Setelah hampir dua tahun menjadi penghuni Dadap Asri Residence a.k.a Gang Dadap di daerah Poltangan, Pasar Minggu, kadang Bunda merasa jenuh. Kepengen banget deh, mencari suasana baru. Well, rumah kontrakan yang sekarang sebenarnya enak sih lingkungannya (minus pemiliknya aja yang “mbencekno” haha 😛 ). Rumah kontrakan sekarang kayak cluster mini gitu, cuma kamarnya hanya satu. Selain itu, Bunda merasa Maxy kurang punya lingkungan untuk bergaul yang luas. Ya, maklum aja, dengan sistem one gate, tetangganya ya itu-itunya aja. Emaknya juga makin malas keluar karena kalau keluar, berarti maennya Maxy ke jalanan kampung yang tentu banyak motor seliweran.

Dengan berbagai alasan tersebut di atas, akhirnya Bunda kepengen pindah. Sejauh ini, yang bisa Bunda lakukan cuma mantengin beberapa web yang suka ngiklan-ngiklan rumah kontrakan gitu deh. Abisnya kalau survey dari suatu daerah ke daerah lain, berat di ongkos, Ciiiin! 😛 Karena ada Maxy, kami kan bepergiannya naik-naik taksi terus. Tahu sendiri, jalanan di Jakarta kayaknya nggak ada yang lempeng deh. Macet dimana-mana. Buang waktu, tenaga, dan duit aja, hiks 🙁 .

Kalau untuk survey rumah benerannya, sih, udah dua kali ya. Pertama adalah rumah milik kakak temannya Ayah di Tangerang Selatan. Rumah ini terletak di komplek yang lumayan Islami, tenang pula. Cumaaaa, saking tenangnya, kalau malam tetangga hampir nggak ada yang namanya keluar rumah. Trus, rumahnya agak singup, karena rumah lama. Sebenarnya, masalah itu sih bisa diatasi dengan mengecat dinding rumah sih ya. Hanya saja, kan Ayah sering keluar kota tuh, Bunda ditinggal sendiri sama Maxy, sementara itu komplek perumahan jauh dari tempat cari makan, minimarket, pasar dll. Emang kayaknya cuma buat tidur saja itu rumah, enaknya. Akhirnya, batal deh pindah kesana. Padahal harga sudah sesuai kantong.

Lalu, kisah mencari kontrakan baru berlanjut wiken kemarin. Kali ini rumahnya di Depok. Perumahan lama. Bangunan oke lha ya, meski lantai ada yang sedikit miring. Akses kemana-mana oke, perfect deh. Cuma, orangnya minta minimal dua tahun kami mengontrak di sana. Lhaaaa, kalau dua tahun yo ora ono duite sekarang ini. Kalaupun ada uangnya, mending buat DP rumah sendiri. Oh iya, pemilik rumah juga menawari kami membeli rumahnya. Harganya masuk akal sih. Pemiliknya juga mau membantu kalau soal KPR-KPRan. Tapi, kali ini Bunda dan Ayah sepakat, kalau untuk membeli rumah itu kayaknya nggak deh. Soalnya desain rumahnya kurang sesuai dengan harapan. Terlalu mini, tidak ada halaman belakang, jadi nggak masuk itungan untuk dijadikan rumah pribadi.

Sudah dua kali, Bunda udah merasa lelah saja rasanya. Sampai akhirnya, tadi, Bunda menemukan iklan rumah lagi. Masih di Depok, dengan embel-embel perumahan Islami. Harga kayaknya lumayan, akses dekat Universitas Indonesia, plus dia ngasi fasilitas AC gitu deh. Kalau ini sih Maxy yang seneng, kalau ortunya (yang wong ndeso ini) mah suka masuk angin kalau pakai AC wakakakak.

Rencananya, jika tidak ada halangan, wiken depan mau survey kesana. Siapa tahu, juga nemu rumah yang jodoh untuk dibeli jika memang ada rejekinya di sana.

Can’t wait for next wiken, pokoke. Capek mencari, Ya Allah… Pengen dapat lingkungan yang terbaik buat Maxy, buat keluarga kami…

Categorized in: