One ordinary day. Bukan, saya bukan mau ngomongin tentang drama Korea yang dibintangi oleh dedek Kim So Hyun itu. Namun, saya ingin berbagi tentang one ordinary day yang bisa saja dialami semua orang di dunia, yang besar kemungkinan bisa mengubah jalan hidup kita semua. Kebetulan, saya dapat giliran mengalaminya.

Yang terjadi…

Tahun 2021 sesungguhnya menjadi tahun yang begitu menyesakkan dada saya. Kira-kira begini ilustrasinya:

Hari itu saya bangun tidur seperti biasa. Menjalani aktivitas seperti biasa. Perasaan ya biasa saja. Enggak sedang sedih, tapi juga enggak gembira yang berlebihan, gitu. Pokoknya semua biasa saja. Saya hanya berpikir untuk segera menyelesaikan aktivitas hari itu satu per satu, kemudian malamnya bisa istirahat. Ya, seperti hari-hari biasanya yang benar-benar biasa.

Sayangnya, sebelum saya benar-benar bisa menyelesaikan semua aktivitas saya. Tiba-tiba… Buuummm… Duaaarrr.. ada peristiwa tak terduga terjadi. Peristiwa yang menyakitkan hati, yang sepertinya bakal susah healing-nya, bahkan saya melihatnya cenderung menghancurkan rencana masa depan yang sudah saya susun satu demi satu dengan hati-hati selama ini.

Padahal, seharusnya, hari itu hanya jadi satu hari yang biasa buat saya. Biasa saja. Tak perlu menjadi hari istimewa, apalagi menjadi hari yang paling menyedihkan yang membuat esok hari menjadi tak pernah biasa lagi.

Adakah yang pernah mengalaminya juga?

Saya yakin, pasti setelah itu yang namanya pikiran tak bisa tenang. Badan juga rasanya remuk redam padahal enggak ada pekerjaan berat yang dilakukan, tak ada pula yang memukul. Namun, rasanya sakit semua. Cuma tak bisa dijelaskan dengan banyak kata.

Hanya berharap 2022 dst jauh lebih baik dari 2021 🙂 .

Saya sendiri, berhari-hari setelah kejadian yang tak terduga itu, saya tidak bisa makan enak, insomnia makin parah. Saya juga mengalami kebingungan bagaimana cara melepas emosi dan stress yang saya alami.

Saya melakukan semua yang saya bisa, berdoa dan berharap bahwa kejadian demi kejadian beruntun yang saya alami cuma mimpi. Berharap saya bisa bangun, kemudian melakukan aktivitas seperti hari-hari biasanya.

Saya bahkan sampai mendengarkan lagu-lagu rohani agama “sebelah” selang-seling dengan mendengarkan ayat-ayat cinta dari Tuhan plus ceramah pak/ bu ustad. Begitu terus setiap hari, sampai alhamdulillah saya mulai menemukan ketenangan hidup.

Kondisi sekarang sudah mulai nyaman, walau sepertinya saya masih berjalan di jalan yang tak berujung. Kalaupun terlihat ada belokan juga masih bingung, pilih berbelok ke kanan atau ke kiri.

Banyak sekali pertimbangan untuk menentukan sebaiknya berjalan ke arah mana.

Evaluasi…

Namun, dari semua kejadian yang sudah menimpa saya, ternyata terselip beberapa mukjizat-Nya.

Baca juga: Meninggalkan September 2021

Ada pula beberapa kejadian yang membuat saya menyadari bahwa memang hidup di dunia ini terlalu singkat buat dipakai mengeluh. Manusia cuma bisa berencana, Tuhan yang menentukan segalanya. Manusia hanya bisa menerima, sesekali meratapi, namun kemudian Dia harapkan bisa merenungi segala makna yang terjadi.

Terus terang, saat ini yang sedang ingin saya evaluasi cuma tentang kehidupan. Seperti guyonan yang saya temukan di Twitter beberapa waktu lalu:

Dahulu: “Kalau orang lain bisa, maka aku pasti juga bisa!”

Sekarang: “Kalau orang lain bisa, ya biarin.”

Hahaha, iya sepasrah itu saya sekarang soal pencapaian-pencapaian dalam hal prestasi, materi, atau apapun yang dipandang manusia lain istimewa itu. Soalnya sekarang cuma mau fokus pada makna hidup.

Di ujung tahun ini saya ingin mengevaluasi beberapa hal yang lebih saya fokuskan kepada:

  • Sikap saya kepada suami.
  • Sikap saya kepada anak.
  • Sikap saya kepada orang tua.
  • Sikap saya kepada orang-orang atau teman-teman yang akrab dengan saya.

Apakah saya sudah melakukan yang terbaik buat mereka atau belum.

Resolusi…

Sedangkan untuk resolusi.

Nomor satu, saya ingin berhenti mengutuki tahun 2021. Kata pak ustad kuncinya cuma:

  • Banyakin dzikir.
  • Banyakin sholat.
  • Banyakin doa.
  • Banyakin bantuin orang susah.
  • Plus, jangan terlalu banyak mengeluh di medsos, hahahahaha!

Trus, resolusi berikutnya adalah berencana untuk tetap sehat dan waras. Dua itu adalah hal yang ingin saya genggam terlebih dahulu. Kemudian, perlahan namun pasti saya ingin lebih akrab lagi dengan Tuhan.

Ada yang bilang, “Ah kamu cuma pas butuh doank dekat-dekat sama Tuhan?” Saya pun sempat drop lagi.

Namun, kemudian ada ahli agama yang mengatakan bahwa, “Justru sombong kalau kamu enggak meminta kepada Tuhan. Bahkan kalau kamu bersedekah, megeluarkan uang 100 perak dan kamu niati supaya itu diberi balasan sama Tuhan, itu justru lebih baik karena Tuhan lebih menyukainya. Tak masalah saat butuh atau tak butuh kamu berusaha mendekati-Nya.”

Kemudian, seperti yang saya bilang di bab evaluasi di atas bahwa saya juga ingin memperbaiki hubungan dengan orang-orang yang sayangi. Menjadi orang yang jauh lebih baik lagi untuk mereka.

Sesudah itu, pelan-pelan saya akan mulai menata impian saya kembali, yakni impian-impian yang lebih berbentuk ke arah fisik, yang ingin saya gapai.

Tentu saja tidak mudah, karena saya dituntut mulai dari 0 lagi. Berbeda dengan dahulu, kali ini mungkin enggak akan ada yang membantu saya selain Tuhan, karena memang modal buat meminta bantuan orang lain sudah enggak ada.

Namun, enggak papa sih, karena Pak Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan begini:

Ketika dalam kesulitanmu orang-orang meninggalkanmu, itu bisa jadi karena Allah sendirilah yang akan mengurusmu.”

Maka, saya berusaha meyakini itu saja.

Jadi, resolusi saya cuma:

  • Ingin jadi istri yang lebih baik untuk suami

Suami saya adalah support terbesar saya. Dari dulu saya enggak pernah punya banyak teman yang bisa memahami saya. Begitu laki-laki ini masuk dalam hidup saya, tiba-tiba dia sudah menjadi sahabat saya. Dia bisa menerima saat kondisi mental istrinya berada dalam kondisi paling jeblok sekalipun.

Tahun 2022 semoga saya bisa lebih banyak mendukungnya dalam pekerjaannya maupun segala yang dia cita-citakan di masa mendatang.

  • Ingin jadi ibu yang baik untuk anak-anak saya

Semoga 2022 saya bisa mencapai kondisi ideal sebagai ibu untuk anak-anak. Lebih banyak mendengar mereka bicara dan bercerita, serta menjadi teman bermain yang lebih asyik.

  • Ingin jadi anak yang lebih berbakti pada orang tua

Jauh dari orang tua dan mertua membuat saya tidak banyak berbuat banyak untuk mereka. Semoga 2022 segala problem berakhir dan bisa membuat waktu berkualitas dengan orang tua.

  • Ingin jadi saudara atau teman yang baik untuk sahabat-sahabat saya

Semoga di tahun 2022 bisa menjadi seseorang yang lebih berarti buat sahabat-sahabat saya.

Intinya untuk tahun 2022 saya cuma ingin menata kembali hidup ini, lalu melanjutkan hidup dan ingin berusaha sebaik mungkin membuat segalanya lebih baik di masa mendatang.

Kalau ada kejadian “istimewa” lagi di saat one ordinary day, semoga lebih siap dan kuat menghadapinya, karena sesungguhnya tak ada yang tahu apakah hari itu akan berjalan biasa-biasa saja atau akan menjadi hari luar biasa.

Itu saja.

Mohon maaf ya kalau tulisannya bikin bingung.

Saya doakan teman-teman juga mendapat hal-hal baik di 2022 dan tahun-tahun berikutnya, jauh lebih baik dari 2021. Aamiin. Semangaaattt!

April Hamsa

Tagged in: