Beranikah Kamu jadi andalan untuk keluargamu? Sudahkah Kamu punya MiSSION untuk mewujudkannya?”

Pertanyaan di atas seungguhnya buat diri saya sendiri, kok, teman-teman. Namun, kalau teman-teman yang baca postingan ini mau merenungkannya bareng saya, ya boleh, silakan 🙂 .

Karena masa depan tak ada yang tahu…

Mengapa, sih, kok, mendadak saya memberi pertanyaan semacam itu untuk diri saya sendiri?

Jadi, ceritanya, belakangan ini, saya jadi makin sering memikirkan tentang masa depan, khususnya masa depan keluarga saya. Enggak cuma sebatas nasib saya, suami, dan anak-anak, namun juga kedua orang tua saya yang nun jauh di kota lain sana.

Walaupun, sebenarnya, sudah sejak lama saya memikirkan hal-hal semacam ini. Namun, kali ini beda. Enggak tahu kenapa, kalau sudah membahas masa depan, saya mendadak jadi melow.

Tak ada seorang pun yang tahu tentang masa depan. Sumber gambar: Pixabay.

Apa mungkin, saya terbawa suasana wabah Corona yang saat ini tengah menyerang dunia ya? Soalnya, terus terang, kondisi sekarang tuh membuat saya makin menyadari bahwa hidup itu singkat dan betapa berharganya segala hal yang sudah saya miliki (khususnya keluarga).

Saya juga makin yakin bahwa masa depan itu misteri yang siapapun enggak bakal bisa memprediksinya dengan akurat. Yeah, siapa sih yang bakal menyangka bahwa saat ini kita menjalani hidup seperti di dalam film-film bertema bencana (pandemi) yang mungkin udah sering kita tonton?

Pandemi membuat saya menyadari bahwa kehidupan ini berharga. Sumber gambar: Pixabay.

Eh, tapi sorry lho, bukannya bermaksud menakut-nakuti. Saya hanya ingin mengingatkan (#ntms) bahwa setiap manusia pasti punya risiko sakit dan meninggal. Cuma waktunya kapan, hanya Tuhan yang tahu. Daaan, sudah pasti apabila ada musibah sakit atau meninggal, biasanya ada dampaknya juga pada kondisi ekonomi sebuah keluarga. Apalagi, kalau musibah tersebut (amit-amit) dialami oleh Sang Pencari Nafkah dalam keluarga.

Kita wajib punya MiSSION

Meski demikian, sebagai manusia yang percaya sama Tuhan, walau masa depan belum pasti, ya sebaiknya kita jangan pasrah dan membiarkan hidup kita kayak air, let it flow gitu aja kan?

Saya pribadi, mewajibkan diri saya untuk punya cita-cita/ impian, baik untuk diri saya sendiri maupun untuk keluarga. Soalnya, dengan memiliki impian, kami jadi punya semangat untuk senantiasa berusaha survive di dunia ini.

Tentu saja, untuk mewujudkan impian, kita harus punya langkah-langkah strategis atau MiSSION yang harus dijalankan. Soalnya kalau enggak punya MiSSION, ya artinya kita cuma ngayal. Kalau gitu-gitu aja, jangan harap tujuan kita akan tercapai.

Jadi, untuk pertanyaan yang saya ajukan untuk diri saya sendiri di awal saya memulai postingan ini, kayaknya akan saya jawab mulai dari pertanyaan yang saya tanyakan belakangan ya. Baru, berikutnya, menjawab pertanyaan pertamanya.

Untuk mewujudkan impian sebaiknya kita punya MiSSION. Sumber gambar: Pixabay.

Pertanyaan:

“Sudahkah Kamu punya MiSSION untuk mewujudkannya?”

Berbicara tentang MiSSION, tentu saja, sebaiknya yang pertama kali kita lakukan adalah membuat list yang jelas tentang apa saja yang kita inginkan dalam hidup ini. Kalau saya pribadi, berikut adalah beberapa hal yang ingin (secepatnya) saya wujudkan:

  • Ingin tabungan pendidikan anak sampai jenjang perguruan tinggi cukup.
  • Ingin melunasi cicilan KPR dan kendaraan.
  • Ingin naik haji dan umrah.
  • Ingin punya bisnis/ usaha mandiri.
  • Ingin punya properti kedua.
  • Ingin sering-sering traveling bersama keluarga.

Lalu, MiSSION apa yang sebaiknya saya lakukan untuk mewujudkannya?

Wajib bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

Kalau dilihat-lihat lagi, impian saya itu sepertinya akan cepat terwujud kalau saya punya perencanaan dan pengelolaan keuangan yang baik. Tentu saja, pertama saya harus memiliki sumber pendapatan/ pemasukan yang bagus, sehingga bisa saya bagi ke dalam pos-pos anggaran untuk keberlangsungan hidup keluarga saya saat ini dan di masa yang akan datang. Tentu saja, pertimbangannya harus bener-bener bisa membedakan mana yang masuk ke “kebutuhan” dan mana yang sekadar “keinginan”.

Beruntung, alhamdulillah, saya dan suami masih muda (yaaa masih masuk golongan Millennial lha) sehingga masih punya tenaga yang kuat untuk bekerja demi masa depan keluarga. Ya, saya pribadi memutuskan untuk bekerja juga, membantu suami untuk turut menopang perekonomian keluarga.

Kisah “Mobil Sedan Ungu”

Mengapa saya, sebagai istri, walaupun enggak ada kewajiban buat saya bekerja, tetep ingin berkontribusi pada keluarga saya?

Sebelum saya sebutkan beberapa alasannya, izinkan saya menceritakan kisah tentang “Mobil Sedan Ungu” yaaa.

Waktu itu, kira-kira saya masih usia SD, ketika bapak saya mengajak saya mengunjungi sebuah rumah yang terbilang cukup mewah saat itu. Saya ingat, pagarnya berwarna hijau, dengan halaman luas dan taman yang indah. Lampu di taman makin mempertegas kecantikan rumah tersebut (waktu itu kami bertamunya malam hari).

Tak lama setelah bapak memencet bel, kami dipersilakan masuk. Mata saya langsung menengok ke arah sebelah ruang tamu. Saya melihat sebuah mobil sedan berwarna ungu. Sepertinya, kalau saya enggak salah, memang ruang tamunya menyatu dengan garasi, walau pintu masuknya berbeda. Pembatas antara ruang tamu dan garasi sepertinya hanya berupa ketinggian lantai yang berbeda. Sehingga, saya bisa melihat mobil sedan ungu itu dengan jelas.

Kisah “Mobil Sedan Ungu”. Sumber gambar: Pixabay.

Waktu itu, bapak saya sepertinya membicarakan sesuatu dengan sang pemilik rumah. Saya cuma bisa mengingat bahwa pemilik rumah yang menemui kami adalah seorang ibu-ibu gitu, yang sesekali terlihat menyeka air matanya dengan tissue atau sapu tangan (lupa), ketika berbicara dengan bapak saya. Sesekali saya melirik si ibu, sambil melanjutkan mengagumi isi rumah itu dan tentu saja mobil ungu yang menurut saya warnanya terbilang agak nyentrik pada zaman itu.

Lalu, siapakah ibu-ibu yang didatangi oleh bapak saya itu? Ketika agak gedean dikit, saya baru tahu kalau ternyata ibu-ibu itu adalah istri dari rekan kerja bapak yang baru saja meninggal karena kecelakaan lalu lintas, saat dinas luar kota. Hari itu, bapak saya mengajak saya pergi ke sana dengan tujuan menyampaikan amanah dari atasannya kepada ibu-ibu itu.

Pada saat suaminya masih hidup, karena jabatan di kantor juga cukup lumayan, maka kehidupan mereka sepertinya serba mudah. Namun, dari isak tangis si ibu yang saya lihat, sepertinya saya juga menyadari bahwa sejak saat itu, bisa jadi kehidupan mereka akan berubah total. Apalagi, denger-denger si ibu ini enggak bekerja, hanya mengandalkan pendapatan suami. Sementara, anaknya waktu itu juga masih kecil-kecil, mungkin ada pula yang masih sepantaran dengan saya.

Keluarga kita yang berharga wajib kita lindungi. Sumber gambar: Pixabay.

Kemudian, saya memikirkan kembali nasib si mobil ungu yang masih saya ingat sampai sekarang. Bisa jadi, tak lama setelah itu akan berpindah kepemilikan. Entahlah…

Peristiwa itu jadi sebuah titik di mana saya berjanji pada diri sendiri bahwa saya enggak boleh “jatuh” kalau ada sesuatu seperti itu terjadi. Maka, ya saya harus turut bekerja. BTW, saya tidak ingin mendahului Yang Kuasa ya, walau saya yakin Tuhan itu enggak akan menguji seseorang di luar batas kemampuannya, namun saya tetap ingin ikhtiar seperti ini.

Selain itu, alasan lainnya mengapa saya tetap ikut bekerja adalah karena saya juga ingin membahagiakan kedua orang tua saya dan berderma dengan uang yang saya hasilkan sendiri.

Dan, saya merasa beruntung, sebagai Millennial Mom yang hidup di era sekarang, walau enggak bekerja secara formal di perusahaan, saya masih bisa bekerja dari rumah. Saya yakin kok, banyak juga di antara teman-teman, khususnya Millennial Mom, yang melakukan hal yang sama seperti saya, memanfaatkan teknologi (internet) dan mengahasilkan pundi-pundi Rupiah dari rumah.

Eh, bahkan kayaknya enggak terbatas Millennial Mom ya? Sepertinya generasi Millennial, baik cewek maupun cowok yang masih single, juga banyak yang melakukan hal serupa.

Impian saya dan suami adalah bisa pensiun tanpa membebani anak-anak kami.

Oh iya, kembali lagi ke aktivitas/ pekerjaan yang saya dan suami lakukan, meski alhamdulillah bagi kami ya cukup, namun kami berusaha enggak terlena dengan apa yang ada. Maka, sembari terus berusaha memenuhi kebutuhan dasar, kami juga berusaha keras menabung dan berinvestasi untuk kemudahan hidup di masa mendatang.

Ya, impian saya dan suami adalah kelak pada saat pensiun, kami enggak mau jadi beban untuk anak-anak kami. Soalnya, kami menyadari, bagaimana pun, kelak saat anak-anak dewasa, mereka juga akan memiliki kehidupan sendiri dengan keluarganya. Sebisa mungkin, semoga Ya Allah, kehidupan masa tua kami kelak enggak membebani mereka.

Kemudian, selain punya tabungan dan investasi, saya dan suami juga berusaha keras mengisi pos dana darurat apabila ada hal tak diduga terjadi. Harapannya, dana pribadi ini bisa menghindarkan kita dari berutang.

Pentingnya memiliki asuransi

Namun, belakangan saya berpikir ulang, kayaknya itu semua enggak cukup untuk menjamin masa depan kita deh, teman-teman. Rasanya, ada satu hal lagi yang harus kita miliki, yakni asuransi. Mengapa sebaiknya memiliki asuransi? Menurut saya, berikut beberapa alasannya:

  • Asuransi adalah perlindungan diri

Seperti yang sudah saya sebut berulang-ulang di atas, masa depan itu enggak pasti. Sama seperti kita enggak tahu, kapan hujan akan turun, asuransi lebih mirip sebagai payung yang kita bawa ke mana-mana. Sehingga, pada saat cuaca yang tadinya cerah mendadak berubah jadi hujan, kita enggak panik, tinggal buka payungnya untuk melindungi kita dari hujan.

Begitulah teman-teman, pendapat saya mengenai asuransi. Produk asuransi akan melindungi kita pada saat ada kondisi yang tidak terduga. Peristiwa “mobil sedan ungu” yang saya ceritakan di atas tadi bisa jadi contohnya.

  • Asuransi bisa melindungi keluarga dari kesusahan di bidang ekonomi/ finansial

Minimal, kalau dalam suatu keluarga tuh, sebaiknya Sang Pencari Nafkah punya asuransi. Sehingga, (amit-amit ya) bila terjadi sesuatu pada Sang Pencari Nafkah, keluarganya bisa terhindar dari kesusahan di bidang ekonomi/ finansial. Paling tidak, keluarganya punya masa persiapan untuk kemudian bisa melanjutkan hidupnya.

  • Asuransi bisa menjadi investasi

Belakangan juga mulai banyak produk asuransi yang juga menjadi kesempatan untuk berinvestasi. Harapannya, hasilnya atau pengembaliannya juga bis dijadikan pegangan di masa depan.

Asuransi apa yang tepat untuk Kaum Millennial?

Namun, dengan banyaknya produk asuransi, kadang kita bingung ya teman-teman, memutuskan asuransi apa sih yang cocok untuk kita, khususnya yang golongan Millennial ini?

Di tengah kebingungan saya itu, beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 26 Maret kemarin, saya mengikuti talkshow online bertema finansial yang diselenggarakan oleh PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife). Waktu itu, isi talkshow-nya juga membahas mengenai produk asuransi yang tepat untuk para Millennial.

BTW, FYI, sebelum talkshow dimulai, peserta diberi tantangan untuk menjawab kuesioner yang ada di link berikut: bit.ly/wujudkanmissionmu .

Tipe Millennial seperti apakah Kamu? Sumber gambar: website Manulife.

Ternyata, kuesioner tersebut untuk menentukan kita ini kira-kira termasuk Tipe Millennial yang mana sih, apakah termasuk The Visionary, The Adventurer, The Leader, atau The Collaborator?

Kalau teman-teman ingin tahu termasuk Tipe Millennial yang mana di antara keempat tipe yang saya sebut tadi, silakan aja coba sendiri isi kuesionernya ya, langsung ke  bit.ly/wujudkanmissionmu tadi.

Namun, sebelumnya, pasti teman-teman penasaran kan, apa sih perbedaan karakteristik di antara keempat Tipe Millennial tersebut? Nah, perbedaannya tuh terletak di sini teman-teman:

  • The Visionary

Millennial yang termasuk adalah mereka yang biasanya menjadi contoh atau inspirasi buat orang-orang di sekelilingnya (inspiratif), lalu punya kecenderungan dihormati juga (karismatik), serta kalau menyampaikan sesuatu tuh terbuka tanpa tedeng aling-aling (ekspresif).

Beberapa Tipe Millennial. Sumber gambar: Manulife.
  • The Adventurer

Millennial yang masuk ke dalam tipe ini adalah mereka yang suka berpetualang dan mencoba hal-hal baru. Mereka juga cenderung sangat enerjik, ramah, dan cenderung outgoing, mudah bergaul pula dengan banyak orang.

  • The Leader

Tipe Millennial ini adalah mereka yang bener-bener goal oriented, segala sesuatunya diperhitungkan dengan jelas. Mereka juga berkarisma dan memiliki jiwa kepemimpinan.

  • The Collaborator

Nah, kalau teman-teman seseorang yang kreatif dan memiliki rasa toleransi yang tinggi plus punya kemampuan bekerja sama dalam tim yang baik, maka teman-teman masuk dalam tipe Millennial yang satu ini.

Udah, tahu perbedaannya kan? Nah, bisa tuh mencoba isi kuesionernya. Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan di kuesionernya gampang kok, seperti ini:

 

Contoh pertanyaan di kuesioner. Sumber gambar: website Manulife.

Saya udah coba isi dan ternyata saya masuk ke dalam The Visionary. Hmmm, ya cocok sih, saya memang merasa memiliki kecenderungan seperti itu 😀 . Bisa dibaca di sini ya tentang tipe ini:

Hasil isian kuesioner saya. Sumber gambar: website Manulife.

Selain result gambaran sifat saya, ternyata juga ada saran buat saya. Sarannya, salah satunya supaya saya enggak terlena dengan kenyamanan yang ada dan terlalu strict dengan planning. Hehe, ya ya, soalnya, emang kadang ada masanya semua perencaaan yang udah saya bikin bisa meleset. Balik lagi ke kondisi di mana masa depan yang tak pasti tadi ya teman-teman.

Trus, rekomendasi lainnya dari kuesioner tersebut adalah saya disarankan untuk memiliki proteksi jiwa, seperti asuransi yang memberikan reward dalam bentuk bonus loyalitas. FYI, bonus loyalitas dalam suatu produk asuransi itu adalah bonus yang akan diberikan apabila kita enggak melakukan penarikan (withdrawal) selama masa bayar berlangsung.

Lalu, asuransi seperti apakah yang cocok buat Millennial Mom seperti saya?

Ternyata, Manulife memiliki produk asuransi yang cocok dengan Tipe Millennial ala saya The Visionary. Nama produknya sama dengan yang bolak-balik saya sebut tadi, yakni langkah-langkah strategis untuk mewujudkan impian saya alias MiSSION.

Tentang MiSSION dari Manulife

MiSSION ini sebenarnya kependekan dari MiSmart Insurance Solution, yakni produk asuransi yang memberikan perlindungan jiwa, investasi optimal, serta manfaat akhir pertanggungan.

Selain itu, yang membuat produk ini menarik untuk dijadikan sebagai alternatif proteksi kita adalah MiSSION ini dilengkapi dengan asuransi tambahan berupa Solusi 3 in 1 yakni:

  • Proteksi Jiwa: produk ini memberikan perlindungan jiwa seumur hidup.
  • Investasi: produk ini juga bisa menambah pendapatan dan sebagai tunjangan di masa depan.
  • Kesehatan: produk ini dapat memberikan penggantian biaya medical sesuai tagihan, pilihan manfaat yang lengkap untuk setiap kalangan masyarakat, dan manfaat tambahan untuk empat penyakit khusus (kanker, serangan jantung, gagal ginjal, dan transplantasi organ). Selain itu, terdapat pula manfaat tambahan lain berupa perlindungan manfaat penyakit kritis dan manfaat pembebasan premi dasar.

Chief Agency Officer Manulife Indonesia, Bapak Jeffrey Kie, yang waktu itu hadir sebagai narasumber online talkshow mengatakan bahwa MiSSION ini sengaja dilaunching untuk “memaksa” para Millennial supaya tertarik memiliki instrumen proteksi maupun investasi yang bagus. Dalam artian enggak mudah tergerus inflasi, sehingga enggak memberatkan para Millennial seperti kita ini. Apalagi, yang sudah berkeluarga dan punya anak, sehingga butuh banget dana ekstra (seperti saya, misalnya).

Manulife melaunching MiSSION untuk menyadarkan Kaum Millennial betapa pentingnya asuransi. Sumber gambar: website Manulife.

Manulife meluncurkan MiSSION karena melihat data yang ada selama ini yang menunjukkan bahwa kesadaran Kaum Millennial untuk memiliki produk asuransi dan investasi masih rendah. Laporan Indonesia Millennial mengungkapkan bahwa pata tahun 2019 sekitar 80,2% Millennial lebih cenderung hanya memiliki tabungan konvensional saja. Sedangkan, untuk asuransi, khususnya perlindungan jiwa masih sedikit sekali. Kalaupun ada mungkin, hanya sekitar 1% dari data alokasi prioritas utama kebutuhan finansialnya.

Maka, untuk mendorong Kaum Millennial memiliki asuransi, Manulife meluncurkan MiSSION dengan harapan bisa jadi alternatif asuransi yang gampang, yang menyesuaikan fase dalam kehidupan Millennial ini.

Para milenial ini akan mengalami berbagai fase kehidupan yakni sebagai single, mencapai karier, menikah, berkeluarga, sehingga membutuhkan dana ekstra untuk diri dan anak-anak mereka hingga nantinya memasuki masa pensiun. Jika mereka tidak memiliki instrumen proteksi maupun investasi yang tidak mudah tergerus inflasi, mereka akan kesulitan memiliki dana yang mencukupi di masa depan,” kata Bapak Jeffrey Kie.

Tak ketinggalan, Bapak Jeffrey Kie juga menjelaskan manfaat utama dari MiSSION, yakni:

  • Premi terjangkau

Nasabah bisa memilih premi sesuai kebutuhan, mulai dari Rp. 4.000.000/USD 400 per tahun atau sekitar Rp. 300.000,-an per bulannya.

  • Manfaat loyalitas total 750%

50% dari premi dasar tahunan di akhir tahun polis ke-10 dan 700% dari premi dasar tahunan di akhir tahun polis ke-25.

Produk ini satu-satunya yang memberikan alokasi 50 peren di tahun pertama, lima persen ini langsung jadi alokasi investasi, lalu di tahun kedua sampai kesepuluh sampai seratus persen langsung jadi alokasi investasi, dan di tahun kesebelas dan seterusnya bisa jadi seratus dua persen,” jelas Bapak Jeffrey Kie.

  • Penggantian biaya rumah sakit sesuai tagihan

Manfaat penggantian biaya rumah sakit sesuai dengan yang tercantum pada Tabel Manfaat Perawatan Rawat Inap baik karena sakit maupun kecelakaan.

  • Uang pertanggungan optimal

Perlindungan jiwa hingga seumur hidup hingga 110 tahun.

MiSSION ini juga salah satu produk pertama yang menyediakan perlindungan sampai usia seratus sepuluh tahun, sebab saat ini terjadi peningkatan yang besar dalam usia harapan hidup,” kata Bapak Jeffrey Kie lagi.

Untuk lebih jelasnya tentang MiSSION, silakan teman-teman mengakses informasinya di:

Kaum Millennial sebaiknya punya asuransi (MiSSION) sekarang juga

Dengan berbagai manfaat seperti itu, memang sebaiknya Kaum Millennial yang masih berusia muda memiliki asuransi seperti MiSSION sekarang juga. Soalnya emang ada beberapa keuntungan sih kalau kita memiliki asuransi pada masa sekarang, ketimbang menunggu ntar-ntar aja, saat usia enggak lagi muda.

Berikut adalah berbagai keuntungan apabila memiliki asuransi (MiSSION) sekarang:

  • Peluang untuk memiliki asuransi sangat besar

Oh iya, teman-teman dalam online talkshow waktu itu juga ada Brand and Product Campaign Manulife Bapak Henry Widago yang juga hadir sebagai narasumber. Menurut beliau, peluang untuk memiliki asuransi pada saat usia kita masih muda tuh sangat besar. Soalnya, biasanya anak muda, cenderung masih memiliki fisik yang sehat dan biasanya enggak memiliki penyakit bawaan.

Hal ini, tentunya berbeda dengan orang-orang yang udah sepuh, yang biasanya kalau ingin mengajukan asuransi masih akan dipertimbangkan lagi. Soalnya, orang yang sudah enggak muda lagi biasanya risiko sakit dan meninggalnya lebih besar. Sementara buat Kaum Millennial, permohonan memiliki asuransinya akan lebih mudah diapprove. Maka, mumpung masih muda, mari kita manfaatkan kesempatan ini untuk segera memiliki asuransi.

Sebaiknya memiliki asuransi saat usia masih muda. Sumber gambar: Pixabay.

Enggak boleh menunda-nunda karena waktu enggak akan pernah menunggu,” pesan Bapak Henry Widago.

Bapak Henry Widagdo juga memberikan tips supaya Kaum Millennial bisa hidup lebih nyaman, yakni membedakan antara “keinginan” dan “kebutuhan” (sesuai yang saya bilang di atas tadi juga ya teman-teman).

Misal, kita butuh makan siang, kan yang dibutuhkan makannya itu, Alih-alih makan di luar kan bisa kita bawa bekel. Sama halnya dengan kondisi keuangan, kita kudu bisa mengelola risiko, dengan bisa melakukan perencanaan dan melindungi diri sendiri atau keluarga, tujuannya juga supaya kita bisa mendapatkan peace of mind,” jelas Bapak Henry Widagdo.

  • Mendapat berbagai manfaat asuransi

Tentu saja dengan memiliki asuransi, kita akan mendapatkan berbagai manfaat/ keuntungan memiliki asuransi yang sudah saya sebutkan di atas tadi, yakni: untuk perlindungan diri, untuk melindungi keluarga dari kesulitan finansial, dan supaya bisa berinvestasi sejak awal, sehingga harapannya akan dapat banyak keuntungan di masa mendatang

  • Premi asuransi yang lebih murah

Karena Kaum Millennial punya risiko kesehatan (sakit) dan kematian yang lebih rendah dibandingkan orang yang sudah sepuh, maka biasanya akan dikenai premi asuransi yang lebih murah.

Maka, mumpung segalanya masih mudah kita dapatkan di usia muda, termasuk asuransi, sarannya, sebaiknya kita memiliki asuransi semacam MiSSION ini sekarang juga.

Jadi Agen MiSSION?

Daaan, enggak sekadar jadi nasabah asuransi (MiSSION), kalau mau jadi agen pun kesempatannya terbuka lebar Seperti yang sedang dijalankan oleh Mas Yusup Ardiansah, yang waktu itu juga jadi narasumber di online talkshow yang sama.

Menurut Mas Yusup Ardiansah, menjadi agen asuransi itu cukup banyak peluangnya untuk Kaum Millennial. Cukup sediakan tenaga, waktu, dan kemauan yang kuat. Perkara modal, menurut Mas Yusup Ardiansah sih enggak butuh modal yang gede, kok.

Keuntungan menjadi agen asuransi di usia muda menurut Mas Yusup Ardiansah, antara lain:

  • Otak masih tokcer, stamina dan fisik juga oke untuk mendukung menjalani profesi ini.
  • Kaum Millennial yang mungkin belum memiliki tanggungan ekonomi (khususnya yang masih lajang punay banyak peluang sukses di bidang ini.
  • Kebebasan waktu dalam menjalankan profesi ini menjadi keuntungan buat Kaum Millennial sambil menjalankan aktivitasnya yang lain.

Profesi agen asuransi juga cocok lho buat dijalankan oleh Millenial. Sumber gambar: Pixabay.

Pekerjaan ini cocok dengan anak muda Milllennial yang cenderung nekat dan ambisius dan berani nekat mencapai yang kita impikan, kalau gagal ya nanti bisa cepat bangkit lagi,” kata Yusup Ardiansah memotivasi.

Nah, sepertinya ini peluang menarik ya teman-teman, barangkali ada yang tertarik mendapat penghasilan tambahan di bidang ini 🙂 .

Dari sharing Mas Yusup Ardiansah, saya juga makin menyadari, di usia (yang masih masuk Millennial) sekarang ini, asal ada kemauan dan action kita bisa mendapatkan yang kita mau.

Terakhir, saya mau memberikan kesimpulan untuk postingan saya kali ini, sembari menyimpulkan pertanyaan:

“Beranikah Kamu jadi andalan untuk keluargamu?”

Maka, jawaban saya adalah:

Iya, saya berani jadi andalan untuk keluarga saya tercinta, dengan cara:

  • Bekerja keras untuk mendapatkan hasil maksimal.
  • Mengutamakan “kebutuhan” di atas “keinginan”.
  • Memiliki proteksi, seperti asuransi supaya bisa mendapatkan banyak manfaat, baik perlindungan maupun investasi.

Mumpung usia masih muda.

Mohon doanya semoga terwujud ya teman-teman, thanks 🙂 .

April Hamsa