Membuat kesepakatan dengan anak? Hah, buat apa? Bukannya sebagai orang tua, kita berhak ya, ngatur-ngatur anak kita? Hmmm… gimana nih menurut ibu-ibu dan bapak-bapak?

Kalau menurut saya pribadi, ketika si anak sudah makin bisa mengutarakan perasaannya sendiri, maka kesepakatan ini wajib dibuat. Soalnya, kalau tidak, wuah si anak makin ngeyel. Bukankah sepertinya begitu “hukum alam”-nya? Makin dilarang, anak akan makin tertarik melakukannya. Apalagi, kalau anaknya sudah masuk usia pra-remaja.

Maka, di sinilah letak pentingnya membuat kesepakatan bersama. Kesepakatan ini menurut saya masih berhubungan dengan peraturan yang ada dalam masing-masing keluarga. Kita semua pasti punya ya lha?

Misalnya, seperti:

  • Setelah bermain wajib membereskan mainannya.
  • Setelah bangun tidur wajib menata kasur sendiri.
  • Setelah makan wajib mencuci peralatan makan sendiri.

Masih banyak lagi contoh-contoh peraturan dalam setiap keluarga.

Sayangnya, enggak semua peraturan ditegakkan dengan konsisten di rumah. Nah, menurut saya di sinilah pentingnya letak kesepakatan, yakni bersepakat satu keluarga menaati peraturan yang dibuat.

Nah, kali ini, saya mau berbagi tips tentang bagaimana cara membuat kesepakatan dengan anak. Langsung aja deh ya, berikut adalah Langkah-langkah membuat kesepakatan dengan anak:

Semua anggota keluarga terlibat dalam membuat kesepakatan

Kesepakatan sebaiknya dibuat dengan melibatkan seluruh anggota keluarga melalui proses diskusi dan negosiasi. Kalau orang tua, yakni ibu dan bapak sebagai sesame orang dewasa biasanya prosesnya lebih mudah. Namun, kalau sudah terkait dengan kepentingan anak, si anak ini biasanya memiliki keinginan sendiri.

Mengajak anak berdiskusi dan bernegosiasi tentang sebuah kesepakatan biasanya tak mudah, karena orang tua perlu menjelaskan terlebih dahulu apa manfaatnya. Namanya anak kecil, logikanya kan belum begitu berjalan dengan baik, maka apabila ada yang dirasa kurang menguntungkan, ya, protes lha ya.

Itulah sebabnya, orang tua harus banget berdialog, berdiskusi dengan si anak, serta bernegosiasi dengan baik supaya anak mudah memahami kesepakatan yang dibuat. Kalau anak terlibat dalam pembuatan kesepakatan-kesepakatan tersebut, tentu juga lebih mudah bagi anak menerima dan menjalaninya.

Fokus pada hal-hal yang dianggap penting oleh seluruh keluarga

Hal ini sering dilupakan oleh kita selaku orang tua alias orang dewasa. Kadang kita memgeluarkan gagasan mengenai sesuatu yang kita anggap bisa menjadi kesepakatan yang bisa dijalankan bersama oleh seluruh anggota keluarga. Namun, kadang kita lupa, ada bagian keluarga yang tidak menganggapnya penting. Dalam hal ini biasanya adalah anak-anak.

Kalau boleh saya mengajukan pertanyaan mana kesepakatan yang penting buat seluruh anggota keluarga di bawah ini?

“Setelah makan wajib mencuci piring masing-masing.”

“Setiap Hari Minggu kita bersepeda keliling taman.”

Kalau menurut saya pribadi sih yang pertama ya, soalnya ada kalanya kalau Hari Minggu kan ada anggota keluarga yang lebih memilih istirahat saja di rumah,s etelah selama weekdays bekerja atau bersekolah.

Bagaimana pendapat teman-teman?

Tidak perlu banyak kesepakatan

Yes, kesepakatan itu menurut saya enggak perlu banyak-banyak ya. Percuma aja segambreng tetapi anak enggak ingat. Hal paling penting dalam membuat kesepakatan adalah:

  • Kesepakatannya sangat mempengaruhi semua keluarga.
  • Semua orang terutama si anak mampu mengingatnya.
  • Semua bisa melaksanakan dengan konsisten.

Mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh keluarga

Kesepakatan yang dibuat terkait dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh keluarga. Hal paling gampang misalnya kalau kebanyakan keluarga di Indonesia terkait dengan agama. Contoh kalau sekeluarga muslim, maka sebaiknya melakukan sholat tepat waktu.

Disebutkan dengan kalimat positif

Sebaiknya kesepakatan ini disebutkan dengan kalimat positif dan menghindari kalimat larangan. Alasannya sudah saya kemukakan tadi di awal, makin dilarang maka biasanya akan makin dilakukan.

Terdapat konsekuensi apabila kesepakatan dilanggar

Sebagai orang tua, sebaiknya kita juga bisa menjelaskan kepada si anak, bahwa pada saat ada anggota keluarga melanggar kesepakatan akan ada konsekuensinya. Konsekuensi ini juga bisa langsung kita diskusikan dengan anak pada saat memulai membuat kesepakatan.

Dibuat secara tertulis

Yes, sebaiknya buat kesepakatan secara tertulis supaya anak lebih mudah mengingatkan. Bila perlu ajak anak untuk membuat tulisan tersebut, menempel tulisan tersebut dll. Saran saya letakkan kesepakatan tertulis ini di area yang mudah dilihat dan dijangkau oleh anak-anak.

Melakukan refleksi

Ketika kesepakatan sudah dijalankan bersama, ada kalanya enggak berjalan dengan mulus. Misalnya anak berkali-kali melanggar kesepakatan. Maka, sebaiknya seluruh anggota keluarga duduk bersama lagi dan melakukan refleksi bersama. Bila perlu dibuat evaluasi apa penyebab kesepakatan ini susah sekali dijalankan. Entah bagaimana hasilnya nanti, apakah kesepakatan ini akan tetap dipertahankan atau akan ditambah bahkan di-remove, sebaiknya disepakati bersama pula.

Nah, itulah beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk membuat kesepakatan dengan anak.

Apakah ada saran lain bagaimana cara efektif untuk membuat kesepakatan dengan anak? Silakan share di kolom komentar ya.

April Hamsa

 

Categorized in: