Manajemen Kebersihan Menstruasi – Bunda lagi berdarah, lagi haid, makanya enggak sholat,” kata Dema. Yeah, Dema, anak perempuan saya usianya memang baru 6 tahun, tapi dia sudah saya ajari mengenai konsep menstruasi. Tentu saja dengan bahasa paling sederhana, sesuai usianya, yang semoga saja dapat dipahaminya.

Pentingnya memperkenalkan anak kepada kondisi menstruasi

Enggak cuma Dema, namun Maxy, anak laki-laki saya juga sudah tahu kondisi saya yang mengalami menstruasi setiap satu bulan sekali. Kosakata seperti “haid” atau “menstruasi” juga enggak asing untuknya.

Waktu itu terus terang saya memperkenalkan kata menstruasi kepada kedua anak saya itu karena mereka selalu nodong pertanyaan dengan penuh curiga “Kok Bunda enggal sholat?”

Grrrhhh… Bingung kan jelasinnya gimana? Yawda, akhirnya saya jelaskan aja tentang mengapa saya berdarah dan mengapa saya pakai pembalut, yang awalnya dikira pospak (kayak popok bayi) oleh mereka.

Mengajari anak mengenai menstruasi sejak dini itu diperbolehkan kok.

Kok ya untung, zaman sekarang dengan kecanggihan teknologi, saya dengan gampang menemukan video proses bagaimana perempuan bisa mengalami menstruasi. Yaaa, tinggal searching aja gitu, banyak kok.

Akhirnya, anak-anak (saya anggap) paham deh kalau saya sedang berdarah, berarti sedang menstruasi, dan saya enggak sholat. Jadi, mereka udah maklum kalau saya tidak sholat.

Apakah saya mengajari anak-anak tentang menstruasi terlalu dini?

Saya rasa kok enggak ya? Soalnya zaman now, menurut teman-teman saya yang udah punya anak remaja, menstruasi pertama sekarang tuh datangnya lebih cepet dari dulu. Berbeda dengan saya dan teman-teman seangkatan saya dulu yang kayaknya rata-rata mengalami menstruasi pertama kalinya tuh ketika SMP.

Bagi sebagian besar anak, ibu adalah sumber informasi penting untuk bertanya mengenai menstruasi.

Meski begitu ada juga sih teman saya yang sudah menstruasi saat SD sih. Saya teringat ada satu orang teman SD saya dulu pernah tiba-tiba roknya ada bercak merah. Waktu itu kami kelas enam. Sekelas melihatnya dengan panik, karena dikira terluka gitu. Eh, setelah lapor ibu guru, dijelasin deh bahwa teman saya itu mengalami menstruasi.

Meski demikian, terus terang saya sempat begidik, membayangkan pasti sakit deh berdarah gitu hehe. Kayaknya beberapa teman saya waktu itu juga berpendapat sama.

Sepertinya baru ketika SMP, saya udah lebih selow kalau suatu waktu tiba-tiba mengalami mesntruasi pertama. Walau, seingat saya, ibu saya enggak pernah mediskusikan secara khusus dengan saya soal menstruasi, namun karena melihat contoh dari ibu (bagaimana ibu membeli, memakai, dan membuang pembalut), saya pun bisa paham sendiri kalau menstruasi mesti ngapain. Apalagi udah banyak teman-teman SMP yang udah menstruasi duluan. Yeah, mungkin karena waktu itu saya bukan yang pertama menstruasi di circle saya, jadi saya kayak lebih siap gitu ketika saatnya mengalami menstruasi.

Nah, saya sih kepengen anak-anak saya, khususnya anak gadis saya, pemahaman tentang menstruasi lebih baik dari saya yang dahulu. Makanya, semoga dengan diperkenalkan lebih dini, si anak bisa enggak kaget kayak saya dulu ketika menstruasi.

Bolehkan membicarakan menstruasi sejak dini dengan anak?

Kalau kata mbak Anna Surti Ariani, seorang psikolog sekaligus Ketua Ikatan Psikologi Klinis Indonesia wilayah Jakarta, membiacarakan menstruasi udah bisa dilakukan saat anak mulai mengalami pubertas. Namun, kalau masih kecil pun tak masalah, asalkan cara bicaranya menyesuaikan usia si anak.

Kebetulan, mbak Anna Surti Ariani ini waktu itu menjadi pembicara webinar yang membahas mengenai Manajemen Kebersihan Menstruasi yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Obstetri & Ginekologi (POGI) dan Mundhipadram Indonesia. mbak Anna Surti Ariani memberikan materi mengenai “Ibu Bicara Menstruasi”

Saya saat ikutan webminar bertema Manajemen Kebersihan Menstruasi.

Selain mbak Anna Suti Ariani, waktu itu ada pula pembicara lain yakni: Prof. Dwiana Ocviyanti dari POGI, dr. Dwi Octavia Handayani dari Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, dan Ibu Mada Shinta Dewi dari Mundipharma.

Pemaparan mbak Anna Suti Ariani menurut saya sangat menarik karena bagaimanapun juga seorang ibu berperan untuk memberikan informasi tentang reproduksi perempuan kan? Menstruasi pasti juga termasuk donk dalam pembicaraan ini?

Nah, sayangnya nih, menurut mbak Anna Suti Ariani, enggak semua ibu mau lho membicarakan soal menstruasi. Soalnya, masih ada aja yang menganggap topik ini tuh tabu.

Selain tabu, alasan lain adalah banyak ibu yang bingung memulai pembicaraan tentang menstruasi. Mungkin karena kurang pengetahuan juga atau khawatir salah atau gimana gitu kan?

Trus, faktor lainnya, pembicaraan tentang menstruasi tidak terjadi karena si anak ragu apalah ibunya bisa menjelaskan dengan baik atau enggak. Wuaduh, ini sih PR banget ya buat para ibu supaya anaknya percaya kalau ibunya dapat menjelaskan menstruasi ini dengan baik.

Webinar Manajemen Kebersihan Menstruasi.

Padahal, kalau menghindari topik tentang menstruasi ini, ada efek buruk yang akan terjadi lho. Kata mbak Anna Suti Ariani, beberapa efek buruknya seperti: anak mengalami emosi negatif (takut, cemas, malu. Marah, dll), anak tidak siap menghadapi menstruasi, serta cenderung ada kesalahpahaman tentang menstruasi. Mungkin, ya kayak yang terjadi saat saya kecil dulu.

Nah, sebaliknya, kalau seorang ibu banyak ngobrolin soal menstruasi dengan anaknya, maka akan lebih banyak manfaat positifnya, seperti:

  • Kesehatan reproduksi remaja lebih baik.
  • Bisa menunda hubungan seksual pertama.
  • Mengurangi risiko masalah kesehatan mental terkait seksualitas.
  • Relasi ibu dan si anak (remaja) semakin dekat.

Maka dari itu, mbak Anna Suti Ariani menyarankan para ibu untuk membicarakan topik ini dengan anaknya tanpa sungkan.

Dalam kesempatan itu, mbak Anna Suti Ariani memberikan 7 tips bagaimana ibu dapat membicarakan menstruasi dengan anaknya, antara lain:

  • Mengingat bahwa kita (ibu) adalah orang yang paling diharapkan menjelaskan soal menstruasi

Maka, sebagai seorang ibu kita wajibu membekali diri dengan pemahaman yang tepat soal menstruasi. Jangan sampai kita keliru menyampaikan mitos atau lebih para lagi hoax tentang menstruasi. Jangan lupa pula untuk membekali diri dengan cara komunikasinya. Misalnya, coba ketika sedang santai bisa memulai obrolan tentang topik ini dengan tanya jawab ringan.

  • Sebaiknya lakukan pembicaraan tentang menstruasi ini berulang kali

Topik menstruasi tidak bisa cepat-cepat dijelaskan, kemudian mengharapkan anak paham dengan singkat. Melainkan, sebaiknya dilakukan berulangkali. Khususnya apabila si anak telah megalami tanda-tanda awal pubertas. Bisa juga sebelumnya, asalkan jangan lupa lakukan pembicaraan sesuai usianya.

Salah satu contohnya, ibu bisa memperkenalkan kepada anak apa itu pembalut, kemudian menunjukkan bagaimana cara memakainya, bagaimana cara membersihkannya, membuangnya, dll.

  • Sebaiknya ibu selalu bersikap positif

Bagian sebagian anak, menstruasi ini adalah topik sensitif. Makanya, ibu juga perlu berhati-hati saat mulai membicarakan topik ini. Misalnya memilih waktu atau tempat yang pas.

  • Banyak bertanya dan berdiskusi

Ketimbang banyak menasihati si anak, sebaiknya banyak lakukan tanya jawab dan diskusi. Walau ada kalanya ibu tidak mengetahui jawabannya, bilang saja ibu butuh waktu untuk berpikir. Namun, jangan lupa ya sebaiknya tetap mencari jawabannya dan segera dibahas dengan si anak.

  • Jelaskan secara kongkrit

Sebaiknya jangan pakai kalimat yang sulit apalagi kalau cuma membayangkan, namun tunjukkan secara kongkrit, misal pakai gambar anatomi sederhana atau bisa juga menjelasan dengan menunjukkan pembalutnya, dll.

  • Jelaskan juga tentang menstruasi kepada anak laki-laki

Tujuannya supaya laki-laki bisa memahami anak perempuan, sehingga tak ada lagi ceritanya anak laki-laki akan mengejek temannya yang sedang menstruasi. Bahkan kalau bisa ajari anak laki-laki kita supaya nanti bisa membantu jika dibutuhkan. Misal temannya sedang menstruasi, dia bisa bantu menutupi daripada meledek. Kalau ada teman lesu karena menstruasi, anak laki-laki ini bisa membantu memberikan bantuan, dll.

Mengajari anak tentang Manajemen Kebersihan Menstruasi juga penting lho…

Nah, ketika anak sudah mulai mendekati atau masuk masa puber sebaiknya seorang ibu juga memberitahu pentingnya Manajemen Kebersihan Menstruasi. Hal ini penting supaya anak paham, nanti kalau mengalami menstruasi harus melakukan apa saja.

Kelihatannya ngajarin ginian sepele ya? Namun, percayalah, edukasi kayak gini berarti banget.

FYI, ada fakta yang sangat mencengangkan lho. Kata Prof. Dwiana Ocviyanti 1 dari 2 anak gadis enggak tahu apa yang harus dilakukan pada saat menstruasi untuk pertama kali, 1 dari 3 anak mengganti pembalutnya saat udah dipakai lebih dari 4 jam, bahkan ada yang baru ganti setelah 12 jam. Daaan, yang paling bikin miris, banyak yang jorok, 1 dari 3 anak tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut.

Menjaga kebersihan pada saat menstruasi itu sangat penting. 

Itulah sebabnya yang namanya Manajemen Kebersihan Menstruasi pernting untuk diajarkan kepada anak.

Lalu. apakah yang dimaksud dengan Manajemen Kebersihan Menstruasi itu?

Prof. Dwiana Ocviyanti bahwa Manajemen Kebersihan Menstruasi merupakan cara perawatan diri pada saat sedang mengalami menstruasi. Perawatan ini sangat penting dilakukan supaya dapat menghindirasi risiko kesehatan yang muncul apabila abai/ sembarangan merawat kebersihan diri.

Mengapa sih kudu melakukan perawatan atau Manajemen Kebersihan Menstruasi yang baik dan benar pada saat menstruasi? Prof. Dwiana Ocviyanti menjelaskan beberapa alasannya, antara lain:

  • Darah adalah makanan bakteri

Kalau anggota badan terkena darah, maka harus cepat-cepat dibersihkan, karena darah itu makanan yang baik buat bakteri. Darah dapat menjadi tempat perkembangbiakan bakteri. Maka, sebaiknya, begitu mengganti pembalut tangan harus dalam kondisi bersih, baik sebelum maupun sesudah ganti pembalut.

Mengapa sebelum ganti pembalut juga wajib cuci tangan? Soalnya ada kemungkinan saat ganti pembalut, kita akan membersihkan organ intim kan? Jadi, kalau tangan tidak dicuci sangat mungkin membuat organ intim terinfeksi bakteri. Kalau sesudah ganti pembalut ya sudah seharusnya cuci tangan karena saat ganti kan tangan kita terkena darah.

  • Mencegah risiko kesehatan

Apabila lalai menjaga organ kewanitaan pada saat menstruasi, maka ada risiko kesehatan yang mengintai, seperti: infeksi saluran reproduksi, infeksi saluran kemih, infeksi jamur, peningkatan risiko kanker serviks, dll.

  • Menjaga kebersihan lingkungan

Pembalut tidak boleh dibuang sembarangan. Jika dibuang sembarangan, nanti darah di pembalut akan jadi tempat berkembangbiak bakteri sehingga berpotensi membuat lingkungan jadi tidak sehat.

Wajib cuci tangan sebelum dan sesudah ganti pembalut.

Pada saat akan mengganti pembalut maka harus bisa mengakses toilet, sabun, dan air untuk membersihkan diri dan kondisinya nyaman serta privasi terjaga. Usahakan untuk mencuci pembalut terlebih dahulu, sebelum kemudian dibuang dengan cara dibungkus.

Itulah sebabnya Manajemen Kebersihan Menstruasi sangat penting dilakukan.

Bagaimana caranya melakukan Manajemen Kebersihan Menstruasi? Berikut adalah beberapa poin-poin yang sebaiknya dilakukan:

  • Cuci bersih pembalut yang sudah dipakai dan masukkan ke dalam kantong plastik.
  • Buanglah pembalut yang sudah dipakai ke tempat sampah
  • Apabila menggunakan pembalut cuci ulang, cuci pembalut tersebut setelah digunakan.
  • Pembalut sebaiknya diganti setiap 4-5 jam sekali.
  • Mandi 2 kali sehari untuk menjaga kebersihan dan kesegaran tubuh.
  • Selalu cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah menggunakan pembalut.
  • Gunakan air yang bersih dan mengalir saat membersihkan organ kewanitaan. Perhatikan arah saat membersihkan vagina yakni dari depan ke belakang atau dari saluran kemih ke arah anus. Soalnya anus adalah organ paling kotor, sementara kalau dari belakang ke depan nanti kotoran di anus bisa masuk ke vagina.
  • Jangan pakai sabun mandi untuk membersihkan vagina. Kalau mau pakai sabun gunakan cairan pembersih kewanitaan yang sesuai dengan pH normal vagina (3,5-4,5). Kalau tidak ada cairan pembersih kewanitaan ya cukup pakai air aja, karena pH air itu netral.

Jadi, itulah beberapa poin mengenai Manajemen Kebersihan Menstruasi yang wajib orang tua, khususnya ibu, ajarkan kepada anak gadisnya. Mohon dicatet ya teman-teman yang punya anak perempuan 🙂 .

Pemerintah dan sektor swasta ikut andil mengkampanyekan Manajemen Kebersihan Mentruasi

Supaya anak perempuan di Indonesia lebih paham mengenai menstruasi, pemerintah juga melakukan berbagai upaya untuk memberikan edukasi tentang Manajemen Kebersihan Menstruasi.

Dr. Dwi Octavia menyebutkan bahwa sudah ada peraturan yang mendukung kampanye ini yakni Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi.

Pemerintah juga melakukan berbagai program yang dapat mendukung kesehatan reproduksi remaja putri ini, antara lain:

  • Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Sebuah kolaborai antara sekolah dengan puskesmas dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sehat.

  • Posyandu Remaja

Sebuah wadah untuk memfasilitasi remaja dama memahami tentang seluk beluk remaja selama masa puber.

Program pemerintah untuk edukasi remaja tentang reproduksi termasuk menstruasi.
  • Program “Aku Bangga Aku Tahu”

Program penyuluhan rutin ke sekolah terkait kesehatan reproduksi dan penyakit infeksi menular seksual.

  • Vaksinasi HPV

Salah satu program imunisasi anak dengan sasaran anak kelas 5 dan 6 SD untuk mengurangi risiko kanker serviks.

Itulah beberapa program pemerintah terkait kampanye Manajemen Kesehatan Menstruasi.

Di samping pemerintah, ada pula sektor swasta yang turut dalam memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi seperti ini. Sebut saja salah satunya Mundipharma Indonesia yang merupakan produsen Betadine Feminine Care.

Sejak tahun 2017, Mundipharma Indonesia telah berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan RI dan POGI untuk melakukan edukasi kesehatan reproduksi. Beberapa program yang sudah berjalan antara lain pemberian buku saku sehat dan bersih saat menstruasi kepada lebih dari 1.000.000 perempuan Indonesia. Selain itu, Mundipharma Indonesia juga membuat program #YangIdeal untuk mengedukasi bagaimana cara menjaga kebersihan dan kesehatan organ kewanitaan.

Mundipharma Indonesia juga menyediakan banyak pilihan produk untuk menjaga kesehatan dan kebersihan area kewanitaan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Prof. Dwiana Ocviyanti sebelumnya, bahwa sebaiknya jangan mencuci area kewanitaan pakai sabun mandi. Namun, sebaiknya pakailah produk pembersih seperti Betadine Feminine Care.

Rangkaian produk Betadine Feminine Care.

Produk pembersih kewanitaan dapat membersihkan area kewanitaan tanpa membunuh bakteri baik di vagina, sehingga bisa terhindar dari masalah kesehatan seperti keputihan, iritasi vagina, gatal-gala vagina, bau tak sedap vagina, dl.

Betadine Feminine Care  cocok untuk pembersih kewanitaan karena pH-nya sesuai dengan pH area kewanitaan, mengandung antiseptik maupun prebiotik untuk mencegah bakteri menginfeksi, paraben free, sudah lulus tes Hipoallergenic, dan yang lebih penting sudah lulus tes oleh ahli Ginekologi. Rangkaian produk Betadine Feminine Care dapat dilakukan di marketpace seperti  Shopee atau Tokopedia .

Bagitu deh…

Tentu saja, edukasi yang dilakukan oleh pemerintah dan sektor swasta ini tidak akan berjalan baik apabila pendidik utama, yakni keluarga (ibu), tidak melakukan perannya. Oleh sebab itu, yuk turut ambil peran untuk mendidik anak-anak kita mengenai menstruasi dan Manajemen Kebersihan Menstruasi supaya anak-anak tahu apa yang harus dilakukan saat mengalami menstruasi 🙂 . Semoga artikel ini bermanfaat yaaa 🙂 .

April Hamsa