Baca:

Desa = Depok

Kota = Jakarta

Hihihi 😛

Kemarin Sabtu (23/08) untuk pertama kalinya kontrol kehamilan lagi setelah pindah ke Depok. Biasanya dari rumah di Pasar Minggu menuju RS JIH di daerah Pasar Rebo cuma butuh waktu 20-30 menitan, tapi kali ini cukup makan waktu sekitar sejam-an. Rencananya sih mau berangkat jam 7 pagi supaya dapat nomor antrean agak pagi,mengingat dr Prita kalau jam 12 mesti istirahat buat sholat dhuhur. Sudah dapat dipastikan kalau berangkat siang dapat nomornya akan lebih dari jam 12, bisa sore malah.

Tapiiiii, seperti biasa, kalau pergi bawa Maxy selalu akan molor haha 😛 . Kami baru berangkat jam 8, ah mungkin juga lebih. Udah gitu, semua pada belum sarapan. Kami memutuskan membeli sarapan di warung di daerah Poltangan, dekat rumah kami yang lama dulu. Oh iya, sebelumnya juga sempat mampir salah satu minimarket buat beli minum. Nyampe JIH kayaknya udah jam 9-nan lebih. Hyaahh rempong pokoke. Gimana lagi, gak ada yang bisa dititipin Maxy 🙁 . Jadi, ya Maxy selalu ikut kemana-mana kalau kami pergi.

Kok masih periksa kehamilan ke Jakarta? Kan jauh? Mungkin ada yang bertanya-tanya kayak gitu. Well, mulanya emang pengen periksa di RS atau klinik di Depok saja, tapi setelah baca forun sana-sini dan bertanya pada beberapa teman yang di Depok, kok ya banyak gak sregnya ya…

Pertama, beberapa RS yang terpercaya pro ASIX, pro lahiran normal dll itu biaya persalinan disana mahaaaaall hiks. Masa lahiran normal bisa nyampe 20 jetian 🙁 . Lalu, yang utama, dokter yang katanya oke-oke disana pasiennya dua puluhan lebih. Hedeeeehh. Di JIH, menurut saya biaya persalinannya lumayan terjangkau. Pasien dr. Prita juga dibatasi, kayaknya gak pernah lebih dari 10 orang tiap check up kesana, jadi di dalam kamar periksa bisa lama dan gak diburu-buru. Selain itu, dr. Prita udah tahu riwayat kehamilan terdahulu jadi gak perlu ngejelasin dari awal lagu kalau misal ada problem kesehatan. Lalu, mikirnya jangka panjang, kalau ngurus akte via JIH juga akan lebih mudah dan nggak mahal, apalagi kami sekarang sudah ber-KK Jakarta. Jadi, ya sudahlah, kami bertahan di JIH.

Eh, qodarullah, saya sebenarnya kan dapat antrean no 5. Perkiraan no 5 masuknya abis dhuhur, jam 1-an lha. Eh ternyata dr, Prita baru datang setengah 12. Alhamdulillah pasien no 2,3, dan 4-nya “menghilang” jadi saya dipanggil masuk setelah pasien no. 1. Alhamdulillah, pulangnya nggak sore-sore amat jadinya 🙂 .

Saat kontrol kehamilan kemarin, alhamdulillah bayinya sehat. Dia juga aktif, banyak gerak. Amazing ngliatnya 😀 . Saat ini usia kandungan 21 minggu. Alhamdulillah semua normal, karena saya sudah nggak menderita anemia lagi seperti saat kehamilan pertama dulu. Oh iya, sempat takjub juga soalnya berat saya naik 3 kg dalam sebulan wkwkwk. Abis kerjaannya makan mulu sih 😛 . Alhamdulillah, nggak ada keluhan berarti, paling sesekali cuma kesemutan di kaki kiri.

Hasil USG adeknya Maxy, terlihat kepala, perut, tulang paha. Banyak geraknya. Diperkirakan berjenis kelamin perempuan 🙂

Menurut dr Prita, baby yang kedua ini kemungkinan saat lahiran, pembukaannya akan lebih cepat dari kakaknya (aamiin, soalnya Maxy dulu lumayan cepat brojolannya meski mulesnya udah nggak nahan 3-4 harian hohoho). Iseng-iseng nanya jenis kelaminnya, dr. Prita bilang keliatannya cewek, tapi masih ada kemungkinan bisa berubah. Ah, bagi saya mah yang penting sehat. Lancar sampai kelahirannya, nggak ada masalah.

Eh, tapi kalau cewek beneran ya gpp ding 😀 . Duluuuu, saya ogah punya anak cewek, soalnya saya bingung mendidiknya secara saya agak tomboy (kata orang :p ), eh alhamdulillah dikasi Maxy. Tapi, sekarang kalau lihat baby cewek, apalagi dipakein jilbab, kok unyu-unyu ya, jadi pengen punya juga hihihi. Ya, terserah Allah aja deh, yang penting sehat, itu yang utama. Aamiin 🙂

– Bunda –

Categorized in: