Kok anakku belum bisa duduk tegak ya?”

Kok anakku belum merangkak ya. Anak tetangga sebelah kok sudah, padahal lahirnya hampir barengan?”

Huhuhu. Siapa para parents pembaca blog ini yang mengalami kegalauan seperti itu? Kalau saya, pernah. Yeah, saya pernah mengalami masa-masa bertanya-tanya kayak gitu. Dua anak saya, sempat mengalami masalah dalam hal pertumbuhan, sehingga sangat mempengaruhi perkembangan motoriknya. Nah, melalu artikel kali ini, saya mau sharing mengenai hal itu. Siapa tahu bisa bikin kegalauan para ortu, khususnya para moms di luar sana mereda.

Namun, kalau cerita tentang dua anak ntar kepanjangan ya? Hehe. Jadi, saya cerita tentang salah satu anak dulu ya? Kali ini tentang perkembangan motorik Si Dema.

Perkembangan motorik Dema yang istimewa

Kisah perkembangan motorik Dema yang istimewa ini dimulai ketika dia lahir. Jadi, saat Dema lahir, anak ini enggak langsung menangis. Diem aja, enggak bergerak. Tubuhnya meringkuk dan kulitnya terlihat membiru. Singkat cerita, Dema akhirnya dirawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Dokter menjelaskan bahwa Dema sempat menelan air ketuban dan mengalami hipotermia.

 

Dema saat berada di NICU.

Meski demikian, alhamdulillah, tenaga medisnya support pemberian Air Susu Ibu (ASI). Sehingga, meskipun Dema di NICU, saya tetap bisa menyusuinya melalui pemberian ASI Perah (ASIP). Setelah keluar dari rumah sakit, alhamdulillah, Dema cepat belajar menyusu langsung dan dapat ASI Ekslusif sampai usianya 6 bulan.

Drama selanjutnya berawal dari masa Dema mulai makan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Dema itu susah banget mangap. Gerakan Tutup Mulut (GTM) adalah episode setiap hari yang setiap hari diperankannya. Dema lebih suka nenen ketimbang makan. Padahal, anak usia enam bulan ke atas kan seharusnya makannya yang lebih banyak ketimbang minum susu/ ASI-nya.

Akibatnya, tubuh Dema kurus (dari segi pertumbuhan) dan ada beberapa perkembangan motorik yang belum dicapainya. Sebagian yang saya ingat, antara lain saat usia 6 bulan, Dema belum mau duduk. Lalu, pada saat usia 9 bulan, boro-boro jalan, merangkak dan berdiri saja Dema enggak punya minat. Dema lebih suka duduk ngesot ke mana-mana.

Dema saat usia satu tahun belum bisa  merangkak maupun berdiri dan berjalan.

Sampai akhirnya, menjelang usia setahun, saya membawa Dema screening ke Klinik Tumbuh Kembang. Ternyata, Dema mengalami Anemia Defisiensi Zat Besi (ADB). Kemungkinan besar, selain karena memang anaknya susah makan, juga berasal dari riwayat saya yang memang pernah menderita anemia juga.

Mengejar ketertinggalan motorik Dema

Untungnya saat itu, kondisinya cepat-cepat bisa dikoreksi. Dema masih dalam masa golden ages. Waktu itu, Dema diberi suplementasi zat besi selama sekitar 3 bulan. Kemudian, setiap hari saya dituntut disiplin, putar otak, berusaha menyajikan makanan sesuai petunjuk dokter untuk Dema.

Alhamdulillah, pertumbuhannya mulai optimal dan berbagai perkembangan motorik yang tertinggal mulai terkejar. Kalau sekarang melihat Dema, orang enggak akan menyangka anak ini dulu pernah masuk NICU dan beberapa tahapan perkembangan motoriknya sempat terlambat.

Siapa sangka saat kecil Dema sempat mengalami keterlambatan motorik?

Oh iya, teman-teman, sekadar mengingatkan, perkembangan motorik si kecil itu ada dua yaaa, motorik kasar dan motorik halus. Kalau motorik kasar tuh yang melibatkan otot-otot besar dan hampir semua anggota tubuh, seperti duduk, berjalan, berlari, dll. Sedangkan motorik halus itu lebih ke penggunaan otot-otot kecil, serta koordinasi tangan dan mata.

Hal yang paling saya ingat ketika berusaha keras menstimulasi motorik kasar Dema, antara lain:

  • Dema akhirnya punya keinginan duduk tegak saat usia 8 bulanan. Waktu itu saya stimulasi dengan cara: tangan kanannya saya taruh di atas matras/ lantai tempat dia duduk, sementara tangan kirinya saya tarik pelan-pelan, sambil punggungnya saya pegangin. Lama-kelamaan Dema tahu kalau bangun dari tidur ke duduk adalah dengan cara menaruh tangan kanannya sebagai tumpuan. Saat awal-awal duduk pun, Dema selalu menyangga dirinya dengan tangan kanannya, lalu bermain/ beraktivitas dengan tangan kirinya. Itulah sebabnya, hingga saat ini, Dema lebih sering beraktivitas dengan tangan kiri alias kidal.
  • Dema baru bisa jalan usia 18 bulanan. Waktu itu, saya sering stimulasi dengan cara Dema saya sandarkan gitu aja di tembok. Sesekali juga saya stimulasi pakai kursi/ sofa. Jadi, tangan diletakkan di dudukan kursi dan kakinya napak lantai. Awalnya nangis-nangis sih, kayaknya takut jatuh. Namun, lama kelamaan dia bisa dan berani berdiri. Sampai akhirnya, dua minggu sebelum usianya 18 bulan pas, Dema sudah berani jalan. Kalaju sekarang, jangan ditanya, udah lari-lari enggak kekejar.
  • Lalu, tentang merangkak. Memang sih ada sebagian bayi yang enggak merangkak. Namun, idealnya kan seharusnya merangkak. Sebab, saya pernah baca sebuah artikel kesehatan anak yang mengatakan bahwa merangkak itu termasuk penting. Merangkak dapat melatih kekuatan otot tangan, kaki, juga kemampuan visualnya. Nah, Dema ini merangkak setelah dia akhirnya bisa jalan. Waktu itu Dema suka tiduran dalam posisi tengkurap, kemudian kakinya agak saya tekuk, jadi kayak posisi sujud gitu, sampai akhirnya tangannya saya biasakan menumpu tubuhnya. Lalu, saya suka kasi mainan di depannya dan dia berusaha meraihnya. Lama-lama Dema merangkak, deh.

Dema sekarang, tahun depan berusia 4 tahun.

Sedangkan untuk melatih perkembangan motorik halusnya, saya ingat kalau:

  • Suka memberi Dema mainan puzzle. Awalnya, Dema bukan menyusun puzzle sih, namun lebih sering mengambil puzzle, lalu melemparnya. Semakin besar ya akhirnya tahu sendiri cara main puzzle.
  • Saya suka memberikan camilan biskuit atau buah potong ke Dema. Walaupun enggak dimakan sih, lebih sering dipengangin aja sama Dema.
  • Saya suka memberi Dema kertas atau tissue, kemudian dia sobek-sobek.
  • Dema termasuk cepat mengenal pensil/ pulpen dan suka menggambari tembok, kertas, sprei, sampai kulitnya sendiri (tentu saja dengan pengawasan yaaa).

Itulah teman-teman beberapa hal yang pernah saya lakukan ketika mengejar keterlambatan perkembangan motorik Dema.

Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa saya enggak membawa Dema di Klinik Tumbuh Kembang? Sebenarnya, pernah sih, waktu itu cek ke Klinik Tumbuh Kembang. Namun, kemudian, atas rekomendasi dokter anak yang lain, saya disarankan menstimulasi Dema sendiri.

Taruh handphone-nya, ajari anaknya!” Kata dokter, mak jleb, xixixi 😛 .

Alhamdulillah, untuk kasus Dema memang seperti itu ya, teman-teman. Bisa mengejar ketertinggalan motoriknya dengan stimulasi mandiri. Tentu saja, waktu itu, saya dapat support dari ayah dan juga kakek neneknya, sih.

Sampai kapan saya menstimulasi Dema?

Jawabannya, ya, sampai Dema benar-benar mandiri, sih. Usia Dema menjelang 4 tahun (tahun depan). Namun, saya tetap mengamati perkembangannya. Sejauh ini sih, kemampuan motorik kasar dan halusnya sudah sesuai milestones anak usia 3-4 tahunan.

Kalau teman-teman ada yang bertanya, aktivitas apa saja yang baik untuk dilakukan oleh anak seumuran Dema, beberapa aktivitas berikut bisa jadi alternatif:

Bemain di outdoor

Dema itu suka banget bermain di outdoor. Enggak peduli matahari sudah mulai terik, kalau di outdoor, Dema suka. Biasanya Dema paling suka naik sepeda, bermain panjat-panjatan di taman, sesekali berenang kalau saya ada kesempatan membawanya ke kolam renang.

Dema suka bermain di outdoor bersama teman-temannya.
Bermain dengan teman

Dema juga sangat suka bermain dengan teman. Ada banyak permainan yang bisa dilakukan bersama teman, seperti melempar bola tangan, main sepak bola, atau sekadar lari-larian, kejar-kejaran sama teman. Permainan-permainan sederhana semacam itu, selain membuat fisik Dema makin kuat, juga mampu membuatnya belajar memiliki kecerdasan sosial.

Bermain di dalam rumah/ ruangan

Kalau di rumah biasanya Dema suka menggambar atau menulis (kebetulan sudah mengenal huruf dan angka). Kadang juga bermain mainan yang Dema miliki seperti boneka, mainan puzzle, dll. Sebenarnya, saya termasuk ibu yang jarang sekali membelikan anak mainan. Anak-anak terbisa memainkan apa saja barang yang ada di rumah.

Misalnya neh, Dema itu suka banget berimajinasi main masak-masakan pakai buku dan pensil. Jadi, buku suka diibaratkan sebagai wajan penggorengan, sedangkan pensil itu sutilnya.

Makan sendiri

Dema sudah terbiasa saya pegangin makanan sendiri sejak kecil, jadi saat ini sudah terbiasa makan sendiri. Menurut saya, stimulasi makan sendiri ini bisa melatih koordinasi tangan, mulut, mata, plus kemandirian anak. Namun, memang kadang godaannya adalah saat makannya berantakan dan lama hehe. Yaaa, gimana lagi, satu-satunya jalan adalah keep calm, demi perkembangan motorik anak yang optimal.

Dema sudah makan sendiri sejak belajar makan (masa MPASI).

BTW, ngobrolin soal makan sendiri, Dema tuh suka sekali ngemil. Salah satu camilan favoritnya adalah Monde Boromon Cookies (Boromon). Kemasannya seperti ini lho:

Monde Boromon Cookies. 

Boromon ini cookies yang direkomendasikan untuk anak usia 1-5 tahun. Saya memberikan Boromon ini kepada Dema sebagai camilannya, bukan tanpa alasan ya teman-teman. Ada beberapa faktor yang membuat saya memberikan Boromon kepada Dema, yakni:

Bebas gluten

Sesekali ada baiknya anak diberi makanan bebas gluten. Sebagai penyeimbang makanan lain yang mungkin sudah banyak mengandung tepung-tepungan yang mengandung gluten.

Terbuat dari tepung kentang

Teksturnya lebih lembut dan sangat mudah dicerna oleh sistem pencernaan anak.

Ada kandungan madu

Madu merupakan pemanis alami yang lebih aman untuk anak-anak.

Kemasan Monde Boromon Cookies.
Juga ada kandungan minyak ikan (DHA)

Sebagai nutrisi yang bagus untuk kecerdasan otak anak

Bentuknya kecil-kecil

Anak bisa berlatih memegang makanan yang bentuknya kecil-kecil seperti Boromon dan berhati-hati memakannya supaya enggak tersedak. Dengan demikian anak belajar megeksplorasi kemampuan makannya.

Cookies ini mudah meleleh kena air liur.
Mudah meleleh kena air liur

Namunm jangan khawatir teman-teman, Boromon ini mudah meleleh saat terkena air liur, sehingga mencegah anak tersedak, Karena begitu masuk mulut, cookies ini akan langsung meleleh.

Rasanya enak

Tentu saja camilan ini rasanya enak dan Dema suka 😀 .

Intiny adalah dari makan makanan/ camilan kesukaan, anak pun bisa banyak belajar 🙂 .

Untuk para moms yang galau…

Well, itulah pengalaman saya ya teman-teman, khususnya para moms. Jadi, kalau misalnya anaknya dirasa mengalami beberapa keterlambatan motorik dari anak-anak lainnya, hal yang mesti dilakukan adalah:

  • Cek tabel milestones. Kalau masih sesuai ya udah, jangan panik. Tiap anak unik dan janghan dibandingkan.
  • Apabila ada ketidaksesuaian dengan tabel milestones, maka sebaiknya konsultasi ke dokter anak atau Klinik Tumbuh Kembang.
  • Konsentrasi ketika menstimulasi anak.
  • Kalau ada orang yang membandingkan anaknya dengan anak kita, ya senyumin aja. Pegangan kita adalah tabel milestones dan apa kata dokter anak, bukan apa kata orang awam. Mungkin Si Ibu yang membandingkan anaknya dengan anak kita itu yang sebenarnya enggak pede akan kemampuan anaknya 😀 .
  • Tetap optimis, bahwa anak kita pasti bisa melalui tahapan-tahapan perkembangannya dengan baik.
  • Berdoa kepada Tuhan semoga anak-anak kita senantiasa diberi kesehatan 🙂 .
Dema sekarang larinya kenceng, siapa sangka dulu jalan aja susah.

Bagiamana moms, semoga udah enggak galau lagi yaaa… Semoga pengalaman yang saya sharing, beserta saran dan rekomendasi ini bermanfaat 🙂 . Terima kasih sudah membaca.

April Hamsa