Menjadi orang tua sepertinya sudah sepaket dengan banyak kekhawatiran, khususnya pada masa depan anak. Inilah kadang yang membuat orang tua selalu cawe-cawe terhadap kehidupan anak-anaknya, sampai kadang lupa kalau si anak usianya sudah makin bertambah. Padahal, kekhawatiran semacam itu, tentu tidak bagus buat perkembangan si anak, bukan? Nah, kali ini saya mau sharing tetang apa saja yang sebaiknya dihindari oleh orang tua ketika membesarkan anak-anaknya. Menurut saya, sebaiknya orang tua menghindari lima hal ini:

Selalu mengawasi anak

Saking cemasnya terhadap anak, orang tua merasa bahwa 24 jam harus menemani sekaligus mengawasi aktivitas anak-anaknya. Ini konteksnya si anak tentu bukan balita ya, melainkan anak usia yang lebih tinggi lagi, misalnya usia SD, lha.

Beberapa contohnya antara lain, kadang orang tua cemas saat si kecil sekolah, nanti akan di-bully temannya atau ketika si anak sepedaan di komplek, nanti akan terjatuh. Pikiran-pikiran semacam itu kemudian membuat orang tua tidak tenang, kemudian mengawasi anak sepanjang waktu.

Tentu hal ini enggak bagus buat orang tua, karena nanti malah mengganggu aktivitas seperti bekerja, mengurus rumah, dll. Sebaliknya buat si anak, dia bisa jadi tumbuh dengan kepercayaan diri yang lemah, karena orang tuanya selalu ikut campur akan segala aktivitasnya.

Sebagai orang tua, menurut saya, kita tuh enggak bisa mengontrol segala hal. Ketika anak sudah mulai beranjak besar, sebaiknya percaya kepada anak, bahwa si kecil sudah paham aktivitas mana yang baik atau merugikan buat mereka.

Dengan begitu, kita juga secara tidak langsung melatih mengenai kehidupan kepada mereka. Bahwa, tidak selamanya dunia baik kepada mereka. Ada kalanya, mereka juga butuh diajari cara kecewa, menangis, dll.

Tidak menghargai privasi anak

Anak yang beranjak remaja biasanya menyimpan rahasia atau menceritakannya kepada teman. Sebagai orang tua, kita juga harus memberikan space buat anak. Kita harus menyiapkan diri dan berlatih mengenai Batasan tentang privasi anak.

Hallah, masa anak sekecil itu sudah punya privasi?

Kenyataannya iya. Memiliki privasi (baca: rahasia) juga tidak buruk buat si anak, kok. Dengan begitu dia akan belajar tentang memiliki tanggung jawab sendiri untuk menyelesaikan masalahnya, dia akan memiliki paham hak-haknya sebagai individu, serta punya kepekaan batin yang lebih baik.

Sebagai orang tua, sebaiknya kita tidak berprasangka buruk terhadap apa yang dirahasiakan anak kepada kita. Kita bisa mengawasi perilaku anak. Andai si anak terlihat fine-fine aja, tidak merasa terancam keselamatannya, lalu apa yang sebenarnya kita khawatirkan?

Maka, yuk, belajar menghormati privasi anak kita.

Membicarakan kecemasan di depan anak

Anak yang takut pada kucing, biasanya orang tuanya takut pada kucing juga.

Anak yang enggak suka makan makanan pedas, biasanya orang tuanya menghindari makanan pedas juga.

Ya, enggak semuanya begitu, sih, namun pada umumnya sering terjadi, karena biasanya perilaku anak mencontoh orang tuanya.

Biasanya, ketakutan atau kecemasan orang tua akan sesuatu menurun ke anak-anaknya. Itulah sebabnya ketika orang tua mencemaskan sesuatu sebaiknya tidak diungkapkan secara gamblang kepada anak-anaknya.

Ketimbang menunjukkan kecemasan kita terhadap sesuatu, kita bisa memberikan pelajaran kepada anak-anak kita apa saja yang harus dilakukan seandainya berada dalam situasi yang membuat kita cemas. Mungkin terdengar seperti teori atau klise, tetapi sebagai orang tua, sebaiknya kita bersikap rasional, Jangan terlalu hiperbola menunjukkan kecemasan.

Selalu berusaha membantu anak

Biasanya, orang tua selalu ingin hidup anaknya lebih mudah dari kehidupan masa kecilnya dulu. Sampai-sampai banyak orang tua melakukan segala cara supaya si anak hidup enak.

Salah satu caranya adalah dengan terus-terusan membantu anak. Misalnya, yang peling sering, ketika anak ada PR dari sekolah, orang tua bukannya mengajari cara menyelesaikannya malah ada yang membantu mengerjaannya supaya lekas selesai atau betul semua.

Begitu pula ketika si anak terlibat masalah dengan temannya, masih banyak orang tua yang tanpa ba bi bu, langsung membantu menuntaskan problem itu. Padahal, anak juga perlu dilatih menyelesaikan masalahnya sendiri dengan teman yang berkonflik dengannya.

Kalau terus-menerus dibantu oleh orang tua, kapan anak bisa mandiri? Malah anak akan menjadi selalu tergantung kepada kita, orang tuanya.

Menuruti semua kemauan anak

Masih terkait dengan keinginan bahwa si anak hidupnya harus lebih baik dari orang tuanya, acap kali orang tua selalu berusaha menuruti kemauan anak. Kadang sampai hal yang kurang masuk logika pun diusahakan.

Maka, yang terjadi si anak akan terus memanfaatkan situasi tersebut supaya orang tuanya terus-menerus mengabulkan semua keinginannya. Hal ini tentu saja akan merusak mental si anak.

Itulah beberapa hal terkait kekhawatiran orang tua terhadap anak-anaknya.

Sebagai orang tua, mencemaskan anak sih sudah sepantasnya ya, namun menurut saya, ya, lakukan sewajarnya. Jangan sampai kita menjadi terlalu over protektif sehingga membuat anak menjadi sangat bergantung kepada kita. Padahal, kan, tidak selamanya kita bisa menemani anak.

Bagaimana menurut teman-teman, apakah ada hal-hal lain yang sebaiknya dihindari orang tua supaya tidak merasa cemas berlebihan terhadap anak? Share di kolom komentarnya ya.

April Hamsa

Categorized in: