Dulu, saya fotografer. Fotografer wedding, tepatnyakata Alodita, seorang Lifestyle Blogger yang namanya cukup ngehits di jagat perblogeran Indonesia.

Ooo, pantesan fotonya bagus-bagus,” batin saya.

Foto yang jernih dan bagus yang menampilkan sosok Alodita memang salah satu hal yang paling saya ingat dari blognya, www.alodita.com. Teman-teman yang pernah mengunjungi blog Alodita pasti tahu bahwa blog Alodita ini simple. Blognya didominasi warna putih, namun foto-foto yang melengkapi tulisannya membuat blognya lebih semarak.

Eh, tapi, kan Alodita lebih sering terlihat fotonya di blognya. Bagaimana cara Alodita memfoto dirinya sendiri?” Pikir saya kemudian.

Saya mengajari mbak dan suami saya memfoto saya supaya bisa bagus. Kadang kan orang suka difotoin mbaknya, yang memfoto asal jepret aja. Kalau saya enggak. Saya ajari mbak saya supaya bisa memfoto, begini lho ambilnya. Jadi, sekarang mbak saya bisa memfoto bagus,” jelas Alodita. “Mbak” yang dimaksud oleh perempuan yang lebih senang dipanggil Andra ini adalah asistennya.

Terjawab sudah pertanyaan tentang foto yang terbersit dalam pikiran saya tadi, hehe. Bab foto adalah salah satu yang dibahas oleh Alodita pada workshop tentang blogging yang diinisiasi oleh Tinkerlust pada tanggal 19 Agustus 2017 lalu. Saya turut menjadi peserta workshop tersebut.

Saya saat mengikuti workshop tentang blogging dengan narasumber Alodita.  

For your information, Tinkerlust adalah fashion startup di Jakarta yang memudahkan orang-orang untuk menjual dan membeli barang pre-loved. Untuk informasi lebih lengkap mengenai Tinkerlust, teman-teman bisa langsung membuka laman www.tinkerlust.com. Kebetulan, Alodita merupakan salah satu orang yang suka titip jual barang-barang pre-loved-nya di Tinkerlust sejak akhir tahun 2016 lalu, kalau enggak salah, saya pernah baca di blognya seperti itu.

Kembali ke workshop tentang blogging yang berlangsung di microsinema Kinosaurus area Kemang itu. Sebelumnya, ibu dari Aura ini secara blak-blakan mengatakan bahwa sebenarnya dulu dia enggak suka menulis di blog. Blog-nya dulu lebih banyak berisi foto-foto hasil jepretannya.

Alodita (memegang microphone) saat sharing tentang creative writing di blog.

Sampai akhirnya, ketika Alodita menjalani program hamil, Alodita memutuskan mengurangi aktivitasnya sebagai wedding photographer. Sebagai gantinya, Alodita memilih kegiatan lain yang tidak membutuhkan banyak tenaga fisik, yakni ngeblog.

Orang yang tahu saya, enggak akan percaya kalau saya bisa nulis seperti sekarang. Dulu saya enggak suka menulis. Sampai akhirnya saya liat orang lain pada ngeblog, lalu saya ikutan ngeblog,” kata Alodita.

Kini, Alodita terbilang sebagai salah satu Lifestyle Blogger sekaligus Influencer yang cukup sukses di Indonesia. Namun, tentu saja predikat tersebut tidak didapatnya dengan cara instan. Alodita pun membagikan tipsnya supaya bisa menulis secara kreatif di blog.

Kalau saya simpulkan dari pemaparan Alodita, ada beberapa langkah yang membuatnya bisa menulis kreatif di blog, yakni antara lain:

Menciptakan kebiasaan kreatif

Saya percaya bahwa setiap orang itu diciptakan menjadi kreatif. Tapi, mungkin enggak semua bisa mengasahnya” kata Alodita.

Alodita kemudian bercerita bahwa dirinya dan suami yang sama-sama bekerja di bidang kreatif selalu membawa buku catatan atau jurnal kemana-mana. Tujuannya supaya cepat bisa menuliskan sesuatu ketika mendapatkan ide.

Menurut Alodita, ide itu bertebaran dimana-mana. Maka supaya ide-ide itu enggak lari begitu saja, Alodita “menangkapnya” dengan cara menuliskannya di jurnal.

Mengopa harus di jurnal, bukan di aplikasi notes yang ada di smartphone, misalnya?”

Untuk pertanyaan yang sudah pasti akan muncul tersebut, Alodita sudah menyiapkan jawabannya, “Walaupun zaman sudah serba digital, menulis manual akan melatih indera dan kreativitasmu.”

Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga ya? Tuhan menciptakan indra seperti penglihatan dan tangan pasti supaya kita bisa memanfaatkannya dengan baik. Saya pernah membaca artikel bahwa kegiatan menulis itu sebenarnya bukan sekadar aktivitas ecek-ecek. Menulis konon katanya bisa merangsang otak untuk berpikir mengenai hal-hal (pengetahuan) yang ditulisnya.

Menurut Alodita, meskipun zaman sudah serba digital, menulis di jurnal tetap perlu. 

Kalau menurut Alodita sendiri menulis di jurnal bisa menjadi stress theraphy yang baik. Orang yang tadinya menuangkan hal-hal buruk yang penuh dengan emosi, malah saat menjadi tulisan hal-hal buruknya hilang.

Sebab orang itu biasanya cenderung akan merekam atau mencatat yang baik-baik saja, jadi hal-hal negatifnya malah hilang. Justru enggak jadi marah-marah,” kata Alodita.

Alodita sendiri biasa menyimpan jurnal di mana saja di setiap sudut ruangan di rumahnya. Perempuan berambut pendek ini juga membiasakan diri untuk menulis minimal tiga halaman perhari. Selain menulis untuk dirinya sendiri, Alodita memanfaatkan aktivitas menulis tersebut supaya menjadi role model buat Aura, supaya putrinya tersebut juga tertarik menulis.

Saya pernah membaca buku judulnya How to Rise a Creative Children. Menurut buku itu kalau ingin mendidik anak menjadi kreatif, maka bapak ibunya harus kreatif dulu,” kata Alodita. Wah, saya jadi pengen mencari buku itu di toko buku, hehe.

Alodita kemudian menyarankan kalau mau bagus tulisannya, maka sering-seringlah berlatih. Memang sepertinya tidak mudah, namun Alodita meyakinkan bahwa dengan terus berlatih menulis, maka semua orang pasti bisa menangkap ide-ide kreatif yang bertebaran tersebut. Salah satunya yang menurut Alodita paling efektif ya dengan coretan tangannya di jurnal.

Saya sepakat dalam hal ini dengan Alodita. Saya pun suka membawa jurnal kemana-mana. Alasannya, pertama sama seperti yang dikatakan oleh Alodita, menulis di buku lebih efektif dan cepat, tingal corat-coret. Alasan kedua, kalau mengandalkan gadget, ada kalanya suka error.

Pernah saya mengalami kejadian kurang mengenakkan terkait hal ini. Waktu itu, saya mengikuti sebuah event dan menulis percakapan dengan narasumber menggunakan aplikasi notes di handphone. Ternyata enggak sengaja catatan yang sebelumnya sudah saya simpan itu terhapus. Huwaaaah. Semenjak saat itu, saya selalu membawa jurnal dan pulpen kemana-mana. Sampai sekarang, keduanya menjadi dua benda wajib dalam bagpack saya.

Menulis dengan efektif

Nah, kalau langkah yang satu ini cukup membuat saya tertohok nih, teman-teman. Menurut Alodita, kalau ngeblog tuh usahakan untuk membedakan antara kapan waktu untuk menulis, mengetik, mencari refererensi, mengedit foto. Kyaaaa, selama ini saya suka melakukannya dalam satu waktu. Apalagi kalau kena tenggat waktu, alamaaaak (toyor diri sendiri 😛 ).

Alodita mengatakan bahwa dirinya memiliki waktu khusus untuk menulis di jurnal. Kalau sudah di depan jurnal, maka orang serumah biasanya sudah tahu kalau Alodita tidak bisa diganggu. Saat sudah ada waktu, baru Alodita memindahkan tulisan-tulisan tersebut ke blog-nya.

Menikmati setiap proses

Nikmati prosesnya. Setiap langkah yang kamu lewati adalah harta yang sangat berharga,” quote dari Alodita.

Sepakat dengan Alodita, emang kalau mau jadi blogger sukses emang enggak bisa instant sih ya? Alodita pun melewati tahap tersebut. Mulai dari hobi fotografinya, kebiasaannya mengunggah gambar (foto) yang bercerita, sampai sekarang menjadi Lifestyle Blogger ternama.

Jadi, memang satu-satunya cara adalah bekerja keras memperbaiki kualitas tulisan, memperbaiki konten blog, upgrade ilmu blogging seperti fotografi, cara membuat infografis, belajar SEO, membuat video, dan lain sebagainya. Banyak ya PR-nya blogger? Hehehe…

Mind Mapping

Oh iya, dalam kesempatan itu, Alodita juga memberi bonus mengenai Mind Mapping. Tujuannya supaya blogger enggak bingung mau menulis tentang apa. Tetapi, Alodita berpesan, sebelumnya tentukan dulu mau menulis blog tentang apa. Kalau bisa, usahakan sesuai dengan passion.

Alodita memberi contoh membuat Mind Mapping.

Sebisa mungkin bikin konten sendiri, yang original, yang unik. Hal-hal seperti itu akan lebih menarik perhatian pembaca. Boleh datang ke event, tapi kalau bisa jangan semua isinya tentang event,” pesan Alodita.

Pesan Alodita yang terakhir tersebut membuat saya mulai memperbaiki konten blog saya yang sekarang makin mirip “etalase produk” dengan membuat postingan original. Saya mencoba mempraktekkan pesan Alodita untuk membuat konten original. Passion saya kebetulan menulis tentang parenting, jadi sekarang saya memperbanyak tulisan mengenai itu. Alodita juga mengatakan supaya tulisan kita kaya maka banyak-banyaklah membaca buku.

Balik lagi ke Mind Mapping yang dijelaskan oleh Alodita, teman-teman ada yang kepengen tahu caranya? Sebenarnya mudah aja, kok. Cuma, kadang kita enggak kepikiran membuatnya.

Seperti yang dicontohkan oleh Alodita, misalkan kita minat menulis tentang parenting, kita bisa membuat kategori-kategori misalnya “MPASI”, “Tempat Bermain Anak”, dan lain sebagainya. Lalu, misalnya dari bab “Tempat Bermain Anak” kita bisa menarik garis lagi. Salah satunya, “Tempat Bermain Anak yang Ramah Kantong Orang Tua” misalnya. Teman tulisan semacam itu kan jarang dipikirkan oleh orang.

“Itulah gunanya mind mapping. Jadi, kadang enggak kepikiran di orang lain, tapi kita bisa menulisnya. Kalau bukan kita yang nulis, ya mungkin enggak ada lagi yang menulisnya,” kata Alodita.

Kemudian, Alodita juga mengatakan supaya peserta menulis dengan style masing-masing. Biar unik, bisa berupa tips kayak poin-poin gitu, wawancara dengan narasumber, dan mengeksplorasi hal-hal yang sebenarnya tidak kepikiran untuk ditulis oleh orang lain. Kalau sedang bosan menulis, bisa juga memasang banyak foto, lalu diberi keterangan, seperti gambar bercerita gitu lha.

Kejujuran pada pembaca

Kalau poin “Kejujuran” ini sebenarnya rangkuman saya sendiri sih, namun masih berdasarkan pengalaman dari mendengar sharing dari Alodita. Sebagaimana teman-teman yang suka membaca blog Alodita ketahui, Alodita kan suka me-review beberapa produk fashion dan kecantikan. Khusus untuk produk-produk kecantikan, biasanya Alodita meminta waktu selama kurang lebih sebulan untuk mencobanya.

Tujuannya untuk mengetahui produk itu cocok apa tidak. Alodita pun akan menulis “apa adanya”, andai tidak cocok, tanpa harus menjatuhkan brand. Misalkan, dengan cara menulis, “Mungkin produk ini lebih cocok untuk yang memiliki jenis kulit ini.”

Jadi, enggak asal mencoba sekali dua kali kemudian menulisnya. Ah, saya ngiri bener dengan prinsip Alodita yang satu itu.

Itulah teman-teman, hasil rangkuman dari workshop tentang blogging bersama Alodita yang saya ikuti. Banyak pengetahuan dan teman baru yang saya dapatkan dari acara tersebut. Selain itu, saya juga jadi punya ide untuk memperbaiki konten foto di blog saya. Lhaaaa, balik lagi ke foto, hahaha. Terus terang saya ngarepnya Tinkerlust bikin workshop lanjutan dengan Alodita sebagai pembicaranya lagi, tapi bicara tentang fotografi buat blogging 😀 . Moga-moga yaaa… 🙂

Saya berfoto dengan Alodita.

Para peserta workshop berfoto bersama. Sumber foto: Tinkerlust.

April Hamsa