Selama pandemi ini, siapa yang rambutnya atau rambut anaknya jarang dipotong? Wah, sudah sepanjang apa nih rambutnya? Jika sudah merasa gerah, gimana kalau rambutnya dipotong aja? Lalu, potongan rambut tersebut disumbangkan kepada pasien kanker melalui campaign Berbagi Kebaikan yang diselenggarakan oleh Lifebuoy Shampoo? Trus, kalau bisa, sekalian ajak anak-anak ikutan donasi rambut juga ya. InsyaAllah akan banyak sekali manfaatnya 😀 .

Yuk, berpartisipasi dalam kampanye Berbagi Kebaikan Lifebuoy.

Lifebuoy Shampoo ajak masyarakat Berbagi Kebaikan menyumbangkan rambut untuk penderita kanker

Hah, menyumbangkan rambut? Maksudnya gimana tuh?” Ada yang masih bingung mengapa kok potongan rambut yang biasanya kita anggap enggak berguna lagi itu sebaiknya disumbangkan?.

Iyaaa, jadi sebenarnya potongan rambut kita tuh bisa dijadikan rambut palsu atau wig. Bukan, bukan wig untuk diperjualbelikan, kok. Melainkan, akan disumbangkan kepada penderita kanker.

Lifebuoy mengajak masyarakat donasi rambut untuk pasien kanker.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, pengobatan kanker, seperti kemoterapi dan obat-obatan yang dikonsumsi pasien kanker lainnya memiliki efek samping merusak akar rambut. Akibatnya rambut pasien mengalami kerontokan, bahkan kebotakan.

Kondisi tersebut tak jarang membuat mental pasien kanker yang tengah menjalani pengobatan drop, sehingga jadi patah semangat untuk berobat. Nah, salah satu solusi untuk menutupi kerusakan rambut itu biasanya dengan memakai wig. Namun, kan enggak semua pasien kanker bisa beli wig yang berkualitas, makanya donasi wig bisa menjadi sangat berarti buat mereka.

Lifebuoy Shampoo yang selama ini concern terhadap kebutuhan rambut masyarakat Indonesia kemudian mencoba untuk memfasilitasi masyarakat dengan mengajak menyumbangkan rambut yang dibutuhkan untuk pembuatan wig. Pada Selasa, 2 Juni kemarin, Lifebuoy Shampoo bekerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) secara resmi menggaungkan kampanye Berbagi Kebaikan tersebut.

Bapak Agus dari Lifebuoy menjelaskan alasan di balik kampanye Berbagi Kebaikan.

Head of Marketing Hair Care Indonesia PT Unilever Indonesia, Tbk., Bapak Agus Nugraha (Bapak Agus) mengemukakan alasan mengapa kampanye Berbagi Kebaikan dilakukan, yakni:

  • Kampanye mendonasikan rambut ini diharapkan bisa menambah semangat para pejuang kanker, karena tak jarang pasien kanker membutuhkan support secara mental.
  • Lalu, harapannya semoga aksi ini bisa menjadi elemen untuk masyarakat Indonesia untuk menanamkan rasa empati dan tolong-menolong di lingkup keluarga. Terutama para orang tua supaya bisa mengajak dan mengajari anak-anak berbuat baik, mendonasikan rambut untuk pasien kanker.

Idenya simple, kalau mau berbagi kebaikan, enggak perlu punya duit dulu atau punya waktu dulu. Kita bisa ambil rambut teman-temanuntuk bisa jadi sumber kebaikan. Kita bantu pejuang kanker ini untuk mendapatkan wig. Wig ini sebagai tanda bahwa kita peduli, berempati, supaya mereka semangat berjuang melawan kanker,” jelas Bapak Agus dalam peresmian kampanye #BerbuatKebaikan kemarin.

Lalu, mengapa Lifebuoy Shampoo bekerjasama dengan YKI untuk menyukseskan kampanye ini?

Kata Bapak Agus YKI merupakan sebuah organisasi formal yang telah lama membantu pasien kanker dan paling mengerti apa saja yang dibutuhkan oleh pasien. Salah satunya kebutuhan akan wig ini yang sangat membantu mempengaruhi pengobatan secara psikis.

Kebotakan rambut membuat mental pasien kanker down?

Kondisi mental pasien kanker yang tengah berobat memang tak bisa diremehkan. Apabila pasien mengalami keputusasaan akibat penampilannya yang berubah drastis, biasanya akan mempengaruhi pengobatan fisiknya juga.

Dr. Siti Annisa Nuhonni, Sp.KFR(K) (dr. Honni) dari Bidang Pelayanan Sosial YKI yang selama ini dekat dengan penderita kanker, yang hadir pada launching kampanye Lifebuoy kemarin, mengatakan bahwa berdasarkan pengalamannya, ternyata masalah pasien yang paling besar bukan gangguan fisik, melainkan aspek fisik atau mental.

Kalau fisik, dokter sudah tahu sebaiknya memakai treatment apa. Namun, pendekatan untuk aspek non-fisik ini kadang enggak cukup hanya dari dokter, maupun keluarganya saja. Apalagi, dalam satu keluarga, begitu ada satu yang sakit kanker, biasanya sekeluarga juga merasa sakit, baik secara psikis maupun finansial. Kalau sudah begitu, maka pasien kanker pun butuh dukungan dari pihak luar. Ya, siapa lagi kalau bukan dari kita, masyarakat di sekitarnya.

Dr. Honni menjelaskan bahwa pasien kanker membutuhkan dukungan dari masyarakat.

Dukungan masyarakat melalui kampanye Berbagi Kebaikan oleh Lifebuoy dan YKI ini akan semakin membangkitkan keyakinan bahwa mereka tidak sendirian dalam berjuang,” kata dr. Honni.

Senada dengan Bapak Agus, dr. Honni juga mengatakan bahwa dukungan kepada penderita kanker tidak harus dalam bentuk uang atau barang, namun rasa peduli yang ditunjukkan pun sangat berarti. Rasa peduli dengan aksi seperti kampanye Berbagi Kebaikan, menurut dr. Honni, juga memberikan nilai yang sangat luar biasa.

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP (Prof. Aru) dalam kesempatan yang sama membenarkan, bahwa problem rambut rontok pada pasien kanker memang tak jarang membuat pasien mundur dari pengobatan. Prof. Aru kemudian menceritakan ada pasiennya, laki-laki, saat mengetahui pengobatan kanker berpotensi membuat dirinya botak, kemudian langsung mundur. Ini pasien laki-laki, lho. Bayangkan kalau pasien perempuan yang menganggap bahwa rambut adalah mahkota? Maka, wig dianggap sebagai solusi untuk memperbaiki penampilan penderita kanker.

Prof. Aru mengatakan bantuan wig dari masyarakat untuk pasien kanker sangat berarti.

Prof. Aru kemudian menyampaikan bahwa berdasarkan pengalaman, pasiennya yang sudah memakai wig terlihat lebih bersemangat menjalani pengobatan kanker. Itulah sebabnya Prof. Aru juga menyampaikan apresiasinya terhadap kampanye Lifebuoy Shampoo ini dan berharap masyarakat banyak yang bersedia menyumbangkan rambutnya kepada pasien kanker yang membutuhkan.

Bagaimana cara donasi rambut melalui Berbagi Kebaikan bersama Lifebuoy Shampoo?

Nah, setelah mengetahui bahwa yang namanya wig begitu berarti buat penderita kanker, apakah teman-teman bersedia turut berpartisipasi? 😀

Buat yang mau berpartisipasi, berikut adalalah cara mendonasikan rambut melalui kampanye Berbagi Kebaikan Lifebuoy Shampoo:

  • Cuci rambut hingga bersih, lalu keringkan. Kemudian kuncir dalam satu atau dua ikatan dengan kuat.
  • Potong rambut di atas ikatan, usahakan minimal 25 cm ya panjangnya. Pastikan potongan rambut tersebut tidak terburai berantakan.
  • Trus, masukkan potongan rambut yang terikat rapi tersebut ke dalam kantung zip lock yang tahan air.
  • Kirim potongan rambut ke PO BOX LIFEBUOY BERBAGI KEBAIKAN JAKARTA 12000 dengan mencantumkan nama, alamat, dan nomor HP.

Kalau rambutnya terlalu pendek untuk disumbangkan gimana?” Mungkin ada yang ingin berpartisipasi tapi terbentur kendala ini?

Tenang! Teman-teman masih bisa turut serta menyumbang, kok. Caranya tetap sumbangkan rambutnya, nanti total gramasi dari rambut tersebut akan dikonvensi menjadi wig rambut sintetis yang juga akan diserahkan kepada para pejuang kanker.

Ada beberapa cara berpartisipasi dalam kampanye Berbagi Kebaikan.

Cara lain, teman-teman juga bisa berpartisipasi dengan cara membeli produk Lifebuoy Shampoo yang varian Lifebuoy Shampoo varian Kuat dan Berkilau limited edition ukuran 340 ml. Dengan membeli produk ini nanti teman-teman sudah otomatis berkontribusi dalam penggalangan dana yang akan disumbangkan melalui YKI.

Satu lagi, cara untuk ikutan kampanye Berbagi Kebaikan Lifebuoy Shampoo yakni langsung berdonasi melalui crowdfunding Kitabisa.com (klik https://kitabisa.com/campaign/lifebuoy-berbagikebaikan). Sama ya, nanti seluruh dana hasil donasi akan langsung diserahkan kepada YKI supaya bisa dipergunakan untuk kebutuhan pasien kanker yang membutuhkan.

Silakan dipilih cara yang paling mudah bagi teman-teman untuk berpartisipasi dalam kampanye ini, ya. InsyaAllah, Tuhan yang akan membalas 🙂 .

Ajak anak-anak ikut serta dalam kampanye Berbagi Kebaikan Lifebuoy, yuk!

BTW, ada alasan, lho, di balik mengapa kampanye Berbagi Kebaikan ini di-launching berdekatan dengan tanggal 1 Juni. FYI, 1 Juni merupakan Hari Anak Internasional. Nah, Lifebuoy Indonesia ingin keluarga Indonesia mengajak anak-anak turut berpartipasi dalam kampanye ini.

Seperti yang kita ketahui, saat pandemi sedang parah-parahnya kemarin, selama dua tahun, anak-anak kehilangan aktivitas sosialnya, seperti bertemu teman-teman atau orang lain. Pada saat anak-anak jarang ketemu orang lain selain keluarganya ada satu masalah yang muncul, yakni anak-anak terancam tidak memiliki keterampilan sosial. Keterampilan sosial di sini, maksudnya adalah bagaimana berinteraksi dengan orang lain di luar keluarganya, bagaimana mengatasi konflik, dll.

Nah, Lifebuoy berharap, aksi anak-anak menyumbangkan potongan rambut kepada penderita kanker bisa menjadi salah satu jalan buat orang tua untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan sejak dini pada anak-anaknya.

Penjelasan mengenai mengajari anak tentang keterampilan sosial, terutama menumbuhkan empati dan nilai-nilai kebaikan disampaikan pula oleh Psikolog Keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si (Mbak Anna). Menurut Mbak Anna, keterampilan sosial tidak bisa diajarkan secara teoritis, namun harus dipraktikkan.

Mbak Anna menjelaskan pentingnya anak-anak diajari keterampilan sosial.

Dua tahun pandemi memang menimbulkan masalah dalam keterampilan sosial ini, karena anak-anak dibatasi pergaulannya. Ada anak yang jadi sulit diajak bekerjasama, dianggap tidak sensitif terhadap lingkungan, tidak paham bagaimana merespon masalah, dll. Kata Mbak Anna, apabila anak-anak kehilangan kemampuan bersosialisasi, maka dampaknya akan terjadi gangguan psikologis yang tidak bisa dianggap enteng.

Namun, untungnya saat ini pertemuan masyarakat sudah mulai longgar, anak-anak pun sudah mulai sekolah, maka sebaiknya anak-anak segera diajari keterampilan sosial ini untuk mengembangkan kemampuan sosialisasinya.

Misalnya, buat yang sudah masuk ke sekolah, guru bisa membuat semacam kerja kelompok. Dengan kerja kelompok, anak bisa bergiliran mengerjakan tugas, bisa mengetahui temannya kesusahan atau enggak, dll. Saat berinteraksi, anak-anak juga bisa saling membawa bekal makanan atau minuman, nanti bisa saling berbagi antar teman.

Ajak anak-anak untuk donasi rambut buat pasien kanker juga ya 🙂 .

Contoh lain, saat di sekolah, anak-anak bisa bermain bersama. Guru bisa mengingatkan supaya anak-anak belajar untuk saling bergantian memakai mainan di sekolah, sehingga melatih anak untuk mau bersabar dan berbagi/ bergantian.

Selain di sekolah, masih kata Mbak Anna, keterampilan sosial pun bisa diajarkan oelh orang tua di rumah. Misalnya, orang tua mengajak anak-anak untuk membuat makanan, lalu dibagikan kepada tetangga atau teman-temannya atau orang-orang yang kesusahan di jalanan. Orang tua juga bisa mengajak anak berdonasi dalam bentuk uang, barang, bahkan potongan rambut, seperti yang diselenggarakan Lifebuoy Shampoo melalui aksi Berbagi Kebaikan.

Celebrity mom, Mona Ratuliu yang juga ibu dari Nala, turut mendukung kampanye Berbagi Kebaikan Lifebuoy. Mona Ratuliu mengatakan senang ada kampanye tersebut, karena bisa mengajari anaknya untuk peduli kepada penderita kanker.

Mona Ratuliu dan Nala ikut mendonasikan rambut untuk pasien kanker.

Mengamini apa yang dikatakan oleh Mbak Anna, Mona Ratuliu mengaku juga mengalami kesulitan mengajari keterampilan sosial ke anaknya ketika masa-masa masih sering di rumah aja. Meskipun sudah berusaha sebaik mungkin menjadi pengganti teman untuk anak-anaknya, namun kata Mona Ratuliu, sebagai orang tua tetap enggak bisa menggantikan peran teman-teman anak-anaknya seutuhnya. Akibatnya, anak-anak jadi kurang paham tentang konflik, bagaimana cara menyelesaikan masalah, berempati, dll.

Itulah sebabnya, jika ada kesempatan mengajari anak mengenai lifeskill berupa keterampilan sosial kepada anak, Mona Ratuliu enggak ragu ikutan. Seperti kemarin. Mona Ratuliu mengajak Nala memotong rambutnya untuk disumbangkan ke penderita kanker. Mumpung rambut dirinya dan Nala memang panjang karena selama pandemi hampir enggak pernah potong rambut, katanya.

Nala, anaknya pun mengaku senang bisa menyumbangkan rambutnya. Harapan Mona Ratuliu hal ini bisa memunculkan rasa empati Nala kepada orang lain yang membutuhkan bantuan.

Acara Berbagi Kebaikan Lifebuoy Shampoo.

Mbak Anna juga mengatakan kampanye Berbagi Kebaikan Lifebuoy Shampoo ini merupakan momen yang pas untuk menimbulkan empati pada anak. Anak jadi paham gimana caranya bisa menolong orang lain, berbagi kebaikan, dll. Tentu saja dimulai dari orang tuanya yang menjadi contoh serta inspirasi bagi anak-anaknya.

Meski demikian, mbak Anna mengingatkan supaya orang tua tetap sabar, seandainya anaknya belum tahu makna berbagi dalam kegiatan-kegiatan sosial semacam ini. Soalnya, memang ada beberapa tahapan yang menyesuaikan dengan usia si anak mengenai aktivitas ini. Penjelasannya sebagai berikut:

  • Tahap pertama, biasanya terjadi pada anak-anak usia PAUD/ TK. Anak menyumbangkan sesuatu, karena mengharapkan pujian.
  • Tahap berikutnya, anak berbagi karena merespon apa yang diminta oleh orang lain, misalnya orang tua. Anak disuruh mendonasikan uang ke orang lain, kemudian menuruti permintaan tersebut. Biasanya ini adalah anak usia SD awal.
  • Lalu, tahap untuk anak usia SD akhir adalah anak berbagi karena berharap mendapatkan sesuatu seperti pujian, nama baik, dll.
  • Baru, kemudian tahap memasuki usia SMP awal, biasanya anak akan lebih sadar dari hati nuraninya sendiri bahwa berbagi tidak hanya menguntungkan orang lain, namun juga bagus untuk diri sendiri.

Jadi, semangat ya teman-teman, terutama para orang tua (moms), dalam mengajari anaknya berbuat kebaikan.

Nah, sebagai stimulasi keterampilan sosial untuk anak saat ini, boleh banget lho ikutan mengajak si kecil berdonasi rambut untuk pasien kanker melalui kampanye Berbagi Kebaikan Lifebuoy Shampoo bersama YKI. Cara donasi rambutnya sudah saya jelaskan di atas ya 😀 . Keterangan lebih lanjut bisa langsung mengunjungi Instagram @lifebuoyid. Semoga postingan ini bermanfaat dan berkah buat semuanya aamiin.

April Hamsa