Ahahaha, iyeee, kejadiannya (hallah “kejadiannya”) udah sejak awal Ramadan kemarin, namun baru sempet nulis, gimana donk? 😛 Buat kenang-kenangan aja lha ya, nulis di blog ini mengenai pengalaman membawa anak periksa gigi di RS Hermina Bogor saat Ramadan dan pandemi yang masih gaje di tahun ini.

Sebenarnya, ini tulisan kedua tentang periksa gigi ke RS Hermina Bogor, sebelumnya udah pernah menulis pengalaman yang sama di sini (klik aja). Namun, waktu itu kan kondisinya masih normal ya? Belum ada pandemi.

Nah, sejak pandemi, terus terang kami tuh khawatir gitu kalau mau bawa anak periksa gigi ke rumah sakit. Waktu itu, bahkan pas gigi anak kedua saya Dema bolong, kami putuskan tambal aja ke klinik gigi OMDC Pajajaran Bogor. Soalnya, waktu itu, saya mikirnya kalau di klinik gigi kan udah pasti yang periksa cuma orang yang sakit gigi, sedangkan di rumah sakit penyakitnya bisa macem-macem.

Maxy saat periksa gigi di RS Hermina Bogor saat bulan puasa kemarin.

Namuuunn, kali ini yang bermasalah giginya adalah anak pertama saya Maxy. Nah, karena riwayat penyakit gigi Maxy tuh selama ini ada di RS Hermina, akhirnya bismillah kami beranikan diri ke sana. Tentu aja, waktu itu nunggu timing saat data Covid-19 menunjukkan penurunan. Eh, kok ya pas hari pertama puasa hehe.

Sehari sebelumnya, kami sudah mendaftar melalui nomor customer service RS Hermina 1500488. Trus, bikin janji temu dengan drg. Noor Finda Finari SpKGA, dokter gigi anak di RS Hermina Bogor yang terakhir kali menangani kasus Maxy. Usai daftar, kami dapat nomor antrean 4 dan diminta datang jam 5 sore di hari yang disepakati.

Saat hari H, kami berangkat dari rumah pukul 4 sore lebih. Pas nyampek Hermina agak kaget sama beberapa perubahan. Maklum, udah setahunan enggak pernah ke sana kan?

Jadi, setelah cuci tangan di wastafel dan ditembak dengan thermogun yang disediakan rumah sakit di depan lobi, ternyata, pasien enggak masuk lewat pintu utama yang di lobi itu, melainkan diarahkan ke bangunan yang tampak non permanen di sampingnya.

Ruangan khusus (lupa namanya) yang sepi.

Di sana ada semacam screening pasien gitu, sebelum ketemu dokter. Ditanya-tanyain ada riwayat sakit enggak, bepergian ke luar kota enggak, pernah tes Covid-19 enggak, dll. Rata-rata semuanya kami jawab “enggak” ya karena memang enggak pernah mengalami hal-hal yang ditanyakan di kuesioner tersebut sih hehe.

Setelah menjawab semua pertanyaan, anak-anak ditempelin sticker warna hijau gitu, yang mungkin artinya “aman” kali ya? Trus, kami boleh langsung ke tempat praktik dokternya deh.

Eh, iya untuk praktik dokter gigi anak ini, dulu sebelum pandemi kan ada di lantai 5, ternyata udah berubah dipindah ke lantai 4 deh (lupa-lupa inget 😛 ). Lokasinya kini spesifik berada di ruang layanan khusus itu. Apa deh namanya saya lupa wkwkwk. Pokoknya yang ruangannya lebih kelihatan eksklusif itu, lho (masih usaha nginget-nginget hehe 😛 ). Yang “langganan” ke Hermina pasti tahu apa namanya nih, apa ya?

Oh iya, FYI, saat itu di bagian depan, lobi, ruang screening, hingga kami menuju lantai 4 tuh sepiiii banget. Cuma terlihat satu dua pasien aja. Mungkin, karena hari pertama puasa kali ya?

Bapake menenangkan anaknya sebelum diperiksa.

Kami juga waktu itu bersiap bawa bekal (seadanya) air mineral jaga-jaga membatalkan puasa. Tak sempat bawa makanan karena kagak masak, ciiiin 😛 . Niatnya abis ke dokter gigi, kalau pulangnya kemalaman akan mampir ke rumah makan deket-deket sana gitu. Kalau enggak ya makan di kantin rumah sakitnya.

Eh, pas masuk ruangan khusus ternyata di pojok ruangan dekat customer service disediakan takjil gitu, berupa teh anget, kurma, dan biskuit crackers yang manis itu, lho.

Wah, alhamdulilah, aman nih ada takjil.” Saya bersorak dalam hati 😀 😛 .

Takjil yang disediakan rumah sakit.

Sebelum ke ruangan dokter ada screening lagi, tapi lupa apaan ya? Sepertinya timbang badan anak dan cek suhu lagi kayaknya. Setelah itu baru deh duduk di ruang tunggu yang sepi juga. Kalau tak salah yang berada di ruang tunggu saat itu cuma satu keluarga, bapak ibu yang nganter anaknya satu orang ke dokter gigi juga. Trus, ada pasangan oma opa gitu yang sepertinya periksa ke dokter spesialis lain.

Tak lama kemudian, pintu ruang periksa dokter gigi yang kami tuju terbuka. Namun, ternyata belum giliran Maxy, melainkan anak lain yang juga menunggu tadi. Setelah sekitar 30 menitan, baru deh Maxy dipanggil masuk ruangan.

Maxy tuh kan walau anaknya udah segede sekarang tetep aja takut gitu ke dokter gigi. Awalnya, saya ingin masuk juga ke ruangan praktik, namun katanya pengantarnya cukup satu aja. Yawda, akhirnya kami putuskan bapake aja yang masuk. Mencegah kalau Maxy mulai berontak-berontak gitu, heuheu. Walau kata bapake, alhamdulillah, ternyata anaknya lebih selow sekarang. Mungkin karena udah makin gede yaaa, isin kalau ke dokter mewek mulu, hehehe.

Kurma dan crakcers. Kangen Ramadan yaaa.

Sementara nunggu Maxy dan bapake di ruang periksa, saya dan Dema pepotoan di area tersebut. Sepi banget soalnya jadi enggak malu-malu hehe.

Oh iya, di dalam ruang periksa, Maxy ditangani oleh drg. Noor Finda. Terakhir ketemu, kesan saya terhadap dokternya cukup kalem dan keibuan gitu, jadi bikin anak yang periksa juga merasa nyaman.

Drg. Noor Finda dibantu seorang asisten saat memeriksa Maxy. Tak lupa tentu saja memakai baju APD lengkap berwana pink, masker, dan semacam helm kuning yang berfungsi sebagai face shield.

Ada dua gigi Maxy yang ditambal, satu ditambal sementara (lupa pakai apaan), satu lagi ditambal permanen. Katanya sih sekalian dibersihkan juga.

Biaya periksa gigi anak di RS Hermina Bogor.

Untuk biaya, maafkeun saya lupa naruh dimana kwitansinya. Namun, saya cek di mutasi inet banking bulan April, waktu itu biaya periksa giginya Rp. 1.064.000,00. Nah, rinciannya ini yang saya lupa. Yang pasti ada APD Rp. 60.000,00, tambal 2 gigi yaaa 500 ribuan kayaknya, lalu biaya konsul dokter 300-350 ribuan. Sisanya lupa deh, entah tindakan dokter atau biaya apaan, dah lama soale 😛 . Nanti, kalau kwitansinya ketemu saya update yaaa. Pokoknya segitu lha kira-kira biaya periksa gigi anak di RS Hermina Bogor waktu itu.

Setelah tindakan, Maxy dan bapake keluar ruangan. Eh, tak lama kemudian adzan Maghrib berkumandang, alhamdulillah. Jadi deh buka takjil yang disediakan oleh rumah sakit. Walau takjilnya sederhana, kok ya bikin happy ya hahaha 😛 .

Alhamdulillah, takjil pertama puasa Ramadan 2021.

Setelah membatalkan puasa, kami kemudian memutuskan sholat di rumah sakit. Kebetulan saya enggak sholat. Jadi cuma bapake dan Maxy yang sholat Maghrib. Sementara Dema di menunggu dengan saya di ruang tunggu, sembari bermain di playground.

Oh iya, kalau enggak salah, di RS Hermina Bogor tuh musholanya bisa di lantai 1 atau lantai 5, tapi waktu itu kami putuskan naik ke lantai 5 yang kami ketahui (sebelum pandemi) ada kantin di sana.

Ternyata, kantinnya masih ada sih, tapi tidak lagi menjual makanan (dulu jualan menu makanan berat seperti nasi goreng, dll), melainkan cuma minuman kemasan dan snack aja. Yaweslah, kami putuskan sholat dulu. Nanti, bisa makan di tempat lain kalau sudah lapar.

Setelah sholat, kami kemudian turun ke lantai bawah, eh ternyata hujan. Hujan-hujan gitu mau nyari resto deket rumah sakit kok males. Akhirnya kami putuskan langsung pulang ke rumah ajeee. Yaaa gampang lha masio tadi enggak masak, bisa goreng-goreng telur atau apaan gitu yang ada di kulkas hehehe. Intinya hari pertama puasa gagal buka di luar 😛 .

Dema saat bermain di playground rumah sakit.

Yaaa gitu doank sih cerita pengalaman kami membawa anak periksa gigi di RS Hermina Bogor pada saat Ramadan dan pandemi kayak sekarang. Maafkan kalau ceritanya gaje alias gak jelas xixixi 😛 .

Pesan yang mau saya sampaikan, kalau sedang sakit gigi, ya segera ke dokter gigi. Jangan ragu periksa gigi, baik di klinik gigi maupun di rumah sakit. Soalnya, sejauh ini saya perhatikan protokol kesehatannya cukup bagus, kok. Trus, ingat yaaa, sebaiknya jangan datang langsung. Bikin janji temu dahulu ya kalau mau ke dokter gigi.

Yawes gitu doank. Terima kasih sudah mau membaca pengalaman anak kami periksa gigi di RS Hermina Bogor saat Ramadan plus saat pandemi gini. Semoga teman-teman semua sehat-sehat selalu yaaa 🙂 .

April Hamsa