Lewat sana aja, lewat sana aja!” kata Maxy, anak pertama saya, ketika kami sedang berbelanja di salah satu supermarket, suatu waktu pada zaman dahulu :P.

Maxy kepengen lewat rak display yang memajang kipas angin. Memang, ada masa dimana Maxy dulu tuh sangat suka sekali dengan kipas angin. Saya enggak tahu kenapa. Mungkin Maxy suka melihat bagian baling-balingnya yang bisa muter-muter itu. Eh, tapi di rak pajangan supermarket kan kipas anginnya enggak muter, ya? Hmmm, entahlah

Sehingga, tiap kami ke supermarket, kami sampai berusaha supaya Maxy enggak melihat kipas angin yang dipajang. Soalnya, kalau sudah berada di depan display kipas angin, Maxy enggak mau pulang, hyaaahh. Mumet dah. Seperti waktu itu, saat kami lupa menghindari rak display kipas angin, Maxy memaksa berhenti di sana.

Maxy, ayo, kita mau pulang neh!” perintah saya.

Enggak mau, di sini aja!” tolak Maxy.

Kemudian Maxy mulai duduk di lantai, berbaring, dan ngesot-ngesot di lantai. Hyaaahh. Saat itu, Maxy memang kalau lagi tantrum, demen banget ngesot-ngesot di lantai. Siapa yang enggak gemes, coba? Kalau di rumah masih mending, ini di tempat umum. Untungnya saat itu suasana supermarket sedang sepi. Tidak banyak orang melalui rak display kipas angin.

Keep calm saat anak tantrum di tempat umum.

Teman-teman pernah mengalami hal serupa seperti itu tidak? Anak tiba-tiba tantrum di tempat umum? Lalu apa yang teman-teman lakukan?

Kalau saya bersama suami lebih suka melakukan hal-hal berikut ini, ketika anak tantrum di tempat umum:

Tidak melakukan tindakan yang emosional

Pernah tidak teman-teman sedang di tempat umum atau ruang publik, mall misalnya, saat ada anak rewel, eh emaknya malah ngomel-ngomel ke anaknya itu. Malah pernah lho, saya lihat dengan mata kepala sendiri, ada anak kecil seumuran enggak jauh dari Maxy (5 yo) disabet sama tali tas sama emaknya, hedeh.

Spontan, saya dan beberapa mbak-mbak di mall yang melihat pemandangan tersebut langsung memandang sinis ke seseibu itu. Ya, gimana lagi? Bisanya cuman itu, huhuhu.

Saya paling enggak abis pikir kalau ada emak-emak atau bapak-bapak yang enggak bisa menahan emosi, seperti mukul, nyubit, mbentak, dan melakukan tindakan emosional lainnya kepada si anak, saat anaknya rewel di tempat umum. Kok, enggak malu gitu ya, keliatan sifat antagonisnya muncul. Bukankah seharusnya kalau berada di tempat umum tuh kontrol diri seharusnya menjadi lebih baik ya?

Baca juga: Perhatikan Hal-hal Berikut Sebelum Pamer Foto Anak ke Media Sosial.

Ya, pokoknya gitu deh, teman-teman. Sebaiknya tahan diri ya, supaya enggak ngelakuin tindakan-tindakan yang emosional. Apalagi yang cenderung menyakiti anak. Biasanya, anak bukan malah diem, malah makin menjadi tantrumnya deh kayaknya. Jadi, menurut saya, cara semacam itu enggak ada gunanya. Malah yang ada kita sendiri yang akan malu, dicap orang sebagai ortu yang enggak sabaran.

Memeluk atau menggendong anak

Saat anak sedang tantrum, alih-alih mukul or marahin, mendingan teman-teman memeluk anak. Bila perlu sih gendong anak. Bawa anak ke tempat yang lebih sepi, yang sekiranya enggak ramai orang. Memeluk atau menggendong menunjukkan akan menunjukkan bahwa kita mengizinkan anak untuk mengekspresikan emosinya.

Enggak pa pa, Nak, puas-puasin deh nangisnya.” Bilang aja, gitu.

Justru, biasanya anak yang tantrum kalau dibegitukan, tantrumnya lebih cepat reda, lho. Berbeda kalau kita malah mukul atau nyubit, jadinya malah kayak api disiram bensin. Makin berkobar apinya, heuheuheu.

Menawarinya hal-hal yang disukainya

Saat anak mulai tantrum, kita bisa nego dengan menawarinya hal-hal yang disukai anak. Misalkan, menawarinya makan es krim, membelikannya mainan, dan penawaran-penawaran lainnya, dengan syarat anak menyudahi tantrumnya.

Memang cara ini riskan sih, malah bisa menimbulkan efek, anak jadi tahu trik meminta sesuatu. Tapi, yaaaa, gimana lagi donk? Ketimbang, ribut di tempat umum. Hehehe, maafkan kalau poin yang ini menyimpang dari teori parenting ya? 😛

Bersikap tegas tapi tetap lembut

Masih enggak berhasil juga? Maka teman-teman bisa sedikit “mengancam” anak. Tegas gitu, maksudnya. Tapi, enggak pakai marah-marah apalagi mukul ya?

Misalnya nih, kasus Maxy, saat dia tetap mau berada di display kipas angin, saya bilang ke dia, “Kalau enggak mau pulang, Bunda tinggal, nih!”

Untungnya “ancaman” seperti itu mempan buat Maxy, fyuuuh…

Tapiiiii, sayangnya enggak mempan buat Dema, anak kedua saya 😛 .

Cuekin aja

Ini kalau orang bilang selemah-lemahnya ortu, cuekin ajaaaahh. Biarin anak menjerit, gulung-gulung, ngesot-ngesot kek, sampai dia capek-capek sendiri. Namun, sebelumnya, pastikan tempat dia meluapkan emosinya itu aman.

Tadi pagi sempat baca di timeline ada tuh aktor luar negeri yang saat anaknya tantrum yawdalah cuekin aja. Asal udah dipastikan anaknya aman saat gulung-gulung itu. Ini nih postingannya:

I tried to stay off social media yesterday to connect with my family without distraction so I’m posting this today. Emily took this in Whole Foods. It’s now one of my favorite photos ever of me and my dad. Two men, standing together in silence, forever bonded by an unconditional love for both each other and this brand new, raw and pure soul who we would both go to the ends of the earth for. I can only imagine how many times I did this when I was her age. My dad taught me so much about what it means to be a man, but this post is about one thing and one thing only. Being comfortable in the uncomfortable. Something I grew up watching him do with me over and over again. There are no perfect parents, but one thing my dad taught me is to not parent based on what anyone else thinks. My dad always let me feel what I needed to feel, even if it was in public and embarrassing. I don’t remember him ever saying “You’re embarrassing me!” or “Dont cry!” It wasn’t until recently that I realized how paramount that was for my own emotional development. Our children are learning and processing so much information and they don’t know what to do with all of these new feelings that come up. I try to remember to make sure my daughter knows it’s OK that she feels deeply. It’s not embarrassing to me when she throw tantrums in the grocery store, or screams on a plane. I’m her dad…not yours. Let’s not be embarrassed for our children. It doesn’t reflect on you. In fact.. we should probably be a little more kind and patient with ourselves too. If we got out everything we were feeling and allowed ourselves to throw tantrums and cry when we felt the need to then maybe we’d could also let ourselves feel more joy and happiness. And that is something this world could definitely use a little more of. #fathersday #redifinemasculinity #daddy #dearmaiya

A post shared by Justin Baldoni (@justinbaldoni) on

Kadang, kita sebagai ortu tuh malah suka khawatir kalau rengekan anak mengganggu orang lain ya? Emang sih, kadang tuh saat anak rewel atau tantrum ada saja orang yang sinis memandang para ortu. Cuma kitanya mungkin kudu stay kalem. Jangan sampai kita malu sama orang, tapi melupakan perasaan anak.

Huweeee, suseh ye jadi ortu? Embeeerr. Tapi, bagaimana pun juga, anak-anak (yang suka tantruman) ini mengajari kita banyak hal bukan? Tinggal kitanya nih, mau serius belajar apa enggak.

Mungkin, teman-teman ada yang mau sharing lagi cara menghadapi anak tantrum di tempat umum? Monggo, lho…

April Hamsa

#ODOP #Day12 #BloggerMuslimahIndonesia