Mudik gratis. Saya sebenarnya sudah lama mendengar tentang program yang sering muncul menjelang Hari Raya Idulfitri itu. Yeah, menjelang lebaran, banyak instansi, baik pemerintah maupun swasta menyelenggarakan mudik gratis. Namun, baru tahun ini saya berkesempatan ikutan mudik gratis. Kali ini mudik gratisnya bersama Detergen DAIA (DAIA).

Saat keberangkatan mudik gratis bareng DAIA.

Tentang Detergen DAIA

Ibu-ibu yang setiap hari berkutat dengan pekerjaan mencuci pakaian kotor pasti sudah enggak asing kan dengan DAIA? Sabun cuci pakaian produksi Wings Group ini memang cukup populer di kalangan ibu-ibu “tukang cuci pakaian” kayak saya, hehe.

Memang sih, kalau ibu-ibu pergi ke minimarket/ supermarket, pasti akan cukup mudah menemukan beberapa varian DAIA, yakni antara lain: DAIA Putih, DAIA Bunga, DAIA Lemon, juga DAIA Plus Softener Pink dan Violet. Saya sendiri pengguna DAIA Plus Softener. Saya suka produk ini soalnya bagus buat pakaian berwarna, busanya melimpah, bubuk detergennya enggak bikin kulit panas, trus wanginya juga tahan lama dan enggak bikin pakaian jadi apek.

Berkat keunggulannya tersebut, konon katanya DAIA berhasil menjadi produk detergen yang menempati ranking pertama penjualan tertinggi selama lima tahun berturut-turut di Indonesia versi Nielsen. FYI, Nielsen adalah perusahaan global yang bergerak di bidang informasi dan berfokus pada penelitian/ riset tentang pemasaran dan publikasi.

Mudik Warna Wangi DAIA

Balik lagi ke obrolan tentang mudik gratis, mungkin ada teman-teman yang penasaran, gimana ceritanya saya dan keluarga akhirnya bisa ikutan mudik gratis bersama DAIA? Hehe, tenang-tenang, emang itulah tujuan saya menulis postingan kali ini. Buat cerita pengalaman mudik gratis bersama DAIA yang kami lakukan tanggal 30 Mei lalu 😀 .

Jadi, ceritanya, beberapa waktu sebelumnya, DAIA melalui akun Instagramnya @DAIAdetergent mengadakan kuis bertajuk #MudikWarnaWangiDAIA berhadiah mudik gratis. Mudik gratisnya ada dua pilihan tanggal, yakni tanggal 29 dan 30 Mei. Sedangkan untuk rute mudik gratisnya adalah dari Jakarta ke Surabaya atau sebaliknya, dari Surabaya ke Jakarta. Plus beberapa kota yang dilewati sepanjang rute tersebut.

Istimewanya, moda transportasi yang disediakan oleh DAIA cukup ekslusif lho, yakni Kereta Wisata milik PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Bayangkan naik kereta api dengan fasilitas free wifi, free flow minuman seperti kopi, teh, air mineral, video on demand di sandaran kursi, makanan prasmanan, selimut, bantal, toilet yang wah seperti di hotel-hotel, staff pramugari dan pramugara yang khusus melayani kebutuhan kami selama perjalanan, dll? Siapa sih yang enggak mau mudik pakai kereta api kayak gitu?

Postingan kuis #MudikWarnaWangiDAIA.

Akhirnya, karena kepengen ngrasain mudik dengan kendaraan semewah itu, saya pun ikutan kuisnya. Caranya cukup gampang, yakni tinggal mengunggah foto keluarga bersama produk DAIA dan foto struk bukti pembelian di Instagram. Kemudian, peserta kuis juga diminta mengirimkan screenshoot postingan foto tersebut ke nomor WhatsApp Call Center DAIA.

Alhamdulillah, pertengahan Mei lalu, DAIA melalui postingan Instastory-nya mengumumkan pemenang kuis dan nama saya tercantum di sana. Maka, saya pun berhak ikut fasilitas mudik gratis bersama DAIA. Oh iya, saya enggak mendapatkan hadiah itu sendirian, melainkan berhak membawa tiga anggota keluarga lainnya. Yaaa, akhirnya kami, “rombongan sirkus” Keluarga Hamsa, mudik deh ke kampung halaman saya, Surabaya.

Mudik bareng DAIA naik kereta wisata

Tanggal 30 Mei sore sekitar pukul 17.00 WIB kami sudah sampai Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Ternyata, sampai sana, keluarga saya dan beberapa keluarga lainnya peserta #MudikWarnaWangiDAIA diarahkan ke Ruang VIP yang lokasinya di Pintu Timur Stasiun Gambir. Seumur-umur, baru kali itu deh saya masuk Ruang VIP stasiun 😀 .

Di sana, ternyata pihak DAIA sudah menyediakan takjil dan makanan berat buat buka puasa. Peserta #MudikWarnaWangiDAIA juga diberi kaus untuk dipakai selama perjalanan. Enggak cuma itu, DAIA juga membagikan goodie bag untuk “oleh-oleh” mudik kepada setiap peserta. Isi goodie bag-nya cukup banyak, ada Detergen DAIA, softener, pasta gigi, sikat gigi, dll. Pokoknya banyak deh oleh-olehnya. Kayak abis borong isi supermarket hehehe.

Sekitar pukul 19.00 WIB, semua peserta diarahkan untuk menaiki kereta. Kereta wisata yang kami naikin adalah Kereta Api Sembrani Tipe Imperial. Fasilitasnya, kurang lebih seperti yang saya sebutkan di awal tadi ya teman-teman. Pokoknya keretanya nyaman banget. Apalagi kalau bawa anak-anak kecil, dijamin minim cranky-cranky club 😀 .

Horreee bisa menikmati kereta api wisata.

Maxy dan Dema juga terlihat sangat excited ketika pertama kali menaiki kereta wisata yang akan membawa kami ke Surabaya itu. Meski Dema ada ngambek-ngambeknya dikit, hehe. Jadi, ceritanya dia kecapekan dan kepengen pulang ke rumah Cilebut, padahal kan mau mudik #elapkeringet. Alhasil, Dema ngambek enggak mau seragaman pakai kaus DAIA sama seperti yang lain. Meski demikian, ketika menjelang waktunya bobo, Dema minta dipakein kaus DAIA, wkwkwk. Emang rada-rada nelat, “panasnya” nih anak, pffttthh…

Awalnya ngambek, tapi malamnya udah sumringah.

Oh iya, sebelum berangkat ada sambutan dulu dari pihak DAIA, yang intinya berharap semoga perjalanan peserta #MudikWarnaWangiDAIA hari itu lancar dan kami semua menikmatinya. Dilanjutkan dengan berdoa bersama supaya selamat tiba di kota tujuan.

Kemudian, pada pukul 19.15 WIB, kereta yang kami tumpangi pun bergerak, artinya perjalanan naik kereta api wisata akan dimulai. Pihak DAIA masih mendampingi kami dan supaya perjalanannya enggak monoton, peserta diajak karaokean. Udah lama enggak nyanyi-nyanyi, saya pun memanfaatkan kesempatan itu untuk memegang microphone. Ada pula peserta yang memeriahkan perjalanan dengan joget-joget mengiringi mereka yang nyanyi. Haha, seru.

Itu lagi nyanyi ya gaeeess, bukan pidato, haha.

Capek nyanyi-nyanyi dan joget-joget, kami kemudian dipersilahkan menikmati hidangan prasmanan yang tersedia di ruang makan/ mini bar kereta. Malam itu menu yang disajikan adalah nasi bakar, aneka sayur, dan lauk. Kalau enggak mau makanan berat, juga tersedia mie instan seduh yang bisa peserta request ke pramugari.

Makannya prasmanan selama di kereta.

Alhamdulillah, anak-anak ternyata cocok juga dengan makanannya. Mereka makan lahap. Kalau bapak dan ibuk-nya enggak usah ditanya yak, pokoknya perutnya happy semua hehe.

Mari makan permirsaahhh… 😀 .

Setelah makan, masih ada peserta yang lanjut karaokean. Ada pula yang mulai ngantuk dan memutuskan untuk duduk tenang menikmati perjalanan.

Saya lupa jam berapa gitu, lampu kereta mulai diredupkan, soalnya sudah waktunya istirahat. Dema yang baru saja minta berganti kaus DAIA pun langsung menarik selimut dan tak lama kemudian tertidur pulas. Menyusul kemudian, Si Maxy yang bermimpi indah.

Tidurnya nyaman banget di kereta wisata.

Saya dan suami juga akhirnya menyusul tidur. Sampai kemudian, ada yang membangunkan kami sahur. Makanan sahur juga telah disediakan oleh pihak DAIA dan kereta untuk kami, lho. Ada beberapa pilihan menu, lupa apa aja, tapi waktu itu kami memilih menu nasi goreng.

Abis sahur, lanjut sholat Subuh, kemudian tak lama kemudian, satu per satu penumpang turun. Ada beberapa yang turun di Lamongan dan hanya tersisa dua keluarga yang turun Surabaya.

Pukul 05.30 WIB dari jendela kereta mulai terlihat pemandangan yang saya kenal. Artinya, kami sudah sampai Surabaya. Kereta berhenti di Pasar Turi Surabaya, alhamdulillah perjalanan lancar.

Sampai Surabaya sekitar pukul 05.30 pagi 😀 .

Setelah turun kereta, kami pun melanjutkan perjalanan menuju rumah orang tua saya di area Surabaya Selatan. Enggak ada keluarga yang menyambut apalagi menjemput, karena kebetulan orang tua saya sedang ke Pacitan untuk nyekar ke makam nenek. Saya baru ketemu orang tua pada sore harinya, hehe.

Namun, alhamdulillah, bersyukur banget, tahun ini bisa mudik, mengingat tahun kemarin kami enggak mudik. Terima kasih DAIA atas kesempatan mudik gratisnya. Sungguh pengalaman yang berkesan dan tak terlupakan bagi kami sekeluarga bisa naik kereta api wisata 😀 .

Alhamdulillah, tahun ini lebaran sama keluarga di Surabaya.

April Hamsa