Wkwkwk, sama sekali enggak menyangka kalau tahun 2020 yang meh kemarin akan diakhiri dengan kejadian saya hampir kena penipuan. Iyes, penipuan, dan begonya kok ya saya sempet nurut, astagaaa. Lucunya, kejadiannya persis setelah saya namatin nonton Drama Jepang yang berjudul Scams, wkwkwk. Sesuai judulnya, “Scams” ini bercerita tentang penipuan-penipuan gitu, dengan media telepon seluler sekali pakai.

Yawdalah, ambil hikmahnya aja. Kalau bukan karena penipuan yang saya alami tadi siang, kayaknya tulisan ini enggak akan pernah ada ,yekaaan?

Sekalian bonus saya mau kasi review ala-ala soal drama Jepang “Scams” yaaa. Ntar, tapinyaaa, terakhir-terakhir 😀 .

Penipuan yang (hampir) saya alami

Ceritanya, terjadi kemarin siang. Waktu itu saya sedang blogwalking (BW) ke beberapa blog sambil nemenin anak saya Dema memggambar. Lalu, tiba-tiba pada pukul 12.39 WIB saya menerima message di WA dari nomor asing.

Si penipu: “Assalamualaikum… Pril”

Saya intip donk siapa yang nge-WA, saya lihat fotonya dan lihat nama profilnya “Oh Priyo,” batin saya. FYI, Priyo ini teman blogger juga, pemilik blog anotherorion.com. Kebetulan saya dan Priyo udah kenal lama sejak zaman ngeblog di Multiply yang udah matek itu. Hingga sekarang, kami masih sering terhubung via WAG dan medsos.

Hati-hati makin banyak penipuan di masa pandemi. Sumber gambar: Pixabay.

Nah, pas di-WA Priyo, saya tuh sempet mikir kok tumben sih Priyo japri. Biasanya kan langsung mention dan tembak langsung di WAG Blogger Kekinian (BK) yang kami ikuti bareng-bareng?

Eh, tapi ya satu dua kali kami pernah japrian juga sih, untuk nanya-nanya apa gitu. Biasanya soal topik yang no mention nama di grup 😀 😛 . Cuma, kalau teleponan sama Priyo hampir enggak pernah. Paling banter berbalas komentar aja sih di FB kalau sama Priyo.

PP dan namanya memang Priyo, tapi bukan Priyo. Sepertinya nyomot dari FB.

Yawda, akhirnya saya tanggepin. Salahnya saya waktu itu, saya belum save nomor Priyo, modal percaya aja sama profil di WA-nya, huhuhu. Saya berpikiran positif juga, “Oh mungkin ini nomor lain Priyo.” Kan kadang ada yang suka gitu? Punya nomor handphone lebih dari satu.

Saya: “Waalaikumsalam ya pak?”

Penipu: “Priyo.”

Saya: “Iyo wes eruh opoo?”

Penipu: “Repot tah?”

Saya: “Lagi bewe knp?”

Penipu: “Ono job sampingan iki.”

Itu beberapa message yang dihapus adalah gambar-gambar elektronik yang dikirim penipu ke saya.

Melihat kalimat “job sampingan”, sebagai blogger matre langsung ngiler dooonk, wkwkwk.

Eh, pas itu ndilalah keselak anak saya yang satunya, Maxy, nanyain sesuatu gitu, sehingga saya enggak lihat handphone lagi.

Tak lama kemudian ada masuk WA call dari nomor Priyo-Priyo gadungan itu. Saya jawab donk, trus dia minta saya cek WA. Saya cek WA, ternyata dia mengirimi saya beberapa perangkat elektronik, seperti laptop, handphone, kamera, dll. Sayang enggak sempat screenshoot (SS) gambar-gambar itu, karena setelah tahu saya menyadari kalau dia penipu, gambarnya dia delete semua tuh. Cuma saya kan sempat SS profilnya buat kroscek ke Priyo asli. Beberapa barang itu juga sempat ke-SS, kayak gini barang-barangnya:


Kalau ada toko online mencatut gambar-gambar persis gini, waspada aja yaaa.

Melihat gambar-gambar gadget elektronik kayak gitu kan sebagai blogger pikiran saya langsung lari ke review produk dooonk, makanya saya nanya berentet begini, wkwkwk:

Gw enggak bakat nyales kamfreeett.

Namun, ternyataaa, dia enggak minta saya nulis gaeeess, melainkan jualan barang gitu heuheu.

Trus, karena saya enggak mudeng maksudnya apaan, dia menawari buat telepon lagi. Okey deh. Sempat terkendala sinyal putus-putus gitu, cuma akhirnya saya dong, “Si Priyo” ini ingin saya pura-pura jadi pemilik barang elektronik itu.

Ceritanya dia tuh punya bisnis sampingan jualan barang-barang elektronik tadi, trus kepengen menaikkan harga barangnya ke pelanggan. Namun, dia ngrasa enggak enak kalau tiba-tba naikin harga. Trus, dia terpaksa bilang ke pelanggannya itu kalau barang jualannya dah abis dan dia rekomen nama saya sebagai pemilik barang-barang yang sama, cuma harga di saya lebih mahal. Katanya nanti Si Asiong yang butuh sekali barangnya pasti bakalan mau beli. Kalau berhasil deal, keuntungannya bakal dibagi dua ma saya, wkwkwkk 😛 .

Saya udah bilang malas gitu kalau jualan, karena saya emang ngrasa enggak ada bakat buat menjual sesuatu. Apalagi barang elektronik kan? Saya buta. Sampai saya sebutkan nama beberapa teman lain gitu, hubungi mereka aja lha, kalau mau ngejual barang-barang. Eh, “Si Priyo” ini mrepet terus enggak kasi saya kesempatan ngomong. Sampai dia nyebut: “Aku udah kasi nomermu ke Asiong.” FYI, Asiong ini ceritanya nama pelanggannya dia tadi.

Pokoknya kalau ada teman tiba-tiba minta bantuan yang berhubungan dengan transaksi jual beli dengan dana besar, dahlah enggak usah dipercaya.

Tepat setelah telepon Priyo ditutup, saya menerma telepon asing lagi. Saya males kan, maka saya rejected. Eh, nomor ini telepon lagi, sembariSi Priyo” minta tolong banget gitu buat angkat telepon dari Si Asiong. Saya bilang ke Priyo saya tuh enggak pernah menerima telepon dari orang asing. Lagipula saya lebih suka menulis (chatting) ketimbang ngomong. Tapi, trus “Priyo” maksa-maksa. Gobloknya saya percaya aja hiks hiks.

Yoweslah aku ngewangi Priyo,” pikir saya. Beneran niatnya gitu.

Jadi, “Priyo” minta saya untuk melepas barang-barang tadi sebesar Rp. 3,5 juta. Katanya, nanti Si Asiong bakalan nawar, tapi jangan dikasi. Trus, kalau deal, dapat 3,5 juta dari Asiong, keuntungannya mau dibagi dua sama saya gitu. Sampai sini herannya saya nurut-nurut aja 😛 .

Akhirnya, saya angkat telepon dari Asiong, trus jadilah saya deal-dealan sama seorang laki-laki berlogat Cina di seberang sana itu. Dia nawar-nawar tuh barang-barang, sambil saya chat (pakai laptop) sama “Priyo” tentang gimana-gimana. Hingga akhirnya sama Si Asiong-Asiong ini deal 3,5 juta, seperti harapan “Priyo”.

Coba kalau transaksinya paling banter sejuta dua juta, mungkin saya masih percaya, kalau kegedean ra masok Bang Jago, #eh wkwkwk,

Saya mulai keder saat Asiong bilang, “Okelah Bu April deal ya tiga setengah, nanti saya ambil deh lima puluh-lima puluh, laptop sama iphone. Yang laptopnya campur ya warnanya/ Nanti pembayaran seperti biasa ya? Empat puluh persen di muka, sisanya enam puluh persen belakangan.” (Kurang lebih gitu deh).

Otak saya langsung otomatis ngitung kaaan: “Oh tiga setengah juta kali seratus, piroooo kuwiii? Trus ntar transfer ke mana?”

Saya diam sejenak, eh, agak lama tuh, sementara Asiong manggil-manggil saya, “Hallo Bu April, gimana? Hallo Bu April? Bu April?”

Saya diem aja, masih kepikiran perkalian tadi. Saya cuekin aja tu Asiong beberapa lama, semenit dua menit keknya ada.

Sampai akhirnya saya siap jawab, trus saya okein Si Asiong ini. Asiong pun menutup teleponnya.

Tepat setelah Asiong menutup teleponnya, Priyo gadungan menelepon saya via handphone. Saya kan masih mikirin duit jutaan tadi ya? Jadi, saya malas nerima telepon dari “Priyo” lagi. Eh, dia ngotot telepon-telepon saya terus. Kan saya enggak nyaman ya? Priyo yang saya kenal keknya enggak maksa-maksa gitu, deeehh.

Kemudian saya cek WAG BK, nyari nama Priyo. Trus akhirnya ngeh, nyadar, kalau nomor itu bukan nomor Priyo yang di WAG BK. Saya putuskan call nomor Priyo yang tercantum di WAG BK.

Begitu Priyo bilang “Hello” saya langsung menyadari perbedaan suaranya. Logatnya sih sama-sama Jowo medhok, cuma Priyo yang asli ini lebih kek suara orang Jawa keluwen gitu. Gimana siiih? Yaaa lebih halus gitu deh. Berbeda sama yang gadungan tadi, medhok Jowo juga tapi kayak lebih ngegas gitu.

Ini pas konfirmasi ke Priyo yang asli, huhu.

Saya langsung todong Priyo, “Awakmu mau telepon aku enggak?”

Priyo yang asli bilang enggak. Hyaaahh, fix deh, penipu yang tadi.

Sementara saya telepon Priyo asli via WA call plus kirim SS-an profil WA penipu tadi, Priyo gadungan masih telepon-telepon saya terus ke nomor handphone. Saya reject-reject aja.

Endingnya dengan esmosi saya kata-katain dia sederajat sama anjing huhuhu.

Saya block nomor Priyo gadungan. Namun, gobloknya lagi saya masih sok baik sama Asiong. Saya WA Asiong ngabarin yang intinya bahwa Priyo tadi bukan teman saya. Tak puas nge-WA, saya call Asiong bilang hal yang sama. Tapi kayaknya pas angkat telepon saya logatnya kok enggak medhok Cina lagi, hayyaaahh. Di situ saya curiga Asiong komplotannya juga.

Trus, saya cek WA-nya, yang tadinya ada PP-nya tiga orang (1 cowok dan 2 cewek Cina berlatar belakang biru, yang sayangnya enggak sempat ke-SS) udah ilang. Berarti kayaknya saya di-block sama dia enggak seeehh? Jadi, saya simpulkan Asiong ini ya komplotannya Priyo, bukan pembeli beneran.

Lugunya saya memperingatkan Asiong yang komplotan penipu juga wkwkwk.

Apalagi, Asiong ini tadi bolak balik bilang udah sering beli di Priyo. Berarti kan buat Asiong nama Priyo ini seharusnya nyata. Cuma kan Priyo asli enggak jualan elektronik? Jadi, kemungkinan Si Asiong ini juga anjing, sama kayak Priyo gadungan tadi.

Duh, saya bingung juga arah penipuan ini ke mana. Cuma kok saya nebaknya, nanti dramanya ada Asiong ketipu dan minta ganti rugi ke saya atau minta bayarin pajak peralatan elektronik tadi atau gimana, entahlah.

Begituuuu, teman-teman, ceritanya, huhuhu.

Saya menuliskan soal penipuan ini dengan harapan enggak ada lagi masyarakat di luar sana yang tertipu.

Moral of the story:

Yaaa, intinya kita harus lebh waspada yaaa teman-teman. Masa pandemi, banyak orang di-PHK, makin banyak orang terjerumus cari uang dengan jalan haram. Salah satunya ya tipu-tipu kayak yang saya ceritakan di atas itu.

Yang bisa dipelajari dari cerita saya adalah, kalau misalnya tiba-tba ada temanmu yang telepon atau WA dengan nomor handphone yang beda dengan biasanya, kemudian minta bantuan yang berhubungan dengan duit, jangan langsung percaya. Kroscek dulu yaaa.

Biasanya tuh ciri-ciri penipu adalah dia getol telepon kita. Ngomongnya mrepeeett teroooss, seperti tante-tante yang lagi ngomelin bojone. Kita enggak dikasi kesempatan buat ngomong, apalagi menyanggah. Dia akan paksakan terus kehendaknya ke kita. Ini persis kayak di drama Jepang Scams yang baru saya khatamin ituuu.

Satu lagi, saya kayaknya waktu itu masih beruntung karena saya kan lagi sibuk BW, chattingan di WA web sama beberapa teman, nemenin anak gambar juga ya, sehingga perhatian saya terpecah. Saya enggak bisa membayangkan kalau saya ngeblank trus digendam via telepon gitu, kan sereeeemm. Eh, lagian mau nipu saya kayak gimana sih, wong rekening aja nipis, abis buat bayar anak sekolah. Belum lagi beberapa kerjaan ngeblog tak kunjung dibayar (curcoooll teroooss 😛 ).

Yawes pokoke gitu yaaa. Sekarang mau cerita soal drama Jepang Scams. Buat yang mau lanjut baca monggo, enggak yowes, aku ra po po, ndang tutupen browsermu 😛 .

Hanya saja, saya mau kasi tahu kalau drama ini tuh seolah membawa kita ke dunianya para penipu via pangglan telepon kayak yang saya alami itu.

Tentang drama Jepang Scams

Scams, seperti judulnya, merupakan drama yang menceritakan tentang penipuan. Hanya saja, kalau teman-teman berharap tokoh utamanya adalah orang baik-baik, oh, anda salah. Di drama Jepang satu ini, justru tokoh utamanya adalah seorang penjahat, tukang tipu.

Ceritanya ada seorang pemuda, namanya Seijitsu Kusano (Kusano). Kusano ini ganteng, dari keluarga baik-baik, pintar juga dan berhasil jadi lulusan universitas terbaik, setelah lulus langsung kerja kantoran, dll, perfect lha pokoke. Sayangnya, pada suatu hari perusahaan tempat dia bekerja bangkrut dan Kusano di-PHK. Tepat setelah dia enam bulan bekerja di perusahaan itu.

Cobaan Kusano tak berhenti sampai di sana, ayahnya tiba-tiba divonis sakit kanker dan butuh biaya pengobatan yang enggak sedikit. Oh iya, ditambah lagi Kusano ternyata punya utang student loan (ini kayaknya utang buat membiayai kuliah gitu kali ya, kalau di Jepang?) yang kudu segera dibayar.

Yeeess, bisa ditebak, “enggak punya duit” adalah alasan “bagus” untuk seseorang berubah. Berawal dari iseng-iseng ikut temannya melakukan penipuan dengan menarik uang dari rekening orang-orang tua (usia pensiun), eh, lama-kelamaan Kusano ini keblusuk jadi penipu beneran.

Penipuan dilakukan lewat telepon seluler sekali pakai dan memang itu ada komplotannya gitu. Ntar duitnya disetor ke geng-geng semacam Yakuza.

Drama Jepang Scams ini bisa ditonton di Netflix (bukan endorse 😛 ). Sumber gambar: Asianwiki.com.

Targetnya tetap orang sepuh soalnya saat ini orang “paling makmur” di Jepang adalah para lansia. Mereka ini sudah enggak bekerja, namun hidupnya dijamin negara. Duitnya dari mana? Ya dari pajak yang dihasilkan oleh orang-orang produktif seangakatan kita (KITA). Oh iya, BTW, drama ini tayang 2019 lalu ya.

Itulah sebabnya masalah krusial di Jepang tuh kalau orang-orang usia produktif enggak mau menikah dan tak mau punya anak. Nanti bingung karena kalau angkatan ini menua, bisa jadi di masa depan enggak ada pekerja produktf yang membiayai. Ini akan jadi masalah banget di sana. Beda banget kan ya dengan negara kita yang kelebihan kuota penduduk? Hahaha. Walah, melenceng jauh nih obrolannya, wkwkwk.

Lanjooott, di drama Scams in nanti kita akan ditunjukkan bagaimana cara kerja para penipu ini. Pertama, mereka selalu pakai telepon seluler sekali pakai. Kalau udah pernah dipakai nanti akan dihancurkan.

Mereka akan menelepon para lansia, ada yang pura-pura anaknya kecelakaan, anaknya menyelingkuhi istri teman kantornya, anaknya merusak dokumen perusahaan, dll. Saat menelepon biasanya mereka akan bicara mrepeeett terus gitu. Kalau si lansia minta bicara sama anaknya, nanti ada yang pura-pura jadi anaknya tetapi enggak boleh berbicara lama-lama.

Kemudian, kalau ada yang berhasil tertipu, mereka enggak akan minta uangnya ditransfer via ATM, melainkan ada yang akan mengambil. Tukang ambil uangnya juga enggak cuma satu, namun bisa berapa tangan gitu. Pokoknya terorganisir gitu, deh.

Hasilnya, Kusano uangnya beneran jadi banyak. Dia berhasil membiayai pengobatan ayahnya dan melunasi utangnya di bank.

Oh iya, setiap uang yang dihasilkan oleh Kusano enggak boleh disimpan di bank, jadi harus disimpan di rumah atau tempat rahasia lainnya. Soalnya kalau disimpan di bank pasti akan ketahuan.

Oh ya, jangan lupa lindungi data pribadi kita dan keluarga. Sumber: Pixabay.

Eh, ndilalah, suatu hari ibu Kusano menemukan uang itu plus kenyataan kalau Kusano tuh penipu. Awalnya, ibunya sempat kecewa, namun akan ada peristiwa di mana ibunya ini malah jadi kaki tangan Kusano. Soalnya waktu itu Kusano bilang akan berhenti kalau sudah mencapai target tertentu. Akhirnya, ibunya membantu anaknya, supaya cepet mencapai target dengan harapan anaknya juga segera berhenti dari pekerjaan haram itu.

Namun, ternyata masalahnya nambah terus. Ada teman-teman Kusano yang berkhianat, ada perampokan di rumah majikan ibu Kusano (perawat rumahan) trus ibunya disiksa penjahat, dll.

Singkat cerita, komplotan Kusano ini nanti terbongkar dan polisi mengejar mereka gitu deh. Kusano juga akhirnya dipenjara, walau akhirnya dibebaskan karena tuntutannya dicabut.

Begitu deh singkatnya jalan cerita drama Scams ini hehe.

Pas nonton drama ini tuh jadi jengkel gitu sama Kusano, yang awalnya terpaksa menipu orang eh dia jadi keenakan. Soalnya apa? Soalnya dapat banyak duit dengan gampang. Yaaa, begitulah teman-teman, orang tuh bisa berubah kalau berurusan dengan uang. Mereka yang tak punya uang bsa menghalalkan segala cara kalau enggak punya iman yang kuat.

Waspada dan empati, kunci terhindar dari kejahatan di masa pandemi. Sumber: Pixabay.

Hmmm, kayaknya relate banget enggak sih sama kehidupan kita sekarang di musim pandemi ini. Banyak orang kehilangan pekerjaan, di-PHK, bisnisnya gulung tikar, dll.

Itulah sebabnya, empati di masa sekarang sangat dibutuhkan #ntms.

Buat kita yang masih diberi kemudahan rezeki, jangan lupa berbagi dengan yang lain. Trus, kalau bisa kurang-kurangin pamer hal-hal wah di sosmed. Tujuannya untuk menjaga hati mereka yang sedang kesusahan. Yaaa, walau memang sosmed tempatnya pamer, namun usahakan berbagi kegembiraan pun yang wajar-wajar aja, enggak usah berlebihan #ntmslagi.

Begituuu, teman-teman. Eh, ini bukan review drama Scams ya, cuma cerita aja hehe.

Yawda, begitu aja sih cerita pengalaman saya yang baru aja keblusuk (hampir) kena penipuan plus sedikit cerita tentang drama Scams. Jangan lupa untuk selalu waspada, karena banyak orang nekat di masa susah sekarang ini. Plus, jangan lupa beri dukungan dan empati untuk orang-orang yang kesusahan, khususnya mereka yang terdekat dengan kita. Semoga Tuhan melindungi kita semua. Aamiin.

1 Januari 2021

April Hamsa