Jadi ceritanya, kemarin tuh sebenarnya enggak niat buat mudik lebaran, mengingat kami sudah mudik ke Surabaya sebelum Ramadan. Eh, ndilalah dapat rezeki mudik ke Surabaya via jalur tol dan semua biaya ditanggung sponsor. Setelah confirmed, mulai gedabrukan tuh nyari tiket balik ke Jakarta. Biasanya kami prefer pesawat, karena lebih cepat, sehingga enggak capek. Sayangnya, tiket pesawat udah melambung di atas sejutaan semua, huhu. Alhasil beli tiket kereta api aja. Alhamdulillah, kebagian tiket kereta api Argo Bromo Anggrek dari Surabaya ke Jakarta tanggal 26 April.

Itu pun juga tadinya hopeless, karena kan rencananya mau balik tanggal 25 April, ternyata full booked. Eh, lha kok, yang tanggal 26 April-nya ada bangku sederet kosong di nomor 11.

Awalnya sempat kepikiran, “Jangan-jangan bangku sebelas kosong karena berhadap-hadapan sama nomor sepuluh.” Yang artinya agak kurang nyaman kalau duduk berhadap-hadapan dengan orang asing. Namun, kata suami, enggak masalah lha, yang penting amanin seat aja, dulu. Daripada enggak bisa balik Jakarta. Ya iya siiiihh.

Yawda, akhirnya kami booking juga itu kursi nomor 11 sederet. Namun, alhamdulillah, ternyata saat naik kereta, di gerbong itu kursinya enggak ada yang berhadap-hadapan. Semuanya ngadep depan.

Trus, ternyata satu gerbong tuh nyampek 13 nomor baris kursi, yang artinya nomor 11 bukan di tengah-tengah. Kalau pun ada yang berhadap-hadapan, bukan nomor 11. Mungkin nomor 5 dan 6 kali ya?

Oh ya, kalau ada yang nanya harga tiket kereta api Argo Bromo Anggrek Surabaya-Jakarta kemarin tuh berapa, harganya Rp. 880.000,-00 per orang ya? Berempat sekitar Rp. 3.500.000,-00 lha. Suami beli via KAI Access dan dapat promo gitu.

Kami dapat jadwal keberangkatan pukul 21.00 malam, namun sudah berangkat dari rumah ortu jam 18.30 WIB. Sebenarnya, masih sempat sih kalau berangkat setelah Isya waktu Surabaya, namun karena kebiasaan di Jakarta selalu berangkat awal, maka kami berangkat lebih cepat. Alhamdulillah, enggak salah ambil keputusan karena setelah itu turun hujan cukup deras.

Sampai Stasiun Pasar Turi, ternyata belum boleh masuk ruang tunggu, jadi terpaksa ngemper gitu. Baru setelah pukul 20.30 WIB diizinkan masuk ke ruang tunggu yang cukup nyaman.

Sebelumnya dicek tiketnya oleh petugas. FYI, kalau belinya via aplikasi KAI Access enggak perlu cetak fisik tiket ya. Langsung tunjukkin aja aplikasinya.

Di ruang tunggu, karena masih agak lama jadwal berangkatnya, anak-anak kemudian makan bekal mie bikinan mbahnya. Soalnya, saat berangkat memang enggak sempat makan malam, hanya ngemil (NGEMIL) pizza, doank 😛 .

Tak lama setelah anak-anak selesai makan, penumpang kereta Argo Bromo Anggrek Surabaya-Jakarta pun diinfo udah bisa naik ke gerbong. Saat nyari-nyari nomor kursi, seperti yang saya bilang tadi, alhamdulillah seneng karena kursinya enggak berhadap=hadapan dengan orang asing.

Saya sekeluarga duduk sederet. Saya dengan suami. Sedangkan, anak-anak duduk di bangku seberang.

Kereta Argo Bromo Anggrek menuju Jakarta itu pun berangkat tepat waktu. Anak-anak excited dengan fitur-fitur di bangku. Mulai dari sandaran kursi yang bisa diturunkan. Kemudian, meja di pegangan kursi. Hingga, pijakan kaki. Semuanya mereka cobain/ eksplor.

Tak lama setelah kereta berangkat, mbak-mbak dan mas-mas pramugari berkeliling membagikan selimut. Ternyata, sekarang cuma selimut aja ya? Kalau enggak salah dulu tuh juga sama bantal enggak, sih? Untungnya, kami membawa bantal leher cukup banyak, sehingga lumayan enggak pegel, hehe.

Sekitar pukul 22.00 WIB, mbak-mbak dan mas-mas pramugari ngider lagi. Kali ini berjualan makanan dan minuman. Karena udah kenyang, kami enggak beli makan, cuma beli teh anget aja. Harganya kalau enggak salah Rp. 15.000,-00/ cup. Dapat gula batu dan bisa dilarutkan sendiri kalau mau tehnya manis.

Enggak tahu kenapa ya, teh yang dinikmati di kereta tuh rasanya nikmat bener. Alhamdulillah, lumayan buat anget-anget. Eh, tapi, menurut saya malam itu AC di kereta enggak terlalu dingin, sih. Kondisi dinginnya masih manusawi.

Ketika menikmati teh, anak saya Dema tiba-tiba bilang ke saya kalau dari atas ada kayak air bocor, gitu. Mulanya saya kira akan berhenti sendiri, karena memang enggak menetes terus. Namun, ternyata beberapa kali airnya menetes.

Akhirnya, suami menghubungi kontak kondektur yang tertera mengatakan kalau ada air menetes. Tak berapa lama, Pak Kondektur dan salah seorang teknisi datang untuk mengecek.

Katanya sih kemungkinan karena AC. Akhirnya mereka kasi solusi untuk menambalnya dengan tissue dan selotip. Alhamdulillah, berhenti netes deh airnya. Anak-anak pun bisa beristirahat. Tak lama kemudian mereka tidur.

Eh, ternyata saat anak-anak udah mulai mengantuk lagi, Pak Kondektur datang dengan membawa cindera mata dari PT KAI, yakni peralatan mewarnai dan buku aktivitas. Anak-anak pun seneng, walaupun udah ngantuk-ngantuk.

Sekitar pukul 23.00 WIB lampu utama kereta dimatikan, jadi kondisi di dalam gerbong redup. Selanjutnya, kami semua tertidur. Saya baru bangun lagi sekitar pukul 04.00 pagi karena alarm ke toilet.

Wuaaah, ngrasa nyenyak sekali tidur semalam. Memang ya, sesuai hadist, kalau bepergian sebaiknya malam hari karena jarak tuh seolah dipersingkat.

Alhamdulillah, perjalanan sangat lancar. Kami tiba di Stasiun Gambir pukul 05.00 WIB. Anak-anak pun gampang dibangunkan ketika sampai. Turun di Gambir, kami pun segera sholat Subuh dulu, baru deh melanjutkan perjalanan ke rumah.

Itulah pengalaman kami ketika balik dari mudik lebaran kemarin naik kereta api Argo Bromo Anggrek dari Surabaya ke Jakarta. Ada yang punya pengalaman pernah naik kereta ini? Share donk pengalamannya 😊.

April Hamsa

 

Categorized in: