Blogger, tak bisa dipungkiri lagi, adalah salah satu penguasa dunia maya. Di Indonesia, Blogger pun mulai disadari keberadaannya, utamanya oleh pengusaha/ pebisnis yang memiliki brand. Di tengah tingginya biaya iklan yang seringkali tak sebanding dengan keuntungan yang diraup, memang Blogger melalui blognya adalah salah satu pilihan terbaik. Blogger di Indonesia tidak kalah dengan Blogger luar negeri dalam mempromosikan brand. Meskipun, belum semua pemilik brand di Indonesia menyadarinya. Namun, sebenarnya kehadiran Blogger adalah angin segar untuk pengusaha.

Baca juga: Pentingnya Personal Branding Bagi Blogger

Mengusung isu tersebut, Blogger Crony bekerjasama dengan Forum Liputan 6 kembali mengadakan workshop untuk Blogger. Kali ini temanya adalah “How to Attract Brands with Your Words”. Workshop yang juga sekaligus acara community meet up Forum Liputan 6 ini berlangsung di SCTV Tower Senayan City pada Sabtu 30 April kemarin. Fasilitator atau pemateri workshop adalah Digital Marketing Expert & Marketing Head QLUE, Martua Johanes Edward (MJ Edward).

Martua Johanes Edward menyampaikan materi di workshop.

Dalam kesempatan ini, MJ Edward menjelaskan bagaimana supaya Blogger bisa membuat pemilik brand percaya bahwa mereka bisa membantu mempromosikan brand kepada masyarakat. Ketika memulai materi, MJ Edward pertama-tama melemparkan pertanyaan: “What’s in your mind?” Menurut MJ Edward, di era digital seperti sekarang ini, teknologi sangat mempermudah. Semua orang bisa mencari apa yang dibutuhkannya. Berbeda dengan dahulu, seseorang jika ingin mencari suatu informasi, maka dia sudah tahu tempat yang dituju untuk bertanya. Namun, sekarang, jika seseorang ingin mengetahui tentang sesuatu, saat mencari dia akan melihat beberapa pilihan. Dari beberapa pilihan itu, orang bebas menentukan mau memilih yang mana, sesuai kebutuhannya. Tinggal ketik yang dicari di mesin pencari, maka apa yang dibutuhkan mudah didapat.

Lalu bagaimana Blogger mengisi bagian tersebut? Basic Thinking-nya, suatu pencarian informasi terbagi menjadi lima bagian: attention, interest, search, action, dan share. Penjelasan masing-masing basic thinking adalah sebagai berikut:

  • Attention: bagaimana supaya ada 1000 orang mengalihkan pandangan ke kita?

  • Interest: bagaimana supaya dari 1000 orang itu ada satu orang yang ingin tahu, karena kebutuhannya (needs)?

  • Search: satu orang ini akan mencari tahu.

  • Action: lalu satu orang ini akan datang setelah mencari tahu.

  • Share: setelah mengetahui kemudian satu orang ini akan share/ membagikan pengetahuannya itu.

Nah, berangkat dari basic thinking tersebut, setidaknya dapat dibagi menjadi tiga hal:

  • Apa yang kita (Blogger) miliki untuk dimaksimalkan.

  • Apa yang sebenarnya dinginkan oleh brand. Tiap brand biasanya memiliki key message sendiri-sendiri, ada poin-poin yang ingin mereka sebar.

  • Bagaimana caranya supaya supaya materi yang dimiliki oleh Blogger bisa ter-amplify/ berkolaborasi dengan brand, sehingga bisa di-share ke orang lain.

Selanjutnya MJ Edward mempertanyakan soal, “What do you have?” Sebagai Blogger, apa yang ingin orang lihat dari diri kita. Ini masuk dalam aktualisasi diri. Maka, tulis karakteristik kita dalam blog. Jika dikaitkan dengan menulis product review di blog, maka usahakan menulis yang berbeda dari yang ditulis oleh orang lain. Brand biasanya memang mengharapkan Blogger mereview tentang hal yang berbeda. Caranya bagaimana? Yakni usahakan untuk melihat dari sudut pandang lain yang berbeda.

Sebenarnya bagaimana sih pemilik brand melihat posisi Blogger? Apakah mereka benar-benar membutuhkan Blogger sebagai penulis untuk promosi brand?

A brand is set of expectations, memories, stories, and relationship that, taken together, account for a consumer’s decision to choose one service over another.” (Seth Godin)

Sesuai penjelasan Seth Godin tentang apa itu brand, maka brand memang butuh media promosi untuk membuat orang membeli produknya. Blogger melalui blognya adalah salah satu yang dibutuhkan oleh brand di masa sekarang. Aspek dari brand sendiri antara lain loyalty, awareness, perception, identity, dan value. Menurut MJ Edward, peran Blogger ada di tengah, antara brand dengan konsumen/ masyarakat/ end user. Jika dikembalikan ke basic thinking yang dijelaskan di awal tadi, maka peran Blogger adalah di “search”. Blogger dipandang pemilik brand sangat membantu end user untuk memilih dan memakai suatu brand (branding).

MJ Edward kemudian menjelaskan perbedaan antara marketing, advertising, dan branding. Perbedaannya terlihat dari tampilan gambar berikut:

Penjelasannya sebagai berikut:

  • Marketing: bagian dari fungsi organisasi/ perusahaan untuk mengatakan bahwa mereka punya produk yang bagus.

  • Advertising: bagian dari promosi perusahaan, biasanya membayar media, untuk mempromosikan produk mereka. Keunggulan produk ini disampaikan berulang-ulang.

  • Branding: terbentuk dari keseharian, ketika orang-orang sudah mengerti/ memahami tentang keunggulan produk tersebut.

Konsep ini dari Mary Neumeier, penulis Buku Zag: The Number One Strategy of High-Performance Brands.

Your brand is what other people say about you when you’re not in the room.” Jeff Bezos, Founder of Amazon.

Pemilik brand berharap orang-orang bisa membicarakan produknya dari hasil branding ini. Ada beberapa cara untuk branding yang biasa dilakukan Blogger, yakni menjadi:

  • Key opinion leader: biasanya mewakili brand untuk menyampaikan key message dalam jangka waktu lama (in long term).

  • Buzzer: untuk meramaikan suatu topik tertentu.

  • Blogger: sudah punya kata-kata sendiri untuk mempromosikan brand untuk dikolaborasikan dengan pemilik brand.

Lalu, bagaimana supaya tulisan Blogger dapat membuat brand dikenal? Menurut MJ Edward syaratnya antara lain:

  • Curious: bagaimana caranya supaya artikel bisa membuat orang lain tau tentang brand.

  • Clear: harus ada informasi, ada hastag, dll.

  • Easy: mudah ditemukan, mudah masuk/ diakses, mudah dicerna oleh pembaca.

Ada sembilan macam hal yang perlu dilakukan untuk membuat konten yang bagus (9 ingredients to make a great content) yakni:

  1. Create original content: membuat tulisan asli, bukan plagiat dari tulisan orang lain.
  2. Always fokus on creating strong headlines.
  • 80% of people will read your headlines.
  • But only 20% of these will read the rest of your content.
  1. Make your content actionable: kolaborasikan/ selaraskan dengan keinginan brand.
  2. Be able to provide answers: saat sudah membuat orang penasaran, harus bisa menjawab apa yang sudah dilempar ke pembaca.
  3. Be accurate in your reporting and sourcing of information.
  4. Create engaging and thought provoking content: sebisa mungkin gunakan panca indera supaya bisa menghasilkan sudut pandang lain. Misalkan saat mereview produk ponsel. Brand biasanya suka jika ada yang menulis dari sudut pandang berbeda, dikaitkan dengan menggunakan panca indera. Misalkan, saat dipegang, ponselnya ringan dll.
  5. Communicate better by adding image and video.
  6. Write short and pointed content: tidak basa-basi, kalau bagus katakan bagus.
  7. Make continual updates to your website or blog. Sudah jelas maksudnya, usahakan selalu update!

Khusus penjelasan poin ketiga, “action” yang dimaksud di sini, menurut MJ Edward, tidak harus hard selling. Brand sendiri menyukai tulisan yang bersifat soft seliing. Seandainya ada ketidaksesuaian dengan yang diharapkan oleh Blogger, misalnya, ternyata produknya ada kekurangan, maka sebaiknya disampaikan secara langsung kepada brand.

Selanjutnya, dalam kesempatan ini, MJ Edward juga mengajak peserta untuk menonton video Grey Vaynerchuk yang berjudul “Stop Storytelling Like It’s 2007”. Grey Vaynerchuk adalah founder dari VaynerMedia dan author di New York Times dan Wall Street Journal.

Dengan kemampuan Bahasa Inggris saya yang pas-pas’an, mungkin Anda yang membaca blog ini akan lebih mudah menonton video-nya sendiri. Tapi, secara umum, video tersebut berisi tentang pendapat Grey Vaynerchuk mengenai cara kita menuliskan/ menceritakan suatu informasi. Sebaiknya jangan memakai cara-cara yang dipakai di era 2007-an, sebab sekarang adalah tahun 2014 (tahun ketika dia memberikan seminar di video tersebut). Menurut Grey the best digital storytellers adalah yang menggunakan media sosial untuk mendapatkan perhatian audiences. Hendaknya memanfaatkan semua platform yang ada. Berikan segala informasi yang ada tanpa pelit di sana. Pada akhirnya nanti orang akan tertarik dan memberi kita keuntungan/ membeli sesuatu yang kita jual/ informasikan tadi. CMIIW hehe 😀 .

MJ Edward kemudian menjelaskan bagaimana cara men-deliver konten ke pembaca. MJ Edward menggambarkannya sebagai berikut:

Blogger bisa membuat konten, membuat koneksi dengan brand kemudian mengkomunikasikannya sesuai kemauan brand, membuat konten berkolaborasi dengan tujuan brand, kemudian men-share kepada audiences. Semua itu bisa dilakukan melalui media sosial.

Berbicara tentang media sosial, berikut adalah media sosial yang banyak digunakan saat ini:

Hal paling penting adalah Blogger mencari tahu spesifiksi masing-masing media sosial, sehingga bisa dimaksimalkan. Misalkan Facebook (FB) engagement yang didapat biasanya lebih tinggi, informasi juga lebih banyak bisa didapat. Kalau Instagram biasanya buat sharing foto. Kemudian yang paling sering dipakai juga Twitter dan Path. Lalu, yang akhir-akhir ini sedang ngetrend adalah Snapchat dan Periscope. Apabila memiliki satu konten, usahakan untuk kalimatnya beda-beda di masing-masing media sosial. Paling penting diingat lagi, pesan MJ Edward, bahwa semua yang kita share ke media sosial/ dunia maya akan selalu ke-track sampai kapanpun.

Setelah menjelaskan tentang media sosial, workshop dilanjutkan dengan tanya jawab antara peserta dengan MJ Edward. Ada empat pertanyaan yang berhasil saya rangkum, antara lain:

Q: Peran Blogger dengan semua media sosial-nya sebenarnya sepenting apa, sih?

A: Hal itu tergantung seberapa kuat konten yang ditulis. Blogger juga harus bisa meyakinkan brand bahwa konten yang ditulisnya berbeda dengan yang lain dan supaya pesannya dapat sampai ke orang/ tempat yang tepat.

Q: Bagaimana dengan masih banyaknya brand yang membayar murah Blogger?

A: Hal tersebut sebenarnya tergantung tingkat maturity brand. Biasanya brand yang tingkat maturity-nya sudah tinggi akan membuat kedekatan dengan Blogger, misalnya dengan membangun jejaring dan komunitas. Biasanya brand juga sudah paham pentingnya Blogger buat branding produk mereka. Sedangkan, yang masih mengecilkan nilai Blogger, biasanya karena belum memiliki experience sehubungan dengan kepentingannya sama Blogger.

Q: Bagaimana cara meyakinkan brand, bahwa Blogger berbeda dengan media?

A: Blogger harus bisa menarik brand. Salah satunya mengeluarkan effort yang lebih untuk membuat impression/ kesan bagi brand.Usaha yang dilakukan misalnya mencoba dulu produknya. Yakinkan brand bahwa Blogger adalah third party endorser.

Q: Seandainya ada kelemahan produk milik brand apakah perlu kita masukkan ke dalam konten?

A: Sebaiknya kelemahan/ kekurangan itu disampaikan secara langsung. Biasanya brand justru akan merespon dengan baik. Meski begitu, kadang kita nggak bisa memaksa untuk didengar. Biasanya jika tidak ada respon, maka brand tidak melihatnya sebagai suatu masalah yang besar.

Workshop-nya padat dan menarik, bukan? Sebenarnya masih banyak yang ingin ditanyakan oleh peserta, terutama menyangkut pelengkap konten seperti infografis dan Vlog, dan tentu saja Rate. Namun, menurut panitia workshop itu bisa jadi satu sesi, bahkan lebih, nanti. Hehehe. Semoga saja segera terlaksana workshop dan community meet up lagi yang mengangkat tema-tema itu.

Saya berpose dengan pemateri.

Peserta dan panitia workshop berfoto bersama di akhir acara.

Bogor, 6 Mei 2016

Aprillia Ekasari

Categorized in: