anak,” kata Dr. dr. Zahrah Hikmah, Sp.A(K).

Kalau alergi susu sapi biasanya gejala yang tampak adalah:

  • Saluran cernanya bermasalah, seperti terjadi diare (53%), kolik (27%);
  • Kulit mengalami urtikaria (18%) atau ruam karena dermatitis atopic (35%).
  • Saluran nafas juga mengalami asma (21%), rhinitis (20%).
  • Gejala umum yang lain seperti anafilaksis (11%) yang bisa mengancam nyawa.

Gejala alergi susu sapi.

Khususnya untuk gejala di saluran cerna, kita harus bisa membedakan apakah betul itu intoleransi laktosa atau penyebabnya adalah infeksi. Kata Dr. dr. Zahrah Hikmah, Sp.A(K) cara mendeteksinya dengan:

  1. Memperhatikan apa saja keluhannya, apakah ada eksim, pilek, batuk?
  2. Kemudian memperhatikan ciri gejalanya dengan memperhatikan, hal-hal berikut:
  • Berapa lama terjadinya.
  • Apakah sudah sering berulang dengan pemicu yang dicurigai sama?
  • Apakah ada keluarga inti (bapak, ibu, saudara kandung) yang punya riwayat alergi susu sapi?

Kemudian, kalau alergi itu biasanya meskipun anak batuk/ pilek tetapi tidak demam. Trus, gejala alerginya terjadi sepanjang hari, bukannya kalau siang lebih dominan dibandingkan waktu lainnya. Kalau batuk/ pilek pun riak/ ingusnya enggak berwarna/ tidak kental.

Saat kita yakin kalau penyebab gejala-gejala tersebut adalah alergi, maka segera cari pencetusnya.

Lakukan deteksi alergi susu sapi sejak dini jika muncul gejala.

Jangan sampai keliru mengetahui penyebabnya, karena kalau ujug-ujug menuduh susu sapi sebagai penyebabnya, kemudian menghindari susu sapi, khawatir nutrisi yang dikonsumsi anak enggak maksimal, sehingga mengakibatkan stunting. Hal ini sudah dijelaskan sesuai data-data penelitian yang saya bahas di atas tadi ya.

“Saat anak minum susu sapi, sistem imun menganggapnya sebagai zat asing berbahaya, sehingga melepaskan zat kimia yang disebut histamin yang merupakan suatu zat kimia yang diproduksi saat tubuh alami alergi untuk melawannya. Fungsi dari histamin itu sendiri adalah untuk melindungi tubuh dari berbagai zat yang membahayakan, hal inilah yang menyebabkan timbulnya reaksi alergi. Anak dengan alergi susu sapi, perlu diperhatikan asupan nutrisinya agar tidak mengalami kekurangan nutrisi yang dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan. Berbagai kandungan nutrisi di dalam susu sapi, seperti protein, kalsium, kalium, vitamin B12, dan vitamin D, yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat diterima oleh anak alergi susu sapi, sehingga rentan terjadi malnutrisi. Jika alergi susu sapi pada anak tidak diatasi dengan baik, maka dapat berpotensi terjadi dampak yang berkepanjangan, dan diet eliminasi yang tidak tepat tanpa penggantian jenis makanan yang memadai dapat berpotensi stunting pada anak,” kata Dr. dr. Zahrah Hikmah, Sp.A(K).

Tata laksana alergi susu sapi yang tepat bisa cegah stunting

“Saya kaget dan khawatir sekali ketika mulai muncul gejala alergi pada Binar setelah minum susu sapi. Khawatir akan mempengaruhi tumbuh kembangnya jika Binar mengalami kekurangan asupan nutrisi. Hal ini karena banyak makanan dan minuman yang mengandung susu sapi, bahkan tidak kita ketahui jika kita tidak membaca komposisi label makanannya. Awalnya banyak sekali yang belum saya ketahui, ternyata ada efek jangka panjang anak dengan alergi susu sapi yaitu bisa berpotensi stunting jika tidak segera ditangani. Untuk itu, langkah pertama yang saya lakukan adalah langsung berkonsultasi ke dokter. Saya menyadari bahwa alergi susu sapi dirasakan tidak hanya oleh anak, tapi juga orang tua dalam segi sosial maupun psikososial yang pada akhirnya sebagai ibu pasti mengusahakan yang terbaik untuk anaknya. Penting bagi ibu untuk memperbanyak referensi dari sumber terpercaya tentang alergi susu sapi dan selalu mengikuti anjuran dari dokter,” kata Chacha Thaib.

Ya, bagaimanapun juga, dampak stunting tidak boleh disepelekan. Stunting bisa memperlambat perkembangan otak dalam jangka panjang, memicu keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, serta memicu risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.

Dampak stunting sangat berbahaya.

Dr. dr. Zahrah Hikmah, Sp.A(K) juga menjelaskan tentang prinsip tata laksana alergi susu sapi, kurang lebih sama ya dengan yang sebelumnya, di mana setelah kita bisa mengidentifikasi penyebab alergi adalah susu sapi maka segera hindari makanan atau minuman yang mengandung protein susu sapi. Dalam kurun waktu ini kalau membeli makanan/ minuman kemasan di luar, sebaiknya teliti membaca label makanan ya, moms.

Tak ketinggalan pastikan nutrisi anak cukup. Anak mendapatkan jenis makanan/ minuman pengganti yang nutrisinya sama baiknya dengan susu sapi.

Yang lebih penting adalah konsultasi segera ke dokter spesialis anak. Dengan konsul dokter segera, kita bisa lebih mengetahui dengan pasti apakah anak alergi susu sapi atau enggak, Dokter juga bisa membantu/ mendampingi kita untuk memonitor status gizi anak.

Kalau misalnya moms kondisinya agak jauh dari dokter lalu mau tahu sendiri apakah penyebab alergi anak adalah susu sapi atau bukan, maka bisa melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

  • Lakukan diet eliminasi selama 3 minggu. Selama itu hindari dulu makanan atau minuman dari susu protein sapi.
  • Setelah anak terlihat membaik dalam 3 minggu, coba lakukan provokasi dengan memberikan anak susu sapi. Mengapa enggak boleh mengeliminasi terlalu lama? Soalnya khawatir akan terjadi risiko malnutrisi kalau terlalu lama  dipantang makanan tersebut.
  • Setelah diprovokasi ternyata alergi lagi, maka ya itulah penyebab dari alergi anak.
  • Kemudian, hindari lagi susu protein sapi selama 3-6 bulan tergantung reaksi alerginya.
  • Kalau curiga anak mengalami gangguan tumbuh kembang, maka segera kunjungi dokter.

Kembali lagi setelah 6 bulan eliminasi susu sapi, kita bisa melakukan upaya apakah anak sudah toleran atau belum terhadap susu sapi. Kalau ternyata saat dikasi susu sapi lagi anak masih alergi, maka asupan ASI/ susu mengikuti cara pemberian sebelumnya. Seperti kasus saya saat menyusui Dema dulu, kalau misalnya anaknya/ bayinya masih ASI ya ibunya diet susu sapi dulu. Kalau anaknya minum susu formula dan enggak bisa minum sufor dari bahan protein susu sapi makan bisa digantikan susu dari bahan lain. Sebaiknya sih konsul dokter dulu ya untuk memberikan minuman/ makanan pengganti ini.

Tata laksana alergi susu sapi yang benar akan cegah stunting.

Apabila anak masih bayi, seperti yang disebutkan Dr. dr. Zahrah Hikmah, Sp.A(K) tadi bahwa penting untuk melakukan monitoring pertumbuhan anak, caranya:

  • Pada enam bulan pertama lakukan monitoring berat badan, panjang badan, kepatuhan diet pada usia 1,2, dan 4 bulan.
  • Lalu, pada enak bulan kedua kehidupan lakukan evaluasi berat badan, panjang badan, serta kepatuhan pantang pada usia 6, 9, dan 12 bulan.
  • Setelah usia 1 tahun ke atas lakukan evaluasi pertumbuhan setiap 6-12 bulan.

Nah, kalau si anak sudah berumur di atas setahun, maka kondisinya lebih bagus, soalnya susu tidak lagi menjadi sumber gizi utama. Moms bisa lebih fokus pada makanan padat yang diberikan. Kalau susu bisa dicoba sesekali dinerikan untuk melihat barangkali si anak seiring usia sudah toleran terhadap susu sapi.

Itulah moms kaitan antara alergi susu sapi dengan stunting. Semoga setelah membaca postingan saya yang bersumber dari paparan materi webinar Bicara Gizi ini, para moms terutama yang anaknya alergi susu sapi enggak galau lagi ya.

Kalau boleh menyimpulkan kira-kira seperti ini:

  • Lakukan deteksi dini pada anak apabila muncul gejala alergi. Pastikan apa penyebab alerginya, apakah susu sapi atau yang lain.
  • Apabila penyebab alergi adalah susu sapi maka lakukan tata laksana alergi susu sapi.
  • Tata laksana alergi susu sapi yang tepat bisa mencegah stunting pada anak, karena dengan cara ini anak tetap bisa mendapatkan nutrisi yang terbaik. Apabila memang tidak bisa konsumsi susu sapi, maka bisa diberikan makanan/ minuman pengganti yang sesuai dengan kondisi anak dan sesuai rekomendasi dokter anak.

Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai alergi susu sapi dan penanganannya, moms juga bisa mengunduh aplikasi Tentang Anak (klik aja) atau mampir ke Instagramnya  @tentanganakofficial. Semoga info ini bermanfaat ya moms 😊 .

April Hamsa