Pecel Madiun merupakan salah satu kuliner nusantara yang begitu mudah saya temukan saat masih tinggal di Surabaya. Namun, begitu pindah ke Jakarta, saya menjadi sedikit kesulitan menemukan makanan yang terbuat dari rebusan beberapa jenis sayur ini. Supaya bisa menikmati Pecel Madiun, kini, saya harus bepergian sejauh beberapa kilometer untuk menuju rumah makan yang menyediakan menu makanan asal Jawa Timur ini. Padahal, dulu, jika kepengen makan pecel, tinggal lari ke warung tetangga yang memang berjualan Pecel Madiun.
Pernah suatu hari, saat sedang hamil anak kedua saya Dema, saya ngidam ingin sarapan pagi dengan Pecel Madiun. Alhamdulilah, saat itu saya menemukan rumah makan Pecel Madiun yang buka sejak pukul 07.00 WIB di daerah Kalibata Jakarta Selatan. Ketika lidah saya merasakan pedas dan gurihnya bumbu pecel, seketika itu juga saya lega. Keinginan jabang bayi dalam “perut” terpenuhi, hehe. Bumbu pecel yang berbahan dasar dari kacang tanah itu memang berperan besar menciptakan kelezatan Pecel Madiun. Sebab, tanpa bumbu pecel, makanan tersebut cuma rebusan sayur semata yang hambar tanpa rasa.
Pecel Madiun yang disajikan oleh salah satu rumah makan di Depok.
Secara teori, cara membuat bumbu Pecel Madiun terlihat mudah. Bahan dasar kacang tanah digoreng, kemudian dicampur dengan cabe rawit, bawang putih, kencur, garam, gula, serta daun jeruk purut. Campuran bahan-bahan bumbu tersebut kemudian ditumbuk sampai halus. Rasa yang diciptakan oleh bahan-bahan tersebut biasanya sangat khas, dimana manis, asin, dan pedas bercampur menjadi harmoni yang pas di lidah.
Semenjak kejadian ngidam ingin makan Pecel Madiun itu, ibu saya yang masih tinggal Surabaya jadi sering sekali mengirimi saya bumbu pecel. Biasanya dua atau tiga bulan sekali pasti saya dapat paket berisi bumbu pecel. Bumbu pecel tersebut adalah buatan tangan ibu saya sendiri. Kadang, jika ibu saya tidak sempat membuatnya, ibu mengirimi saya bumbu pecel yang dibeli dari pemilik rumah makan Pecel Madiun yang berjualan di depan rumah nenek suami saya.
Sekarang, jika saya ingin makan Pecel Madiun, saya tinggal membeli sayur-sayuran seperti kacang panjang, kangkung, taoge/ kecambah, sawi, ketimun, kol, dan lain-lain. Biasanya sayur-sayuran tersebut saya kukus. Setelah sayur-sayuran matang, saya hidangkan semua di atas piring. Berikutnya, tinggal disiram dengan bumbu pecel yang sebelumnya sudah diencerkan dengan air hangat. Jika dimakan tanpa karbohidrat seperti nasi atau lontong, Pecel Madiun tak ubahnya seperti salad. Itulah sebabnya sebagian orang menyebut makanan ini sebagai “Salad Jowo”.
Sejarah Pecel Madiun
Kuliner nusantara pecel, konon sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Seperti yang saya sebut sebelumnya, sebagian orang menyebutnya “Salad Jowo” sebab konsepnya memang persis seperti hidangan salad yang biasa dikonsumsi oleh orang-orang Eropa. Sama-sama memakai sayur-sayuran dan diberi dressing. Namun, dressing-nya berupa bumbu pecel, bukan mayonaise seperti yang kita jumpai pada salad-salad khas orang bule.
Itulah sebabnya, jika kita pergi ke Suriname yang merupakan tempat pengasingan orang-orang Jawa pada jaman penjajahan dahulu, di sana kita juga akan menemukan pecel. Di Indonesia sendiri, sebenarnya selain Pecel Madiun, ada pula pecel-pecel khas daerah lain. Namun, konon katanya pecel pertama kali diperkirakan berasal dari Madiun (Pecel Madiun). Alasannya, karena rasa bumbu pecel dari bahan dasar kacang yang digunakan sangat mirip dengan rasa bumbu Sate Ponorogo. Madiun dengan Ponorogo jaraknya cukup dekat.
Terlepas dari berbagai kotroversi dimana pertama kalinya pecel muncul, satu hal yang pasti, pecel memang berasal dari Tanah Jawa. Kata “pecel” sendiri berasal dari Bahasa Jawa. “Pecel” memiliki arti “ditumbuk” atau “dihancurkan dengan cara ditumbuk”.
Tentang Food Photografy (Fotografi Makanan)
Meskipun terdengar sebagai makanan sederhana yang “hanya” ditumbuk, namun pecel, khususnya Pecel Madiun merupakan salah satu bagian dari kekayaan kuliner nusantara yang cukup diperhitungkan. Banyak restoran atau hotel berskala internasional di Indonesia menyajikan menu ini. Pecel Madiun yang ditawarkan kepada tamu-tamu restoran atau hotel biasanya dipotret dengan teknik food photografy (fotografi makanan). Berkat teknik fotografi makanan, makanan sesederhana Pecel Madiun pun bisa mengundang selera makan.
Apakah yang sebenarnya dimaksud dengan fotografi makanan itu? Fotografi makanan adalah suatu teknik memotret obyek berupa makanan. Tujuannya supaya makanan tersebut memiliki kesan terlihat lezat, sehingga orang tertarik untuk mencicipi. Selain itu, tujuan lain fotografi makanan adalah sebagai penghargaan terhadap kreativitas dan kerja keras bagi pembuat makanan tersebut. Jadi, sebelum makanan tersebut habis tidak bersisa, sebelumnya lebih baik diabadikan dulu dalam bentuk foto. Sehingga, makanan tersebut bisa abadi dalam gambar dan lebih mudah diceritakan kepada orang lain, ketimbang sekedar memakai kata-kata.
Untuk mengaplikasikan fotografi makanan hal yang paling diperlukan adalah pertama kemampuan fotografi dasar. Sebab, bagaimana pun juga, secanggih apa pun kamera yang digunakan, jika man behind the gun-nya tidak paham fotografi dasar, hasil fotonya pun pasti tidak akan sesuai harapan. Lalu, kedua adalah kamera. Fotografi makanan membutuhkan kamera untuk mengcapture makanan tersebut. Dewasa ini, kamera yang sering dipakai untuk fotografi makanan adalah kamera digital yang hasilnya sudah berupa data yang dapat langsung disimpat ke media penyimpanan atau pun diunggah ke dunia maya.
Apakah hanya mereka yang memiliki kamera keren dan bagus saja yang bisa memotret dengan teknik fotografi makanan? Oh, tentu tidak. Apalagi di jaman teknologi yang serba canggih seperti sekarang, semua orang bisa mengabadikan makanan yang akan mereka masak atau makan dengan teknik fotografi makanan. Bahkan, alat untuk memotretnya pun sederhana saja, kamera smartphone yang dipergunakan dalam keseharian.
Pernah tidak teman-teman makan di rumah makan, lalu melihat orang memotret makanan terlebih dahulu, baru kemudian makan? Bahkan, mungkin di antara kita, ada juga yang sering melakukannya, iya, kan? Hayooo, ngaku? Hehe. Kalau, saya, jujur sering begitu. Foto-foto makanan tersebut biasanya buat kenang-kenangan atau diunggah ke media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan media lainnya.
Hasil foto-foto itu pun, enggak sekedar makanan tanpa arti. Biasanya gambarnya bagus banget, seolah-olah dijepret oleh fotografer profesional dengan kamera canggih. Padahal, kita sama-sama tahu, kalau kebanyakan dari foto-foto teman atau saudara yang kita lihat di media sosial, sebenarnya “cuma” dari kamera smartphone, bukan? Jadi, menurut saya, asal mengerti teknik fotografi makanan yang benar, kita semua pun bisa menjadi Food Photografer.
Fotografi Makanan dengan kamera smartphone
Menghasilkan foto makanan dengan kamera smartphone.
Untuk menghasilkan foto makanan yang bagus dengan menggunakan kamera smartphone, maka hal-hal yang kita butuhkan antara lain:
1. Setting kamera smartphone
Apabila di kamera smartphone ada mode food, kita bisa pilih mode tersebut. Namun, apabila tidak ada maka kita setting kamera smartphone sendiri. Berikut adalah settingan kamera smartphone yang disarankan untuk memotret makanan:
- Aktifkan “grid” atau “panduan”. Tujuannya untuk memudahkan dalam mengatur komposisi foto (misalkan mau mengikuti aturan rule of third). Aturan rule of third merupakan suatu cara memposisikan obyek di sepertiga bagian dalam foto, sehingga menjadi enak dilihat.
- Atur “white balance”. Tujuannya untuk supaya warna fotonya seakurat warna obyek aslinya.
- Apabila cahaya cukup, setiing ISO pada 100 atau 200.
- No flash. Namun, flash bisa dipakai di luar ruangan apabila kita khawatir backlight.
- Aktifkan macro (Macro On). Tujuannya supaya tekstur makanan yang difoto dapat terlihat dengan jelas.
2. Cahaya
Waktu sangat berperan dalam pengambilan foto makanan yang bagus. Alasannya karena kita bisa mengambil pencahayaan alami (natural light) dari sinar matahari. Sinar matahari yang bagus untuk memotret adalah matahari pagi sekitar pukul 6 sampai 9 pagi. Sebab, cahaya yang dihasilkan sinar matahari pagi bernuansa putih dan lembut.
Sebaiknya tidak memotret pada saat siang atau tengah hari, sebab sinar matahari menyilaukan sehingga kurang cantik untuk memotret obyek makanan. Bisa juga, memotret pada saat matahari sore, sekitar pukul 4 sampai 5 sore. Pada saat itu cahaya dari matahari kembali lembut, namun berwarna oranye atau keemasan, sehingga bagus untuk pencahayaan foto.
Lalu, bagaimana jika cuaca mendung atau kita sedang ada kebutuhan mendesak harus memotret pada malam hari? Apabila kondisinya seperti itu, maka kita bisa menggunakan cahaya buatan (artificial light). Kalau fotografer profesional biasanya menggunakan lampu dengan softbox, namun untuk kita yang sedang belajar memotret bisa lho berkreasi membuat lampu dengan softbox sendiri. Misalnya, menggunakan lampu belajar yang dilapisi styrofoam dan kain putih atau kertas kalkir (kertas tembus pandang seperti kertas minyak yang biasa digunakan desainer untuk menggambar desain).
3. Angle
Angle atau sudut pengambilan foto/ gambar juga berperan penting dalam memotret makanan dengan kamera smartphone. Sebab, jika sudut pengambilan gambarnya kurang bagus maka komposisinya juga terlihat tidak bagus. Sebaliknya, berkat sudut pengambilan gambar yang tepat, obyek yang terlihat sederhana atau sepele sekali pun bisa terlihat luar biasa fotonya.
Sudut pengambilan gambar yang biasa dipakai dalam memotret makanan, yang saya ketahui saat mengikuti workshop fotografi dengan menggunakan kamera smartphone tahun kemarin, ada tiga macam:
- Angle Rendah: sudut pengambilan gambar antara 0 derajat (horisontal/ rata dengan alas atau meja) hingga 30 derajat. Keunggulannya dapat membuat makanan terlihat tinggi dan memperlihatkan background.
- Angle Normal: sudut pengambilan gambar sesuai mata manusia memandang obyek makanan, sekitar 30-60 derajat dari garis horisontal. Untuk fotografer makanan pemula, jika memotret makanan dari angle seperti ini biasanya akan “aman”.
- Angle Bird’s Eye View: sesuai namanya, sudut pengambilan gambar diambil seperti seekor burung yang terbang di atas awan sambil melihat ke bawah. Jadi, foto diambil tegak lurus 90 derajat di atas obyek makanan. Sudut pengambilan gambar ini juga termasuk “aman” buat fotografer makanan pemula karena tidak perlu memikirkan latar belakang obyek. Meski demikian, sudut pengambilan gambar ini membutuhkan keterampilan food stylish menyusun letak obyek supaya terlihat indah saat diabadikan dengan kamera smartphone.
4. Reflektor
Fungsi reflektor adalah untuk memantulkan cahaya ke obyek foto supaya obyek foto tersebut terlihat lebih terang. Biasanya kita pakai pada saat pencahayaannya kurang. Reflektor yang sederhana bisa kita buat sendiri dari lembaran styrofoam.
5. Keahlian dalam food stylish
Tujuan food stylish atau penataan makanan adalah untuk menonjolkan atau menguatkan obyek makanan yang kita foto. Penataan makanan juga bisa memperbaiki obyek foto, misalkan obyeknya sebenarnya sederhana, tapi karena ditata sedemikian rupa, ternyata hasil foto/ gambarnya menjadi bagus. Selain itu, penataan makanan juga dapat memberikan kesan yang ingin dicapai sebuah foto makanan, seperti makanan itu nampak lezat, sehingga menggugah selera makan orang.
Supaya penataan makanan tetap dapat menonjolkan obyek makanan yang ingin dipotret maka hal-hal yang sebaiknya diperhatikan adalah:
- Usahakan untuk memotret edible food, misal bahan-bahan makanan segar.
- Sebaiknya memilih peralatan makanan yang sederhana. Kalau saya biasanya lebih menyukai peralatan makanan (mangkok, piring, cangkir, dsb.) berwarna putih atau bening yang bisa dengan mudah saya temukan di dapur rumah.
- Pilih alas dan background yang dapat memperkuat penampilan obyek makanan. Biasanya saya menggunakan alas dan background putih atau yang berwarna gelap seperti kehitaman.
- Tampilkan makanan sealami mungkin, jadi tidak terlihat seperti ditata. Misal, saat memotret Pecel Madiun, ada sambel pecel menetes dari piring ke alas.
- Menambahkan hiasan. Di sekitar obyek makanan kita bisa menambah obyek-obyek pendukung lain, misal sendok, garam, lada, dan lain-lain yang masih berhubungan dengan obyek makanan. Jangan menambahkan obyek lain yang kurang sesuai, misal menyandingkan sepatu dengan sepiring Pecel Madiun. Tentu terlihat enggak nyambung, bukan?
6. Teknik editing foto
Smartphone memungkinkan kita mengunduh aplikasi untuk mengedit foto/ gambar. Nah, apabila ternyata ada foto yang ternyata kurang bagus kita bisa mengeditnya dengan aplikasi tersebut. Dengan mengedit foto, kita bisa mengkoreksi “kecacatan” foto tanpa harus memotret obyek makanan lagi. Aplikasi yang biasa saya pakai untuk mengedit foto adalah Snapseed dan VSCO.
Kamera ASUS ZenFone, andalan saya memotret makanan
Saya memotret Pecel Madiun di salah satu rumah makan di Depok dengan ASUS ZenFone.
Kamera smartphone yang saya andalkan untuk (belajar) memotret obyek makanan adalah kamera ASUS ZenFone 3 Laser. Kamera smartphone yang satu ini memang dapat diandalkan untuk fotografi, sebab smartphone-nya sendiri memang berasal dari keluarga Asus yang built for photography. Kamera smartphone Asus ZenFone 3 Laser memiliki keunggulan, antara lain:
- Memiliki teknologi Deep Trench Isolation: bisa mencegah cahaya foto kehilangan salah satu pixel pada sensor ke lainnya, sehingga foto memiliki akurasi warna yang sesuai dengan obyek aslinya.
- Memiliki teknologi PixelMaster Camera: merupakan teknologi yang dikembangkan oleh ASUS yang mampu menggabungkan software, hardware, serta desain optik. Teknologi PixelMaster Camera tersebut membuat kamera ASUS ZenFone memiliki kemampuan setara kamera/ berkualitas sangat bagus dalam mengambil foto/ gambar atau merekam video.
- Memiliki sensor koreksi warna: sehingga bisa mendeteksi subyek cahaya yang tidak biasa dan membuatnya tampak natural dalam foto.
- Memiliki resolusi super 4x: menciptakan detail foto yang luar biasa.
- Memiliki 52 MP resolusi super: sehingga memiliki penyusun satuan foto yang luar biasa besar/ banyak.
- Memiliki prosesor 64 bit – Qualcomm Snapdragon 430: sehingga kinerja smartphone, khususnya kameranya sangat cepat dalam menghasilkan foto-foto tajam, merekam obyek, serta mengedit foto, tanpa menghabiskan baterai.
- Memiliki real time backlight (super high dynamic range): bisa menunjukkan efek high dynamic range (HDR) seperti foto yang dibingkai.
- Mempunyai kamera depan 8 MP dan kamera belakang 13 MP: bisa membuat foto yang dipotret/ video yang direkam menjadi lebih bagus dari aslinya.
- Baterai smartphone-nya tahan lama: baterainya memiliki kapasitas sebesar 3000 mAh, jadi bisa memotret dan mengedit foto/ gambar tanpa khawatir kehabisan baterai.
- Memiliki resolusi 1920×1080 Full HD: mampu menunjukkan setiap detail obyek makanan yang dipotret/ direkam.
- Mempunyai intens kecerahan hingga 400nits: membuat obyek makanan yang dipotret/ direkam mudah dilihat, bahkan di bawah kondisi cahaya terang sekalipun.
- Memori built in hingga 4 GB: sehingga walau kita membuka banyak aplikasi dalam smartphone, kegiatan memotret tidak terganggu.
- Smartphone ASUS ZenFone 3 Laser mempunyai sensor sidik jari: sehingga bisa lebih cepat membuka aplikasi kamera maupun editing.
- Layar smartphone ASUS ZenFone 3 Laser lebar dan besar 5,5”: membuat lebih jelas menangkap obyek makanan untuk difoto atau direkam.
- Body smartphone ASUS ZenFone 3 Laser bagus: sangat kokoh, mudah dipegang karena penutup belakang yang melengkung, namun memiliki kesan sangat mewah. Sehingga, sangat mudah mengambil gambar dan terkesan ekslusif menggunakan smartphone ini.
Memotret Pecel Madiun dengan smartphone ASUS ZenFone
Memotret obyek makanan “sesederhana” Pecel Madiun merupakan sebuah tantangan. Bagaimana caranya supaya foto Pecel Madiun tersebut bisa membuat orang ingin memakannya adalah tantangannya. Sehingga sekadar memotret Pecel Madiun pun membutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang, supaya saat mengeksekusinya hasil fotonya bisa berkualitas bagus. Berikut adalah contoh praktek saat saya memotret kuliner nusantara Pecel Madiun dengan smartphone ASUS ZenFone:
Beberapa alat yang saya butuhkan untuk memotret Pecel Madiun:
- Kamera smartphone ASUS ZenFone 3 Laser.
- Sumber cahaya (saya menggunakan sinar matahari sore).
- Set berupa meja (sebagai alas foto).
- Background (kelambu kuning).
- Reflektor berupa styrofoam putih.
Background, alas, cahaya alami, cahaya buatan, dan kamera ASUS ZenFone 3 Laser.
Bahan-bahan yang saya butuhkan sebagai obyek foto:
- Sepiring Pecel Madiun.
- Makanan pelengkap lainnya seperti nasi, rempeyek, sayuran, dsb.
- Obyek properti lain berhubungan dengan obyek makanan Pecel Madiun, seperti alas makan, sendok, garpu, secangkir teh, dsb.
Obyek foto dan obyek pelengkap.
Urutan pekerjaan yang dilakukan:
- Melakukan food stylish.
- Menyetting kamera ASUS ZenFone 3 Laser.
- Memotret Pecel Madiun dengan angle yang sesuai.
- Mengedit foto.
Menata letak obyek dan memotret.
Memotret dengan angle normal dan bantuan reflektor.
Foto asli dengan obyek makanan Pecel Madiun.
Editing dengan Snapseed.
Editing dengan VSCO.
Hasil akhirnya, seperti di bawah ini:
Hasil foto dengan obyek Pecel Madiun dengan kamera ASUS ZenFone 3 Laser.
Bagaimana? Apakah cukup membuat teman-teman ingin makan Pecel Madiun? Semoga, ya, hehe… 😀
April Hamsa
Artikel ini diikutsertakan pada Blogging Competition Jepret Kuliner Nusantara dengan Smartphone yang diselenggarakan oleh Gandjel Rel.
Sumber referensi:
- www.asus.com/id
- https://id.wikipedia.org/wiki/Pecel
Dapat lagi Ilmu tentang reflektor. Kalau beli styrofoam dimana Mbak? Pakai styrofoam gambar yang dihasilkan jadi lebih terang ya Mbak. Besok praktek, ah! 🙂
Beli di toko buku ada mbak, ini styrofoam yang biasa ditempelin buat mading itu lho. Suamiku yang beli pas ikutan WS fotografi jg, tahunya jg dari mentornya itu.
Ya ampun, tipsnya lengkap banget Pril, noted nih 🙂 Btw, aku juga suka pecel madiun, ah jadi kangen makan pecel madiun, wkwk. Kamera ASUS zenfone emang dah, detillll 🙂
Kalau di Jember kan lebih gampang Prit, nemu pecel madiun, hehe
Makasih tips nya, Mba April. Mau langsung praktek ah nanti.
Sama2 Mbk Grace, moga bermanfaat 🙂
Hwaaaa, nambah ilmuuuuu. Aku belum pernah nyoba pakai reflektor dan lighting buatan. Masih ngandelin cahaya alami aja selama ini. Foto2 makanan itu susah2 gampang sih yaaa
Aku kadang walau matahari masih ada aku tambahin cahaya juga mbak hehe. Tapi paling suka foto di outdoor sih 😀
Pegel Madiun itu ngangenin mbak, rasa sambel pegel ya beda ama pegel Jogja. Jadi pengen nih lihat foto mbak April.
Iya beda, sepertinya kalau Yogya lebih manis ya mbak bumbunya
Sambal kacang memang nikmat, aku sambal kacang enggak cuma buat makan pecel ajah, tapi makan cilokkk juga… hehehe
Hehehe aku suka juga tu krupuk putih aku cocol sambel pecel 😀
Waaaaa pecel madiun itu bikin aku ngiler berat. Klo aku ke depok ajak makan ini yaaaaa
Btw tentang reflektor, aku ini tipe paling cuek euy, gak pernah pake relektor sama sekali, ternyata penting ya
Ayo mbak, di Margonda Raya ada beberapa rumah makan juaan pecel Madiun neh 😀
AKu diajarin suamiku hehehe
Kemaren pengen ikutan ini tapi nggak ada yg bsa dipinjemin kameranya. Lah aku kudu piye wkwk padahal bamyak banget ini makanan Timur yg lezat2, fiuh…
Kan kmrn syaratya udah diralat mbak 😀
Wah iya masakan Timur banyak yg menggoda 😀
Pakia asus makanan tradisional ternyata di foto jadi menarik dan menggugah selera
Iya mbak, kameranya asus kece 😀
Wah pecel madiun, one of my favorite food! Makasih tips fotographynya mbak 🙂
Sama2 Mbak, moga bermanfaat 🙂
Bagus hasil foto makanan dengan camera ASUS ya mba, bikin mupeng aja.
Hehehe iya mbak, tapi aku masih belajar nih mbak, blm bisa moto dengan bagus 😀
Suka banget pecel madiun mba..udah bikin kepengin 😍😍
Aku mau nyobain motrek pake hp iniii dong mba hihii. Reflektornya aku bantu pegang mbaaa 😊
Hahahaha boleh boleh Mbak, ini kalau gak ada yang bantuin ya gtu megangnya 😀
MAkasih tipsnya mba April. Wah aku jadi penasaran pengen mencoba langsung belajar fotografi nih 🙂
Sama2 mbak, aku jg baru belajar kok mbak 😀
reflektor bisa dicoba ni, kemarin foto dimalam hari masih kurang pas..
Iya kalau malam kudu punya cahaya buatan yang bagus mbk 😀
Aku kok ga sabaran kalau lihat makanan ya. Foto 1-2x trus langsung makan. Hahahah, ga cocok jadi food blogger nih
Hehehe aku biasanya jepret2 trus makan 😀
Mbak, HPnya samaan kita, Mbak. Huhahaha…
Aku juga suka pecel, tapi karena punya maag, gak kuat sama bumbu kacangnya itu.
Jakarta emng susah nyari makanan daerah gitu, tapi kalau di kota tua atau monas, biasanya bnyk yg jual.
Hehehe tooss hp
Oh ya? Kalau bikin sendiri dikurangin cabenya mbak 😀
Kalau di Depok lumayan gampang mbak, pas di Jaksel dulu aku nyarinya mpe Kalibata hehe
perjuangan bener yak mau motret makanan, hihihi.
aku pernah makan pecel madiun di margonda. jangan2 tempatnya sama 😀
Pecel Mbak Ira, bukan? hehe
Aku kenal pecel ini setelah menikah. Setiap kali pulang ke rumah mertua, pasti sarapannya dibeliin nasi pecel.
Foto pecel Mbak April keren ih. Buat aku moto pecel itu susah loh, karena dominasi warna coklatnya itu kalau cahaya ga pas langsung buyar.
Tips poto makanannya mau aku praktekin ah. Makasih, Mbak
Suami Mbak Dian org Jawa ya? hehe
Pecel itu penyelamat kalau lagi gak masak, asal punya bumbunya hehe
Hihihi tengkyuuu, aku msh belajar kok mbak, di luar sana banyak yg lebih oke fotonya 😀
Wah ini baru lengkap ilmunya.. Aku blm pernah coba pakai reflektor. Dan aku lbh seneng foto dengan cahaya antara jam 9-10 dan jam 15-16 mbak 🙊
Kalau saya sukanya pagi banget jam 7-an atau jam 4-an sore hehe
Itu kelamaan difoto mba. lapeeeerrr makaaaan.. 😀
pecel oh pecel bikin pengen. Duh aku makin elus perut lihat fotonya
hua huaaaa
iya mbak, kok bisa ya pecel madiun itu enak dan khas???
beda deh pokoknya beda rasanya
Aku pernah belajar fotografi waktu kelas 2 SMA, satu semester. Lalu aku jadi suka sama rule of third sampai sekarang hahaha.
Aku juga termasuk salah satu yang suka mengabadikan makanan dalam bentuk foto sebelum dimakan. Tapi gak setiap makan aku foto, sih. Cuma yang lucu aja bentuknya wkwkwk keseringan laper duluan lalu lupa foto. Eh.
Aku juga pakai VSCO kadang kalau mau edit foto untuk diunggah ke media sosial, kalau Snapseed belum pernah. Yang pasti selalu aku pakai itu PicsArt karena fiturnya bisa kubilang lengkap banget buat ukuran edit foto di handphone ehehe.
Wuih, tips-tips food photography-nya lengkap beut! Aku belum pernah nyoba kalau pakai styrofoam, biasanya malah pake kerta HVS putih itu lho. Kalo misal butuh yang lebar kertanya dibanyakin terus dijejer-jejer gitu di kardus, hihihihi. Btw, pecel salah satu makanan lokal favoritku selain soto. Apalagi pecel Madiun. Nyam!
Themanya sekarang pecel ya bener bener bikin laper banget hahaha enak tuh pecel madiun pernah makan juga. Btw, fotonya pake zenfone 3 nih bagus hasilnya tuh foto makanannya
Totalitas dalam memotret!
Kalau ngambil gambar makanan selalu berantakan karena aku kurang sabar kalau lihat makanan. Langsung ingin dimakan daripada difoto. Makanya kalau ada lomba food photography contest selalu aku skip. Pernah juga aku moto makanan sebelum disantap, geser kiri-kanan hanya untuk menemukan angle yang pas…. malunya.. orang-orang pada lihatin. hahaha *curcol*
Luar biasa. Kumplit banget ilmunya. Bisa langsung dipraktekkan pula tinggal mnunggu tutorial foto nya nih. Keren beuuudh
Dan, memang selalu begitu, ngambil gambar itu butuh banyak perjuangan yah Mbak, yang pasti pencahayaan yang harus bagus jangan terlalu terang, dan jangan terlalu redup
wah keren tuh idenya…. reflektor….masih bingung makenya gimana tapi hehe..
jadi tau kl pake macam styrofoam bs kebantu banget pencahayaan. Dengan tingkat kesulitannya jg mayan ya. perlu banyak praktek.
pencahayaan sangat utama ta buat hasilkan foto yg menarik.
selalu suka dengan pecel, lotek, gado-gado dan sejenisnya 🙂
Mbak April telaten moto pecelnya. Aku keburu laper.Hahahahaha
Aku baru tahu kalo reflektor bisa pakai styrofoam. Ih, baca ini jadi ngerasa ilmuku cetek banget.
Thanks mbak April postingannya. Ijin contek tips-tipsnya yaaa.
Waah…
Teknik photography nya…langsung aku catet, mba April.
Butuh pingin hasil foto yang cakep, selain harus ganti Asus Zenfone, tentunya.
Heehhe….*kode paksu.
Pecel, ditumbuk. Dr mana pun, intinya enak hehehe
Ilmu fotonya boleh juga Mbak. Aku jepret masih asal2 sih. Kliatan bagus aja udah syukur. Kudu ditambahi kamera yg bagus jg
Btw, pecel itu uenak
Jadi peasaran rasanya pecel madiun mba, sm pecel semarang sama ndak yaa?
ilmu fotografinya ok mb, jd tau reflektor..hehe..makasih yaa mb 🙂
Aku sedih, liat blog ini pas jam segini dan lagi laper 🙁
Itu kenapa peyekNya menggoda bangeett :(((
Mbaakk ajarin cara ngasilin foto yang bagus dong
Mbak, tulisannnya sangat informatif terutama penjelasan teknik fotografinya. membaca artikel ini saya dapat kesimpulan untuk mendapat hasil foto yang berkualitas dibutuhkan teknik dasar fotografi, mulai dari setting kamera, pencahayaan, angle, dan reflektor.
bagi pemula seperti saya, sepertinya mesti banyak membaca lagi buku-buku panduan teknik fotografi atau belajar sama yang fotografer profesional.
Atau tips apa dari Mbak Hamsa untuk memudahkan belajar teknik fotografi dasar?
wah mendetil banget penjelasanya
thanks for sharing teh hamsa
waaah… pecel madiun memang enak banget ya. apalagi difoto pakai kamera ASUS. makin mantabs tuh
lengkapnya mba makasi y mba aku jg pny keinginan belajar fotografi 🙂
gudluck y mba pecel madiunnya bikin ngiler 😀
mba April ini artikelnya selalu bermanfaat , mau coba juga jeprat jepret pakai smartphone
Naahh baru tau tuh cara ngalingin cahaya lampu. Noted…
Mbaaa baru aja nih aku selesai makan malam pake pecel, bukan pecel madiun tapinya. Pecel ala-ala buatan sendiri. Jauuhhh pasti rasanya sama pecel madiun. Lebih endeus pecel madiun.. *yaiyalaahhh 🙂
mantap pas ngambil fotonya 🙂
wihh teknik foto nya keren mba, udh kaya profesional. ehhh memang udh profesional ya? hehehe
tips yang mudah di aplikasikan . . terimakasih sdah berbagi