Huhuhu, akhirnya jebol juga pertahanan. Setelah 6-7 bulanan lebih di rumah aja, akhirnya kami sekeluarga keluar rumah, pergi ke sebuah supermarket. Supermarket ini bisa dikatakan memang langganan kami. Dahulu, sebelum pandemi, hampir sebulan sekali kami ke sana untuk berbelanja. Sejak pandemi, cuma ayahnya anak-anak aja yang pergi ke sana. Itu pun kayaknya selama pandemi cuma dua kali. Nah, saya rasa pengalaman mengajak anak pergi ke supermarket saat masa pandemi ini perlu saya dokumentasikan di blog ini. Supaya, kelak bisa jadi kenang-kenangan bersama. Ternyata, yaaa, gini amat dah ke supermarket ketika masa pandemi. Ruempong puoooll.

Anak-anak ketika diajak ke supermarket.

Beneran deh, kalau menurut kami rempong, apalagi bawa anak-anak. Makanya saya heran nih sama orang tua yang dengan entengnya membawa anak keluar rumah, apalagi tanpa masker. Sementara, anak-anak kami, keluar pagar rumah aja bisa dihitung jari. Alhamdulillah, anak-anak sangat mudah menerima penjelasan kami soal wabah yang sedang melanda dunia ini. Walau, sesekali mengeluh bosan, ya masih wajar. Masih bisa dialihkan ke aktivitas lain juga.

Baca juga: Tips supaya Anak Betah di Rumah selama Masa Pandemi

Makanya, anak-anak happy banget ketika saya bilang kami akan ke pergi supermarket, seperti yang biasa kami lakukan dulu. Namun, yaaa gitu deh, saya briefing dulu dengan dos and don’ts sebelum benar-benar bepergian.

BTW, FYI, sebenarnya kami tuh udah lama pengen bawa anak keluar sebentar ke supermarket itu. Cuma, ada syaratnya, yakni kami semua, khususnya anak-anak, harus dalam kondisi yang fit banget. Artinya, enggak ada tuh pilek-pilek dikit, batuk-batuk dikit, wajib dalam kondisi tubuh yang prima. Eh, qodarullah, sejak Maret kok kami sekeluarga sering sekali ganti-gantian batuk dan pilek. Akhirnya pergi ke supermarketnya ditunda terus deh.

Mungkin memang udah kek gitu skenario-Nya kali ya? Kok, ya alhamdulillahnya Agustus kemarin, ketika ada “long weekend” (antara tanggal 16-22 kan ada dua tanggal merah tuh), kami semua sehat-sehat. Akhirnya, kami pilih tanggal 20 deh buat ke supermarketnya.

Kondisi supermarket yang sepi 🙁 .

Kenapa kami memutuskan tanggal 20 Agustus itu? Selain, karena, alhamdulillah, kondisi kami sedang oke semua, juga karena:

  • Pertama, karena hari kerja dan bisa dibilang tanggal pertengahan mendekati akhir bulan. Biasanya tak banyak orang belanja di tanggal-tanggal segitu.
  • Kedua, pas banget bapake alias ayahnya anak-anak sedang work from home (WFH) dan lagi selow pekerjaannya.
  • Ketiga, yo pas lagi ada duitnya, wkwkwk 😛 .

Yawes, akhirnya kami putuskan belanja hari itu.

Oh iya, sebelumnya, seperti yang tadi saya bilang, saya briefing anak-anak dengan banyak aturan, antara lain:

  • Wajib pakai masker dan faceshield. Tidak boleh lepas sama sekali selama berada di supermarket.
  • Tidak boleh pegang-pegang barang-barang yang dipajang di etalase supermarket. Maklum, anak-anak gitu lho. Kalau diajakin ke supermarket pasti tangannya pegang-pegang apa aja kaaan? 😛
  • Tidak boleh pegang area wajah. Namun, kalau terpaksa sekali, misal karena kepengen garuk karena gatal ya boleh aja, asalkan tangannya disemprot dulu pakai hand sanitizer yang kami bawa.
  • No rewel-rewel club mengeluh selama di supermarket. Begitu pula urusan minta jajan. Walau anak-anak kami termasuk yang jarang rewel minta ini itu kalau belanja sih. Tapi, tetep kami reminder.

Singkat cerita, anak-anak menyanggupi rules kayak gitu, berangkatlah kami sekeluarga pergi ke supermarket. Akhirnyaaa, jadi jugaaaa, keluar dari penjara rumah sebentar.

Oh iya, kami ke sana naik kendaraan roda empat online. Alhamdulillah, sih driver-nya memakai masker dan mobilnya cukup resik. Walau, sesekali driver-nya mengoceh soal “percaya tidak percaya pada Covid-19”.

Saya heran itu penjaga parkir, tukang warteg, enggak pakai masker, terima banyak uang kotor dari banyak orang, tapi saya lihat tiap hari ya ada aja (enggak kena Corona, kali, maksudnya :p ),” katanya 😛 .

Entahlaaah Paaak, kami juga buinguuung…

Kemudian, sekitar yaaa dua0 menit lha, kami tiba di supermarket. Alhamdulillah, enggak ada antrean untuk dicek suhu atau apalah itu. Soalnya, terakhir kali suami ke sana, awal-awal pandemi dulu, ada antrean gitu untuk masuk supermarket. Mungkin, karena saat itu hari kerja atau mungkin aturan udah lebih longgar? Mbuhlaaah…

Tak ada antrean di kasir.

Kami memutuskan masuk lewat pintu belakang yang dekat tempat parkir mobil, supaya mobil yang mengantar kami lebih gampang kalau mau keluar area supermarket.

Pak, mau ditungguin enggak? Soalnya ini saya kayaknya mau enggak mau balik lagi karena agak susah sekarang buat dapat penumpang lagi,” Pak Driver menawari kami, sekaligus curcol.

Dengan terpaksa kami tolak halus. Soalnya, enggak enak kan, kalau belanja ditungguin kek diburu-buru gitu. Padahal, ini pertama kalinya kami keluar rumah sekeluarga sejak melockdown diri sendiri.

Setelah mobil pergi, saya perhatikan cuma ada satu dua mobil terparkir di sana. Sepi beut, agak sedih deh dengan kondisi kayak gitu. Padahal, dulu, walau hari kerja, ya lumayan banyak yang belanja di sana.

Baca juga: Kehidupan Sebelum dan Sesudah Covid-19 Mewabah

Sebelum masuk supermarket, karena ada wastafel dan sabun cuci tangan, kami pun memulai aktivitas belanja dengan mencuci tangan terlebih dahulu. Lalu, ketika masuk gedung (jadi ini tuh supermarketnya di lantai dua gitu, sedangkan lantai satu begitu masuk ada pujasera), ternyata sudah ada Pak Satpam yang siap “menembak” alias mengecek suhu kami. Alhamdulillah, semua normal suhunya jadi bisa langsung naik ke lantai atas.

Begitu sampai lantai dua, kami langsung ambil troli. Namun, sebelumnya kami semprot pegangan troli pakai sanitizer yang kami bawa. Kayaknya diliatin ma beberapa pengunjung atau pegawai, tapi yaaa ikan hiu makan tomat alias bodo amat dah. Yang penting nih troli aman kami pegang.

Saya perhatikan pendinginnya kok kayaknya jadi lebih bersih ya.

Sebelum masuk, karena supermarket menyediakan hand sanitizer, kami juga bersih-bersihin tangan dulu. Saya pun bawa hand sanitizer sendiri untuk kami pakai selama berbelanja.

Daaan, benarlah, kalau Maxy bisa menahan diri garuk-garuk wajah, Dema nih yang agak susah, heuheuheu. Tiap ketahuan mau pegang wajah, saya udah yang “Eiiits, no no!” trus semprot-semprot hand sanitizer hahaha 😛 .

Selama di supermarket, kami cuma melihat sedikit pelanggan lain. Sepiiii sekali supermarket waktu itu.

Saya melihat ada juga satu keluarga yang belanja seperti kami, bawa dua anak yang usianya tak beda jauh deh dari Maxy dan Dema, tapi sayangnya orang tuanya kurang tegas menjaga masker anak-anaknya. Salah satu anaknya memakai masker di dagu, satu lagi maskernya tidak menutup hidung 🙁 . Saya auto “melindungi” anak-anak saya menjauhi mereka dan berusaha enggak berpapasan dengan keluarga itu lagi 😛 .

Eh, tapi saya perhatikan, tutup kaca lemari pendingin makanan jadi lebih bening dan bersih deh, jika dibandingkan sebelum pandemi. Kalau dulu, sering ada bunga es-nya gitu, saat itu bersih sekali. Entah, ganti pendingin atau memang jadi lebih rajin dibersihkan, kurang tahu deh ya.

Usai belanja, kami langsung ke kasir. Enaknya belanja saat masa pandemi tuh, tak ada antrean kasir karena sepi pengunjung. Mungkin, karena weekdays? Entahlah…

Jadi, begitu deh, teman-teman, pengalaman kami sekeluarga pergi ke supermarket saat masa pandemi. Daaan, karena, kayaknya bakalan lama lagi ke supermarketnya, akhirnya kami belanja agak lumayan banyak waktu itu. Supaya enggak bolak-balik juga lha.

Mampir ke restoran fast food buat makan es krim sebentar.

BTW, kalau belanja di supermarket itu, biasanya kami punya kebiasaan mampir makan siang di salah satu gerai fast food yang ada di lantai satu. Namun, karena pandemi kok kami agak takut buat dine in kayak biasanya. Namun, karena saya enggak masak, mau enggak mau harus beli makanan juga di sana. Minimal take away lha.

Ketika saya intip, gerai fast food-nya sepi jugaaa 🙁 . Cuma ada satu meja terisi itu pun kayaknya pegawainya yang tengah meeting. Nyesek deh ngelihatnya, padahal dulu kalau mau makan di sana sesudah belanja bulanan, biasanya agak ngantre untuk dapat duduk 🙁 .

Akhirnya, kami putuskan tetap pesan makanan tapi dibawa pulang, dan pesan es krim untuk dimakan di sana. Capek juga kan abis ngiderin supermarket.

Anak-anak terlihat happy banget. Namun, berulang kali saya ingatkan harus cuci tangan sampai bersih dan makannya harus agak cepet, supaya bisa lekas balik ke rumah.

Yeeess, begitu selesai kami langsung menuju ke rumah. Enggak pakai mampir-mampir lagi huhuhu. Tapi yoweslah, bersyukur bisa keluar, walau cuma sebentar.

Daaan, tahu enggak seeehh, sebulan kemudian (September ini) kami mendengar kabar kurang enak dari supermarket yang kami kunjungi itu. Pertengahan September lalu, supermarket tersebut tutup. Kalau baca berita sih, katanya ada pegawai supermarket yang terkena Covid-19 dan meninggal. Eh, tapi sebenarnya pegawai itu katanya enggak dinas di supermarket yang kami kunjungi itu. Cuma, almarhum ini katanya manajer area atau apa gitu, yang biasa keliling-keliling seluruh cabang supermarket tersebut.

Nah, almarhum ini sempat datang juga buat mengecek kondisi supermarket yang kami datangi itu (enggak tahu kapan persisnya). Makanya, akhirnya supermarket tersebut menutup semua cabangnya pertengahan September lalu selama beberapa hari untuk pembersihan gitu, katanya.

Karena jarang keluar rumah, sepulang dari supermarket, anak-anak kelelahan.

Ya Allah, ada-ada ajaaaa…

Enggak kebayang deh, kalau kejadiannya Agustus. Mana, tak lama setelah itu, kami dapat broadcast poto surat kabar dengan judul headline yang ditulis gede-gede: “YANG KE SUPERMARKET XXX BURUAN RAPID TEST!” pula, astaghfirullah…

Foto dari tetangga tentang kondisi supermarket yang kami datangi itu. Tapi, kabarnya sekarang sudah kembali normal operasionalnya, alhamdulillah.

Semoga pandemi ini lekas berlalu Ya Allah…

Kesimpulannya, kalau ditanya, “Mau bawa anak ke supermarket lagi ketika masih pandemi kayak gini enggak?”

Jawabannya, “Enggak dulu daaah, ntar-ntar lagi ajaaa! Bapak atau emaknya aja yang belanja kalau pas ada kebutuhan!”

April Hamsa