Pelatihan literasi keuangan untuk perempuan? Emangnya, mengapa sih perempuan kudu melek literasi keuangan?”

Perempuan kan rata-rata udah megang keuangan rumah tangga saat menikah, apa masih perlu ikutan pelatihan literasi keuangan? Ah, nanti juga bisa-bisa sendiri seiring waktu…“

Penting enggak sih pelatihan literasi keuangan untuk perempuan itu?

Hmmm, menurut teman-teman bagaimana dua pernyataan di atas? Kalau saya pribadi, terus terang bakal senyum-senyum sendiri mendengar dua pernyataan itu 😀 . Alasannya karena dua pernyataan itu sama-sama agak meremehkan betapa pentingnya pengetahuan tentang literasi keuangan buat seorang perempuan. Padahal, kondisi di lapangan, banyak lho perempuan yang merasa dirinya paham literasi keuangan, namun setelah “dites”eh ternyata belum sepaham “itu”.

Mengapa pelatihan literasi keuangan untuk perempuan penting?

Contoh nih ya, ketika ada yang bertanya: “Ibu, sudah punya dana darurat belum, yang bisa dipakai kalau dalam kondisi darurat, misal tiba-tiba ada keluarga sakit?”

Trus, dijawab: “Sudah, saya sudah punya tabungan.”

Tanya lagi: “Punya berapa rekening, Bu.”

Masih banyak yang menjawab: “Ya satu saja. Itu sudah tabungan buat macam-macam.”

Padahal, sangat disarankan, kita tuh punya lebih dari satu rekening yang fungsinya berbeda-beda. Ada yang memang murni buat tabungan, investasi, dana darurat, dll. Kalau dicampur agak riskan sih ya? Bisa-bisa dana yang tadinya niatnya buat urusan A, kepakai juga buat urusan B.

Perempuan biasanya adalah manajer keuangan keluarga.

Sayangnya, belum semua perempuan memahami hal ini. Saya pun dulu begitu kok, tabungan semua dijadikan satu. Seiring waktu, setelah beberapa kali mengikuti beberapa workshop bertema literasi keuangan jadi makin paham 🙂 . Sehingga, menurut saya, pelatihan literasi keuangan untuk perempuan itu sangat penting 🙂 . Eh, BTW, kalau menurut teman-teman pembaca blog ini, khususnya yang Kaum Hawa, bagaimana? 😀

Pelatihan literasi keuangan meningkatkan pemahaman perempuan betapa uang sangat berharga

Enggak cuma pada akhirnya bikin insyaf mengenai soal memiliki beberapa rekening, pelatihan literasi keuangan juga pada akhirnya akan membuat perempuan paham bahwa:

Melakukan pengelolaan keuangan itu sangat penting

Jadi, enggak cuma berpikir bagaimana membelanjakan uang yang masuk, namun juga berpikir untuk jangka panjang seperti menabung, memiliki asuransi, berinvestasi, menyimpan dana darurat, dll.

Bagaimana menghindari kejahatan di bidang finansial/ keuangan

Pernah dengar soal investasi bodong? Konon katanya sih, di berita-berita biasanya perempuan lha yang kena. Soalnya, katanya lebih mudah diiming-imingi dengan hasil yang instan tapi hanya perlu modal dikit. Nah, dengan melek literasi keuangan, perempuan akan lebih bisa memilah mana kira-kira investasi atau transaksi keuangan lainnya yang betulan dan menghasilkan keuntungan, mana yang cuma tipu-tipu.

Mengelola keuangan erat hubungannya dengan mewujudkan keluarga yang lebih sejahtera

Perempuan yang sudah ahli mengelola keuangan keluarganya biasanya akan siap dengan situasi apapun. Bahkan, perempuan ini enggak hanya pasif menerima uang (misal dari suaminya), namun bisa jadi, kalau udah melek literasi keuangan, dia akan memikirkan caranya ikut membantu keuangan keluarga, tanpa harus meninggalkan kewajibannya sebagai perempuan (ibu). Sehingga, keluarganya pun bisa jauh lebih sejahtera dari sebelumnya.

Prudential sering bikin pelatihan literasi keuangan untuk perempuan lho

Ngobrolin soal pelatihan literasi keuangan untuk perempuan, tahu enggak sih teman-teman, ternyata perusahaan asuransi PT Prudential Life Assurance (Prudential) sering lho menyelenggarakan pelatihan ini. Enggak cuma sekali dua kali, Prudential melaksanakan kegiatan tersebut, melainkan sudah 10 tahun lamanya. Daaan pelatihan untuk mengasah kemampuan perempuan dalam pengelolaan keuangan keluarganya tersebut telah terselenggara di berbagai kota di seluruh Indonesia.

Baru-baru ini, Prudential juga menggelar pelatihan literasi keuangan untuk perempuan di Jakarta, tepatnya di Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) di Jakarta Pusat pada tanggal 14 November lalu. Peserta pelatihan adalah para perempuan dari berbagai instansi dan komunitas, alhamdulillah, saya juga dapat kuota mengikuti pelatihannya, lho.

Saya saat mengikuti pelatihan literasi keuangan untuk perempuan yang diselenggarakan oleh Prudential.

Namun, sebelum saya mengikuti pelatihannya, saya juga berkesempatan untuk bertemu dengan pihak penyelenggara pelatihan, yakni dari Prudential dan KPPPA. Soalnya sebelum pelatihan, digelar konferensi pers untuk media dan blogger gitu. Hadir dalam kesempatan tersebut adalah:

  • Sekretaris KPPPA Republik Indonesia, Dr. Pribudiarta Nur Sitepu, MM
  • President Director Prudential Indonesia, Bapak Jens Reisch
  • Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ibu Sondang Martha
  • Sharia, Government Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia, Ibu Nini Sumohandoyo.

Suasana konferensi pers tentang pelaksanaan pelatihan literasi keuangan untuk perempuan yang diselenggarakan oleh Prudential.

Saat konferensi pers berlangsung, ada kabar yang cukup menggembirakan lho dari Ibu Sondang Martha. Ibu Sondang Martha menunjukkan data terbaru tentang Survei Keuangan Nasional Literasi Keuangan terbaru (2019) yang dilakukan oleh OJK. Menurut data tersebut, terdapat peningkatan indeks literasi keuangan perempuan, yakni menjadi sebesar 36, 13% dibandingkan tahun 2016 lalu yang cuma sekitar 25% saja. Tentu saja hal ini menggembirakan ya teman-teman?

Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ibu Sondang Martha.

Peningkatan tersebut memang belum ideal, namun dari trend-nya sih katanya akan lebih meningkat lagi. Hal tersebut bisa terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor sih, yakni antara lain:

  • Makin banyak pelatihan literasi keuangan untuk perempuan, salah satunya yang diselenggarakan oleh Prudential
  • Teknologi seperti internet, gadget, dll membuat perempuan memiliki banyak akses untuk mendapatkan pengetahuan/ informasi mengenai literasi keuangan
  • Makin banyak kesadaran perempuan belajar literasi keuangan, dll.

Pencapaian ini (peningkatan indeks literasi keuangan) tidak lepas dari kerja keras dan kolaborasi anara pemerintah, OJK, kementerian, dan berbagai pihak lain untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan secara berkelanjutan. Salah satunya seperti upaya Prudential indonesia melalui program tahunan Pelatihan Literasi Keuangan untuk perempuan,” jelas Ibu Sondang Martha.

Sedangkan, Bapak Jens Reisch menjelaskan bahwa program pelatihan literasi keuangan untuk perempuan Prudential ini merupakan bagian dari fokus Prudential yakni “We Do Good” untuk memberdayakan masyarakat, khususnya perempuan. Bapak Jens Reisch juga menyatakan bahwa pihaknya turut senang mengetahui bahwa indeks literasi keuangan perempuan makin meningkat.

President Director Prudential Indonesia, Bapak Jens Reisch.

Sedangkan, Ibu Nini Sumohandoyo mengatakan bahwa Prudential akan tetap konsisten menyelenggarakan pelatihan literasi keuangan untuk perempuan ini, selain karena memang sudah menjadi program Prudential, juga karena optimis bahwa angka tersebut masih akan naik lebih tinggi lagi.

Kami percaya perempuan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Atas alasan ini kami secara konsisten menyelenggarakan program literasi keuangan untuk perempuan selama sepuluh tahun berturut-turut,” jelas Ibu Nini Sumohandoyo.

Sharia, Government Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia, Ibu Nini Sumohandoyo.

Ibu Nini Sumohandoyo juga mengatakan bahwa untuk mewujudkan tujuan perempuan melek literasi keuangan, Prudential akan terus berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait, misalnya kementerian, OJK, dll.

Sedangkan Dr. Pribudiarta Nur Sitepu, mewakili pihak pemerintah, menyampaikan bahwa pihaknya sangat mendukung kegiatan pelatihan literasi keuangan untuk perempuan seperti yang diselenggarakan oleh Prudential. Menurut Dr. Pribudiarta Nur Sitepu, pelatihan tersebut sudah sejalan dengan tujuan pemerintah yakni ingin lebih membuat perempuan Indonesia berdaya dan cakap di bidang finansial. Pemerintah memiliki alasan, yakni apabila perempuan melek keuangan, maka akan mengakhiri kesenjangan ekonomi kaum perempuan.

Sekretaris KPPPA Republik Indonesia, Dr. Pribudiarta Nur Sitepu, MM.

Selain mendukung program pelatihan semacam ini, menurut Dr. Pribudiarta Nur Sitepu, pemerintah juga saat ini tengah mendorong perempuan untuk bekerja. Enggak mesti harus bekerja di sektor formal sih, melainkan bisa juga secara informal.

BTW, mengenai hal ini saya teringat beberapa waktu lalu membaca status seorang ibuk-ibuk di media sosial. Kurang lebih bunyi statusnya itu menceritakan bahwa si ibu ini dengan modal Rp. 200.000,- saja sudah bisa bikin usaha. Usahanya adalah pertama yang Rp. 100.000,- dia tabung, lalu sisanya dia belikan minyak, beberapa bungkus tahu, dll. Rupanya si ibu ini bikin usaha jualan tahu goreng. Dari situ si ibu ini mendapatkan keuntungan yang lumayan, yang lagi-lagi dia bagi, sebagian dimasukkan tabungan, sebagian lagi ya untuk modal jualan tahu goreng lagi.

Itu yang di atas kisah nyata ya teman-teman. Terlepas dari berapapun keuntungannya (yang mungkin bagi sebagian orang enggak seberapa), namun dari membaca status seperti itu rasanya saya tuh merasakan sekali usaha si ibu dalam membuat keluarganya jadi lebih sejahtera lagi. Hal-hal seperti itu lho yang sesungguhnya diharapkan bisa dikuasai oleh perempuan. Ya, mengelola keuangan, ya bantuin cari pendapatan untuk keluarga, jangan “diam” saja. Kita semua, perempuan, ibu, bisa kok, asal ada kemauan. Intinya, jangan pasif jadi perempuan. Kalau misalnya enggak bisa dagang atau kerja karena situasi, minimal ya mengelola keuangan harus lebih baik lagi. Jangan cuma punya satu tabungan yaaa… #ntms 😀 .

Rangkuman materi pelatihan literasi keuangan untuk perempuan

Trus, balik ke materi literasi pelatihan keuangan hari itu, ada yang penasaran saya dan ibu-ibu/ perempuan peserta diajari apa? Baik, saya akan mencoba merangkumnya yaaa… 🙂 .

Jadi, kami peserta mendapatkan tips mengelola dana gitu deh. Secara garis besar yang harus dilakukan adalah:

  • Perencanaan Keuangan
  • Memisahkan Penghasilan.

Perencanaan Keuangan

Di sini, peserta pelatihan literasi keuangan diajari untuk membedakan mana “kebutuhan” dan mana “keinginan”. Hal ini sebenarnya dipengaruhi oleh “prioritas” dan “jangka waktu”. Trus, cara menentukannya ya kita bertanya pada diri kita sendiri.

Contoh “prioritas”, misalnya, teman-teman bilang butuh banget punya mobil saat ini juga. Nah, ini mobil funsinya buat apa? Kita petakan dulu, untung ruginya punya mobil. Kalau secara umum ternyata fungsinya cuma buat lifestyle doank, ya sebaiknya tangguhkan dulu beli mobilnya. Bisa menabung dulu saja, daripada menambah pengeluaran buat menyicil mobil. Berbeda kalau kita butuh mobil, tapi emang urgent banget buat usaha misalnya. Maka, itu sudah bisa dikatakan masuk kategori “kebutuhan”.

Suasana pelatihan literasi keuangan.

Sedangkan untuk “jangka waktu” biasanya dibagi jadi tiga: jangka pendek, menengah, panjang. Jangka panjang tuh contohnya periodenya dari 0-1 tahun, biasanya saat dibutuhkan cepat dan sewaktu-waktu bisa dicairkan, seperti tabungan/ deposito, emas, simpanan koperasi, dll. Kalau jangka menengah biasanya 1-4 tahun di mana kita menyimpan uang dalam jangka waktu sekian tahun untum kebutuhan yang memang telah kita rencanakan. Contohnya seperti tabungan berjangka, asuransi pendidikan anak, dll. Lalu, kalau jangka panjang, biasanya jangka waktunya 5 tahun ke atas. Jadi, buka yang akan kita pakai secepatnya. Contohnya seperti asuransi, properti, dll.

Moga-moga contohnya bisa dipahami, hehe.

Memisahkan Penghasilan

Kalau memisahkan penghasila tuh sebaiknya kita minimal punya beberapa rekening yang terbagi menjadi: Rekening Aktif dan Rekening Pasif. Rekening Aktif bisa kita pakai untuk pengeluaran wajib dan kebutuhan sehari-hari. Sedangkan Rekening Pasif antara lain untuk tabungan dan dana darurat.

Perempuan wajib hukumnya melek literasi keuangan.

Selain itu, dari pelatihan literasi keuangan untuk perempuan yang diselenggarakan oleh Prudential kali itu, saya juga mendapat beberapa tips seperti:

  • Kalau punya cicilan atau utang, begitu menerima gaji segeralah dibayar.
  • Ubahlah kebiasaan, kalau kita dapat gaji jangan langsung dibelanjakan, melainkan sisihkanlah terlebih dahulu ke beberapa pos.
  • Tabung minimal 20% dari penghasilan yang kita terima.
  • Sisihkan penghasilan untuk tabungan khsusus dana darurat.
  • Selalu disiplin mencatat dan memantau pengeluaran rutin.
  • Kenali produk asuransi dan simpanan sesuai tujuan kita.
  • Apabila menerima “uang kaget” seperti Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi, arisan, warisan, sebaiknya dialokasikan untuk simpanan, tambahan modal usaha, atau membeli asuransi.
  • Hal paling penting adalah DISIPLIN + jaga gaya hidup!

Begitu kira-kira materi pelatihan literasi keuangan khusus perempuan kemarin. Semoga bermanfaat dan menginspirasi teman-teman untuk lebih baik lagi dalam mengelola keuangan, demi kesejahteraan keluarga kita ya 🙂 .

April Hamsa