Ngemil bijak itu apa? Ada yang mengernyitkan dahi? 😀

Hehe, soal ngemil ini emang bahasan menarik ya, teman-teman? Khususnya buat para moms, nih. Soalnya, saya baru ngeh juga nih, bahwa yang namanya kebiasaan makan, termasuk ngemil, dibentuk oleh lingkungan keluarga. Nah, role model-nya adalah ibu a.k.a kita ((KITA)) ini, moms.

Mondelez bersama IIDN menyelenggarakan Virtual SHaring Session bertema “Tips dan Trik #NgemilBijak Dalam Keluarga”.

Itulah salah satu poin yang disebut oleh Tara De Thouars (Mbak Tara), seorang Psikologi Klinis yang menjadi salah satu pembicara di Virtual Sharing Session bertema “Tips dan Trik #NgemilBijak Dalam Keluarga” yang diselenggarakan Mondelez (produsen makanan/ snack seperti Cadbury, Oreo, Biskuat, dll) dan Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) pada tanggal 22 Agustus lalu.

Orang tua khususnya ibu akan jadi contoh untuk anak-anaknya. Sehingga biasanya kebiasaan ngemil mulai dari makanan yang dimakan, caranya, bahkan frekuensi ngemil akan diikuti oleh anak-anaknya,” begitu kata Mbak Tara pada kesempatan itu.

Ngemil itu bikin bahagia sih, tapi bikin enggak sehat?

Wuaduh…

Pantas saja, anak-anak saya suka ngemil. Soalnya saya sendiri suka ngemil. Tiap saya capek, ngrasa down, feeling blue, dan sejenisnya, saya larinya ke makan atau ngemil.

Apalagi, belakangan ini, sejak pandemi diumumkan, ngemilnya makin intens. Terutama setelah menemani anak belajar daring/ PJJ 😛 .

Enggak tahu kenapa yang namanya PJJ ini, sebulan dua bulan pertama begitu indah, eh, bulan-bulan berikutnya sampai sekarang bikin stress wkwkwk 😛 . Yawda, daripada marah-marah enggak jelas kan? Ya, jadinya ngunyah aja yang banyak 😀 😛 .

Yaaa, gimana yaaa, soalnya ngemil itu salah satu mood booster, sih. Karena, tidak bisa pergi ke mana-mana, akhirnya hiburan saya di rumah aja, ya buka kulkas atau lemari persediaan makanan. Melihat makanan atau camilan udah seperti nemu harta karun deh 😛 . Tak peduli, pagi, siang, sore, bahkan malam-malam saat terbangun dari tidur, saya bisa ngemil.

Contoh camilan yang selalu tersedia di rumah.

Trus, setelah ngemil, emang sih saya merasa lebih bahagia. Mood meningkat. Marah-marah sama situasi yang enggak jelas berkurang. Tapiii, belakangan saya juga merasakan dampak yang bikin mewek, moms, yakni:

  • Setiap gerak agak banyak, perut engap dan ngrasa ngos-ngosan.
  • Ketika melihat cermin, pipi saya makin chubby dan lingkar lengan kayaknya diameternya nambah, deh.
  • Perut saya lebih buncit.

Oh, no!

Dampak tersebut kan sebenarnya merupakan alarm yang memperingatkan diri saya untuk mengurangi atau bahkan berhenti ngemil? Tapi, moms, berhenti ngemil itu susah kan ya? Huhuhu. Jadiii, ya saya tetep ngemil, moms, sampai sekarang 😛 .

Cuma, bedanya, setelah ngikutin Virtual Sharing Session bertema “Tips dan Trik #NgemilBijak Dalam Keluarga” yang saya singgung di atas tadi, sekarang saya mulai menerapkan ngemil bijak.

Enggak takut pipi makin chubby? Kok ngemilnya lanjut?” Ada yang bertanya begitu? 😀

Jawabannya, “Enggak.”

Ya, karena pola ngemilnya sudah berubah menjadi ngemil bijak itu tadi 😀 .

Ngemil bijak supaya bahagia dan sehat

Mau ikutan ngemil bijak juga enggak, moms? Yuk, yuk sini saya coba rangkumin tips yang saya dapat dari Virtual Sharing Session kala itu yaaa.

Jadi, begini moms, sebenarnya yang namanya makanan/ camilan/ snack itu bukan penyebab kita jadi kelebihan berat badan, dll. Namun, yang menjadi problem di sini adalah pola ngemil kita. Los-losan kayak saya tadi, tak kenal waktu, dan tiap merasakan hasrat ingin ngemil, saya selalu turutin. Bahkan, kadang saya sering lupa, bahwa sebelum ngemil, beberapa waktu sebelumnya saya abis makan besar.

Mbak Khrisma saat menyampaikan materi via aplikasi Zoom.

Nah, pada saat Virtual Sharing Session tersebut, pembicara lainnya, Head of Corporate Communication Mondelez Indonesia, Khrisma Fitriasari (Mbak Khrisma) memberi saran sebagai berikut:

Pada saat merasa ingin ngemil, kenali isyarat tubuh dan ajukan tiga pertanyaan penting.”

Pertanyaannya sebagai berikut moms:

Kenapa saya ingin ngemil?”

Nah, kita tuh sebenarnya ingin ngemil karena lapar atau cuma ingin sekadar ngunyah aja gitu untuk meredakan emosi kita?

Camilan apa yang saya inginkan?”

Kalau sekiranya memang butuh makan sesuatu, sebaiknya kita makan apa, trus porsinya seberapa?

Bagaimana saya menikmatinya?”

Mau makan lap gitu aja, los-losan sampai enggak nyadar kalau makan sebungkus bahkan lebih atau perlu metode khusus, sehingga tahu kapan harus berhenti ngemil?

Nah, dari ketiga pertanyaan tersebut sebenarnya kita sebagai pelaku sudah bisa langsung membuat keputusan moms.

Saya beri contoh diri saya sendiri ya moms, alhamdulillah, belakangan sudah agak berhasil ngerem ngemil banyak-banyak setelah menerapkan tips ngemil bijak tersebut. Saat saya merasa kepengen ngemil, saya mengingat-ingat jarak antara waktu itu dengan saat ngemil atau makan terakhir kalinya kapan? Apabila kurang dari satu jam, saya tunda dulu ngemilnya.

3 pertanyaan wajib sebelum ngemil.

Lalu, setelah satu jam ngemil enggak?

Hmmm, ternyata moms, biasanya setelah ditunda, seringnya saya enggak berminat ngemil lagi, hahaha, udah lupa sama rasa laparnya 😛 . Namun, kadang ya ada rasa masih kepengen ngemil. Yawda saya tetep ngemil aja, karena artinya saya butuh makanan itu 😀 .

Kemudian, soal camilan yang saya makan, serta metodenya, saya siasati begini: dulu saya kalau mau ngemil yawda ambil saja seporsi penuh. Misalnya, biskuit, ya saya ambil satu kemasan. Kalau sekarang moms, saya berusaha ambil secukupnya, misal ambil 2-3 keping dulu aja, kemasannya disimpan lagi. Soalnya kalau satu kemasan dihidangkan semua biasanya saya cenderung makan, makan, dan makan lagi hehe 😛 .

Alhamdulillah, itu bekerja di saya moms.

Untuk anggota keluarga yang lain, khususnya anak-anak, juga mulai saya biasakan demikian. Kalau anak-anak minta camilan, tidak saya berikan semua satu kemasan, melainkan saya minta mereka ambil sesuai porsinya. Selain itu, saya dengan tegas melarang anak-anak ngemil, apabila sebelumnya belum makan besar.

Soalnya, sebelumnya, kalau ngemil dulu sebelum makan besar, anak-anak pasti agak susah makan. Nah, apabila dibalik, makan dulu kemudian ngemil, keuntungannya adalah:

  • Anak-anak makan besar dengan lahap, sehingga mendapat nutrisi terbaik dari makan besarnya.
  • Anak-anak ngemil lebih sedikit.

Semoga sudah sesuai dengan saran Mbak Khrisma saat itu:

Kebiasaan ngemil bijak untuk seluruh anggota keluarga dimulai dari para orang tua, utamanya ibu, sehingga seluruh anggota keluarga bisa mendapatkan manfaat camilan secara seimbang, baik untuk tubuh dan juga pikiran,” kata Mbak Khrisma.

Tips ngemil bijak dari Mbak Tara

5 cara ngemil bijak dari Mbak Tara.

Mendukung dan melengkapi saran dari Mbak Khrisma, Mbak Tara juga memiliki tips atau strategi untuk ngemil bijak yang bisa kita praktiikan nih moms:

Cek sinyal tubuh

Ini mirip seperti pertanyaan yang disarankan Mbak Khrisma tadi, yakni bertanya kepada diri kita sendiri moms:

Apakah saya lapar?”

Nah, lapar enggak sih? Kapan terakhir kali kita selesai makan/ ngemil? 😀

Kalau waktunya berdekatan, sudah tahu kan moms, sebaiknya menahan diri dulu? 😀

Seberapa banyak saya membutuhkan camilan ini?”

Kalau perutnya merasa lapar banget, ya monggo ambil sesuai porsi yang sekiranya bisa mengenyangkan. Namun, kalau cuma tombo pengen ya ambil sesuai porsi yang ingin dicicipi atau syukur-syukur enggak jadi ngemil 😀 .

Ini kira-kira physical atau cuma emotional hunger?”

Moms, makan karena lambung/ perut lapar atau makan karena pelarian dari esmosi karean PJJ aja kayak saya di atas? Hahaha. Hayyooo jujur! 😀

Lagi-lagi, jawabannya kalau lapar ya makan, kalau cuma emosi sesaat pereda stress, tahan dulu moms 😀 .

Beraaatt!

Memang sih. Tapi, moms mau tetap bisa ngemil tapi tetap sehat tanpa bonus kelebihan berat badan atau mau ngemil los-losan yang berakibat buruk pada tubuh? (Baik itu jangka pendek maupun jangka panjang?) .

Relaksasi

Masih berkaitan dengan mengecek sinyal tubuh, kali ini Mbak Tara meminta kita untuk menurunkan emosi dan menggunakan logika kita.

Apakah ngemil saat ini tepat untuk saya?”

Pakai logika dan kesadaran moms. Misal, ketika terbangun malam-malam nih, trus kepengen ngemil. Secara logika kan sebelum tidur udah gosok gigi, masa iya, ngemil lagi? Gimana-gimana? 😀

Apakah ini pilihan terbaik untuk saya?”

Apakah ngemil satu-satunya jalan keluar saat itu untuk menghilangkan lapar/ stress? Apa enggak ada jalan lain? Misalnya minum air putih aja gitu atau nonton tipi? 😀

Sesuaikah dengan kebutuhan saya?”

Lagi-lagi skeptis sama pikiran kita, tanyakan lagi apa saat itu memang urgent banget harus mengunyah makanan? 😀

Action apa yang diperlukan?”

Tegas mau makan/ ngemil saat itu juga atau bagaimana?

Mindful eating and snacking

Nah, begitu moms sampai pada jawaban “OKE, aku butuh ngemil” boleh kok ambil camilannya dan mulai makan. Namun, saran Mbak Tara, libatkan fungsi 5 indera kita, dengan cara:

  • Mata: Lihat makanan itu dengan seksama. Perhatikan bentuknya, warnanya, teksturnya, penataannya. Amati apa saja yang ada di makanan itu.
  • Hidung: Cium dan nikmati bau makanan tersebut. Rasakan sensasi aromanya.
  • Kulit: Sentuh makanan tersebut, rasakan teksturnya.
  • Lidah: Masukkan makanan tersebut pelan-pelan ke dalam mulut, biarkan lidah moms pertama kali merasakannya. Jangan cepat-cepat dikunyah ya, hehe.
  • Telinga: Dengarkan bunyi yang muncul pada saat kita mengunyah makanan tersebut. Fokus pada bunyi tersebut.

Nah, moms, setelah saya mempraktikkan hal tersebut, camilan yang saya makan tuh bisa berkurang.

Mbak Tara saat mengajak peserta mempraktikkan Mindfull Eating and Snacking.

Hmmm, kalau moms kurang yakin coba deh diingat-ingat saat kita memasak makanan. Setelah memasak, biasanya kita kan jadi enggak tertarik lagi makan makanan yang kita masak tadi. Entah kenapa kok rasanya udah kenyang gitu ya?

Jawabannya adalah karena tanpa kita sadari, kita tuh sebenarnya sudah mempraktikkan mindful eating and snacking ini.

Intinya adalah kita menikmati proses kita makan, makanya sangat disarankan untuk tidak makan dengan cepat, melainkan pelan-pelan dan benar-benar menikmati apa yang kita makan saat itu moms. Coba deh! 😀

Tunggu sebentar

Mbak Tara juga menyarankan untuk menunggu sekitar 15-20 menit sebelum kita makan camilan atau mulai mengunyah lagi untuk kedua kali dst. Biasanya dengan menunggu, rasa lapar/ ingin ngunyah itu bisa hilang moms 😀 .

Bersyukur

Kalau sudah terlanjur ngemil, jangan nyesel moms, hehe. Syukuri saja. Meski demikian, Mbak Tara menyarankan supaya kita melakukan dua hal ini:

  • Pertama, mengatakan kepada diri sendiri bahwa kita mensyukuri apapun yang sudah masuk ke dalam tubuh (makanan).
  • Kedua, membuat planning kapan sebaiknya makan/ ngemil lagi. Misalnya, “Karena sudah ngemil jam segini, maka nanti saya enggak akan ngemil lagi sebelum jam sekian” atau “Sebelum makan malam” dll.

Dengan mempraktikkan 5 langkah di atas, maka kita sudah bisa disebut pelaku ngemil bijak.

Harapannya, hal ini enggak hanya berdampak kepada diri/ kesehatan ibu/ moms saja, namun juga menurun ke anak-anak moms.

Memang, untuk anak-anak biasanya agak sulit menerapkan tips di atas ya moms, namun Mbak Tara menyarankan supaya moms tetap konsisten untuk mengubah perilaku ngemil supaya, selain mempengaruhi kesehatan, juga dapat menjadi contoh yang baik untuk anak-anak kita.

Kebiasaan ngemil ibu biasanya akan dicontoh oleh anak.

Mbak Tara juga mengatakan supaya moms jangan terlalu cemas atau merasa bersalah kalau tidak memberikan camilan yang diminta oleh anak-anak. Untuk hal seperti ini, moms harus memakai logika moms, apakah itu merupakan “Love” atau cuma “Pity” ke anak.

Perbedaan ‘Love” dan “Pity” ke diri sendiri maupun anak tuh begini moms:

  • Kalau “Love” maka apa yang kita lakukan itu artinya memberikan dampak positif ke tubuh kita/ anak. Sedangkan, “Pity” itu yawda tak terlalu memikirkan hal demikian. Sekarang, kalau anak moms merengek minta es krim, padahal anaknya belum makan, kira-kira moms bakal kasi atau enggak? Padahal risikonya nanti si anak sakit perut karena sebelumnya belum makan?
  • Love” itu artinya apa yang moms berikan ke diri sendiri dan anak akan menambah perasaan positif (feel good). Sedangkan, “Pity” seolah bersikap cuek dan bahkan mencari pembenaran pada perilaku tersebut.
  • Love” juga berarti moms tuh ngemil atau memberikan camilan ke anak juga sambil memikirkan efek jangka panjangnya. Sedangkan, “Pity” ya cuma sekadar memikirkan jangka pendek. Misalnya, anak moms saat ini berat badannya sudah agak berlebih dan sebenarnya moms tahu itu enggak baik. Lalu, anak moms merengek minta biskuit padahal tadi baru saja selesai makan. Moms, akan memberikan biskuit itu tanpa memikirkan jangka panjang si anak bisa jadi obesitas atau malah sebaliknya, cuek aja?
  • Terakhir, apabila, moms bertindak atas dasar “Love” maka setelah melakukannya moms enggak akan merasakan penyesalan. Sebaliknya, kalau didasari rasa “Pity” moms pasti deh merasa efek bersalah sekali.

Tidak apa menolak permintaan anak yang ingin ngemil terlalu banyak atas dasar “Love”, karena hal itu juga demi kebaikan anak-anak juga.

Ngemil bijak untuk merasa bahagia dan lebih sehat.

Memang sering sih, saya mendengar orang tua, khususnya ibu, mengeluh merasa bersalah karena tidak memenuhi keinginan anaknya. Kalau saya, sejak kecil sudah diwanti-wanti sama dokter anak yang biasa mengimunisasi anak-anak dulu. Jadi, dulu saat anak-anak mengalami Gerakan Tutup Mulut (GTM), dokter anak selalu bilang:

Ibu jangan mau dikontrol sama anak, tapi ibulah yang mengontrol anak-anak. Tegas. Kalau anak GTM jangan berikan apa yang dia mau, namun berilah sedikit rasa lapar, supaya si anak pada akhirnya mau makan.”

Saya rasa prinsip tersebut juga sejalan dengan ngemil bijak dalam Virtual Sharing Session MondelezXIIDN tersebut #imho.

Trus, moms alangkah baiknya juga kita memberikan camilan juga harus memperhatikan nutrisinya. Jadi, enggak sekadar junk food yang agak kurang bagus buat jangka panjang kesehatan anak.

Oh iya, Mbak Alfa Kurnia, perwakilan dari IIDN dalam Virtual Sharing Session MondelezXIIDN juga memberikan saran serupa, yakni sebaiknya berikan anak-anakan makanan yang selain mengenyangkan, tapi juga harus bernutrisi. Hendaknya, moms memperhatikan jenis, kualitas, juga seberapa banyak jumlah camilan yang dikonsumsi anak-anak (keluarga).

Belajar ngemil bijak bersama para moms.

Yes, sebagai seorang ibu, marilah moms kita mengutamakan yang terbaik untuk anak-anak kita, jadi enggak sebatas menuruti keinginan anak kita. Karena hanya kita lha, para ibu, yang paling memegang peranan untuk memutuskan apa yang terbaik untuk masa depan anak kita, khususnya untuk kesehatan tubunya ya 🙂 .

Satu lagi moms, sebaiknya saat makan/ ngemil usahakan kita melakukannya bersama-sama dengan anak. Jangan membiasakan diri sendiri atau anak ngemil sambil nonton televisi atau bermain gadget. Ketika waktu ngemil, usahakan untuk saling berkomunikasi, saling bercerita, bercanda bersama anak, yang harapannya akan membuat bonding antar keluarga bisa menjadi lebih erat lagi.

Biasanya rasa lelah atau kesedihan akan sirna moms kalau kita sering ngobrol dan terbuka sama keluarga, sambil ngemil bijak juga 😀 .

Dan, pada waktunya nanti, percayalah moms, keluarga kita khususnya anak-anak, bahkan moms sendiri akan mensyukuri perubahan kecil dalam hal ngemil ini.

Ngemil bijak sekarang, maka bahagia dan sehat selamanya 🙂 .

April Hamsa

“Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Ngemil Bijak yang diadakan oleh Ibu-Ibu Doyan Nulis”