Yuhuuu, kali ini saya mau bercerita mengenai pengalaman saya sekeluarga naik kereta api Jayabaya Kelas Eksekutif dari Jakarta ke Malang. Baru aja kami lakukan sekitar 2 minggu kemarin, tepatnya tanggal 25 Januari lalu. Saya rasa pengalaman tersebut penting untuk diabadikan di blog ini, mengingat ini pertama kalinya saya bawa anak-anak naik kereta api untuk bepergian ke kota yang lebih jauh dari Surabaya. Yeah, kalau naik kereta api dari Jakarta ke Surabaya sih, anak-anak udah cukup sering (FYI, Surabaya adalah rumah ortu saya alias mbah-nya anak-anak), baik naik kereta api kelas ekonomi, maupun kelas yang lebih wah di atasnya, hehe.

Gerbong kereta api Jayabaya kelas eksekutif dari Jakarta ke Malang.

Baca juga: Pengalaman Membawa Anak Traveling Naik Kereta Api Ekonomi dari Jakarta ke Surabaya

Sebenarnya, tujuan utama kami bepergian tuh bukan ke Malang, melainkan ke Surabaya untuk menghadiri pernikahan adik saya. Namun, saat dalam proses merencanakan perjalanan ke Surabaya kok kepikiran ya, gimana kalau muter dulu ke Malang? Mengingat kami butuh liburan, sisa cuti suami pada tahun lalu masih banyak, trus adik saya nikahnya saat mendekati weekend, jadi kayaknya masih ada waktu 2-3 hari lha yang bisa dimanfaatkan buat sekalian pelesir. Akhirnya, yawes kami putuskan ke Malang dulu, sebelum ke Surabaya.

Coba Yah, cek tiket kereta api atau pesawat!” Request saya ke suami.

Ke Malang?”

Yoaaaii ke Malang.”

Setelah menimbang-nimbang, kami putuskan berangkat naik kereta api aja, karena waktu itu harga tiket pesawat belum turun (padahal, seminggu kemudian eh tiket pesawat turun, hehe belum rezeki 😛 ). Oh iya, waktu itu kami pesan tiket keretanya pakai OTA si burung biru. Harga tiket kereta api Jayabaya jurusan Jakarta – Malang adalah sekitar IDR 370.000,00 per orang. Anak-anak udah agak gedhean, sehingga udah beli tiket sendiri-sendiri. Jadi, total harga tiket berempat sekitar 1,5 jutaan lha.

Drama dulu… 😛

Kami dapat jadwal berangkat dari Stasiun Pasar Senen Jakarta pukul 16.55 WIB dan sampai Stasiun Malang keesokan harinya (tanggal 26 Januari) pukul 06.43 WIB. Dengan jadwal seperti itu, suami saya udah mewanti-wanti minta untuk berangkat pukul 13.00 WIB, tapiiii saya kejebak hujan di Stasiun Bogor buat beli oleh-oleh khas Bogor dulu wekekek.

Pintu masuk ke ruang tunggu kereta api Jayabaya di Stasiun Pasar Senen.

Saat sampai Cilebut (Stasiun Cilebut tuh jaraknya cuma satu stasiun dari Stasiun Bogor) hujan jadi deres banget plus anak-anak belum makan. Jadi ya kasi makan anak-anak dulu, daripada mereka kelaperan di jalan. FYI, anak-anak kalau makan lama, jadi pikir saya mending makan lama di rumah, ketimbang makan suwe ra uwes-uwes di rumah makan mana gitu dekat stasiun.

Nanti masuk ke pintu 3 itu.

Kalau saya pribadi sih santuy soalnya kalau bepergian ke Stasiun Gondangdia (stasiun terdekat dengan Pasar Senen) seringnya cuma memakan waktu kira-kira 1,5 jam aja. Suami sempet mau mesen mobil online sampai Pasar Senen, namun perkiraan saya sih, untuk ke Stasiun Gondangdia masih sempet deh. Jadi, saya usulkan tetep naik Commuter Line (KRL) aja.

Check in. Jangan lupa siapkan tiket dan kartu identitas.

Nanti kalau ada banjir gimana? Kalau KRL gangguan gimana? Nanti kalau macet gimana? Bla bla bla.” Suami mulai ngomel-ngomel. Sementara bojone (saya), “Pak Pak, santuuuyy.” #dikeplak. Alhamdulillah sih enggak nelat (padahal dalam hati ya komat-kamit mudah-mudahan lancar jalannya 😛 ).

Akhirnya, kami baru berangkat dari rumah sekitar pukul 14.00 WIB, lebih dikit malah, wkwkwk 😛 . Sampai Gondangdia sekitar pukul 15.30 WIB lebih deh dan berhasil nyampek Pasar Senen sebelum waktu check in, xixixi.

Suasana Imlek di Stasiun Pasar Senen.

Begitu sampai Stasiun Pasar Senen, suami langsung ngeprint tiket. Sementara saya dan anak-anak nonton pertunjukan Barongsai (pas kebetulan tanggal 25 adalah Hari Imlek jadi ada atraksi Barongsai gitu). Sekitar pukul 16.00 WIB, kami pun check in. BTW, ini pengetahuan baru buat saya, soalnya kalau enggak keliru, biasanya kan hanya boleh check in setengah jam sebelum jadwal keberangkatan kan ya? Apa aturannya udah berubah ya? Soalnya kemarin ya lumayan beberapa menit nunggu di ruang tunggu. Suami malah masih sempet numpang sholat di mushola stasiun.

Anak-anak di ruang tunggu.

Tapi, yoweslah, malah seneng gitu, bisa check in lebih cepat dan bisa segera duduk di ruang tunggu 😀 . Dramanya teratasi xixixi. Gitu doank kok. Sedangkan, untuk keberangkatan, enggak ada kendala yang berarti. Kereta api Jayabaya-nya cukup on time dan anak-anak juga fine-fine aja. Soalnya, seperti biasa, sebelumnya anak-anak udah bolak-balik saya sounding kalau kami akan bepergian jauh naik kereta ke Malang 😀 .

Baca juga: Tips Membawa Balita Mudik dengan Kereta Api Ekonomi

Tentang kereta api eksekutif Jayabaya jurusan Jakarta-Malang

Ini sekadar info aja ya dari baca beberapa artikel seperti di Wikipedia, dll, supaya teman-teman yang mungkin berencana bepergian dari Jakarta ke Malang dan mungkin mau pakai kereta api ini punya gambaran seperti apa sih kereta api Jayabaya itu. Jadi, ternyata, susunan kereta api Jayabaya ini ada 10-12 gerbong. Susunan rangkaiannya bisa berubah sewaktu-waktu, namun yang pasti dibagi menjadi beberapa untuk kelas eksekutif dan sebagian lagi merupakan gerbong ekonomi plus. Lalu, selain gerbong penumpang, ada pula gerbong/ kereta makan.

Tiket kereta api Jayabaya kelas eksekutif.

Kereta api Jayabaya ini menggunakan jalur lintas utara, sehingga bisa menempuh perjalanan dalam waktu yang cukup singkat. Trus, kereta api ini juga diklaim ramah bagi penyandang disabilitas gitu (baca dari beberapa artikel ya). Kapasitas kursinya sebanyak 80 seats dan jaraknya lumayan enggak dempetan.

Sedangkan, rute yang dilewati oleh kereta api Jayabaya kelas eksekutif ini antara lain: 

Pasar Senen Jakarta – Karawang – Cikampek – Jatibarang – Cirebon Prujakan – Tegal – Pemalang – Pekalongan – Weleri – Semarang Poncol – Ngrombo – Randublatung – Cepu – Bojonegoro – Babat – Lamongan – Pasar Turi Surabaya – Gubeng Surabaya – Sidoarjo – Bangil – Lawang – Malang.

Review kereta api Jayabaya kelas eksekutif jurusan Jakarta-Malang

Ketika saya bepergian naik kereta api ini alhamdulillah jadwal keberangkatannya on time, yakni pukul 16.55 WIB dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Kami dapat tempat duduk di gerbong eksekutif nomor 1 dengan kursi 7C, 7D, 8C, dan 8D. Sengaja nyari yang depan belakang dengan harapan kursi bisa diputar. Tapi, kayaknya kursinya enggak bisa diputar deh. Eh, atau saya aja yang enggak ngerti gimana caranya ya hehe.

Suasana dalam gerbong kereta api Jayabaya.

First impression menaiki gerbong kereta api Jayabaya ini. Menurut saya keretanya cukup bersih ya? Bangkunya berpasangan gitu, dua-dua. Sudah tersedia bantal kecil di masing-masing kursi. Lalu, tersedia pula kantong-kantong plastik di sandaran kursi (mungkin buat antisipasi yang mabok perjalanan kali ya).

Kursi kami di kereta.

Oh iya, kelupaan, sempet ada insiden lucu juga pas naik kereta. Begitu sampai seat kami, ternyata udah ada sesebapak yang duduk di sana. Saya sempet suudzon kalau tiketnya kembar. Setelah saling mencocokkan kereta eh ternyata si bapaknya yang salah kursi. Fyuhhh… maapkan yeee PT KAI aye udah suudzon 😀 😛 .

Kursi kereta api yang cukup lega dan nyaman.

Balik lagi soal dalemnya kereta, kali ini  soal selimut. Sebelumnya saya mendengar “isu” kalau udah enggak ada pemberian selimut lagi di kereta eksekutif. Namun, ketika saya naik kereta saya sempat melihat tumpukan plastik-plastik berisi selimut diletakkan di kursi belakang. Tadinya berpikir, “Oh kayaknya disewakan.” Ternyata, alhamdulillah, masih dapat fasilitas selimut itu free selama di kereta. Cukup membantu melawan rasa dingin deh hehe. FYI, AC-nya dingin bangeeettt… apalagi saat malam. Namun, jelang pagi rasanya suhu udah berkurang sih dinginnya.

Selimutnya masih gratis kok.

Dema dan selimutnya. Enggak seberapa tebal sih, tapi lumayan.

Lalu, hal yang saya suka dari kereta api Jayabaya kelas eksekutif jurusan Jakarta-Malang ini adalah jarak antar bangkunya seperti yang tadi saya jelaskan, lumayan legaan. Trus, kursinya bisa disandarkan juga. Tersedia fasilitas untuk pijakan kaki, colokan, meja untuk makan yang dikeluarkan dari kursi, meja/ tatakan gelas dekat jendela, bagasi di atas bangku. Jendelanya juga saya suka, enggak terlalu kecil, namun juga enggak terlalu besar.

Kursinya bisa disandarkan.

Jendelanya enggak terlalu besar.

Khusus buat pijakan kaki, sebenarnya saya agak bingung haha. Waktu itu pijakannya hanya bisa dikebawahin kalau kita injak aja. Namun, kudu ditahan gitu. Kalau enggak ditahan, pijakannya balik lagi ke atas. Enggak tahu deh. Mungkin juga karena saya yang enggak tahu cara membuatnya tetep jadi pijakan tanpa saya injak (bisa dipahami enggak ya ini, sayang saya lupa motret pijakan kakinya hehe).

Kemudian soal toilet, waktu itu saya ke toilet sebelum kereta berangkat, sehingga mungkin karena belum dipakai, jadi saat itu masih bersih (pas udah dipakai ya gitu deh, ada aja warga +62 yang naik kereta api yang suka buang tissue sembarangan). Trus, saya melihat semacam pegangan tangan gitu. Kemungkinan itu fasilitas buat membantu penyandang disabilitas atau lansia supaya enggak kesulitan pergi ke toilet. Selain pegangan tangan, fasilitas di kamar mandi antara lain toilet duduk, cermin, wastafel kecil, tissue, dan semprotan toilet.

Toilet di kereta api Jayabaya.

Selama perjalanan ada mbak-mbak dan mas-mas pramugari yang menawari makan dan minuman. Kalau enggak salah menghitung mereka ada sekitar 4x gitu ke gerbong. Dua kali saat menjelang malam hari, lalu dua kali lagi kayaknya setelah hari mulai pagi.

Waktu itu, karena berangkatnya kami enggak bawa bekal makanan, maka saat mbak-mbak dan mas-mas pramugari berkeliling untuk pertama kalinya (sekitar pukul 17.30 WIB) kami putuskan beli makan malam di kereta. Saya lupa harga pastinya, pokoknya berkisar antara Rp. 35.000,00 sampai Rp. 37.000,00-an/ box.

Tersedia layanan pesan makanan di kereta api Jayabaya kelas eksekutif.

Makanan yang kami pesan antara lain: Nasi Goreng Parahyangan (Maxy), Nasi Goreng Tuna (Suami), Ayam Kremes/ Train Chicken with Rice (Dema), dan Nasi Rames (buat saya). Sedangkan, untuk review masing-masing makanan:

  • Nasi Goreng Parahyangan

Nasi goreng Parahyangan.

Dalam satu box berisi nasi goreng dengan porsi yang cukup lumayan. Trus, dapat ayam goreng yang cukup gedhe juga, plus telur ceplok, lalapan, krupuk, dan sambel kemasan. Menurut Maxy sih nasi gorengnya keras, hehe. Tapi buat ayam dan telur ceploknya ya lumayan lha.

  • Nasi Goreng Tuna

Nasi Goreng Tuna.

Nasi goreng yang ini “fasiltasnya” sama kayak Nasi Goreng Parahyangan, bedanya enggak ada ayam goreng melainkan tuna yang dibumbuin gitu. Suami saya agak kurang puas sih sama nasi gorengnya, agak keras gitu, katanya.

  • Ayam Kremes

Nasi Ayam Goreng Kremes.

Buat yang suka lauk ayam, menu ini saya rekomendasikan. Soalnya dapat dua potong ayam goreng kremes yang porsinya lumayan haha. Ini kayaknya makanan yang pas buat anak kecil deh kalau di kereta.

  • Nasi Rames Nusantara

Nasi Rames.

Sedangkan untuk nasi rames yang saya makan, hmmm, saya cukup puas sama porsinya sih haha. Dapat daging, telur, acar, lalapan, juga semacam kacang yang digudeg (gimana nyebutnya ya?) gitu. Kalau ditanya mau mesen menu ini lagi enggak kalau ada kesempatan naik kereta api Jayabaya kelas eksekutif, kayaknya sih iya haha.

Yaaa, namanya juga makanan di kereta api ya 😀 . Lumayan lha buat ganjel-ganjel. Tapi kalau teman-teman bisa bawa/ bungkus bekal makanan sendiri sepertinya lebih baik deh (dan lebih hemat juga hahaha).

Selimut dibagikan sekitar pukul 18.30-an kalau enggak salah waktu itu. Sehingga abis makan, kenyang, bisa langsung bobo deh. Lagian agak susah juga kan menikmati pemandangan soalnya di jalan tuh malam hari 😀 . Lampu kereta juga sempat diredupkan (saya lupa jam berapa) sehingga penumpang bisa istirahat.

Dema saat menikmati ayam gorengnya.

Anak-anak saya alhamdulillah bisa tidur semua di kereta, walau satu-dua kali terbangun untuk minum atau ke toilet. Oh iya, kalau bawa anak kecil naik kereta api jarak jauh seperti ini sebaiknya jangan lupa pakaiin jaket tebal, kaus kaki, celana tebal/ jeans yaaa, supaya si anak enggak merasa kedinginan selama di kereta. Trus,selalu bawa juga cairan semprot antiseptik, minyak telon, tissue basah (kalau bisa yang mengandung antiseptik juga), dan tissue kering. Cairan antiseptik dan tissue basahnya buat menjaga kebersihan si anak, minyak telon buat ngangetin anak, lalu tissue keringnya untuk lap-lap apa gitu hehe.

Daaan, perjalanan kami hampir berakhir setelah sekitar pukul 04.00 WIB kereta memasuki Surabaya (Pasar Turi). Enggak kerasa lho, hehe. Tak lama kemudian, matahari mulai muncul dan pemandangan di luar jendela kereta api mulai tampak. Kereta api Jayabaya kelas eksekutif kemudian sampai Stasiun Malang pada pukul 07.00 WIB. Sekitar 3 jam perjalanan lha dari Surabaya.

Alhamdulillah tiba di Kota Malang.

Nah, itulah teman-teman pengalaman saya dan keluarga naik kereta api Jayabaya kelas eksekutif jurusan Pasar Senen Jakarta ke Malang kota, plus sedikit review hehe. Secara umum kereta api jenis ini cukup memuaskan buat yang ingin merasakan perjalanan kereta api jarak jauh dengan fasilitas yang lumayan, namun harga cukup bersahabat dengan kantong. Semoga postingan tentang kereta api Jayabaya jurusan Jakarta-Malang ini bermanfaat yaaa. Maaf, ada nyelip drama-dramanya hehe 🙂 .

April Hamsa