Seminggu yang lalu, tepatnya tanggal 30 Juli, saya berkesempatan menghadiri acaraย parenting yang diselenggarakan oleh Philips AVENT. Ibu-ibu yang punya bayi, pasti tidak asing dengan nama Philips AVENT, kan? Yup, Philips AVENT adalah salah satuย brand untuk produk ibu dan anak. Salah satunya yang sudah saya kenal adalah produk Pompa Air Susu Ibu (ASI) yang cukup banyak digunakan di Indoensia. Dulu saat lahiran anak saya, saya pernah menjajal kemampuan Pompa ASI yang satu ini. Kebetulan waktu itu dipinjami oleh salah seorang teman saya, sesama blogger (dadah-dadah ke Mbak Ari Wijaya). Meskipun Pompa ASI-nya lungsuran, ternyata masih enak dipakai sebab merk ini memang terkenal awet.

Acara yang berlangsung di Hotel Java Paragon Surabaya ini bertajuk โ€œPhilips AVENT New Parents Classโ€. Acara yang berisi program pembekalan sekaligus praktik langsung bagi calon orang tua baru oleh para ahli mengenai Manajemen Laktasi, Perawatan Bayi, dan Makanan Pendamping ASI (MPASI) ini diselenggarakan dalam rangka memperingati World Breastfeeding Week (Pekan Menyusui Sedunia). Pekan Menyusui Sedunia berlangsung pada tanggal 1-7 Agustus.

Beberapa ahli yang membekali dan mengajari praktik langsung mengenai Manajemen Laktasi, Perawatan Bayi, dan MPASI kepada para calon orang tua baru antara lain dr. Dian Pramastuti, Sp.A (dr. Dian), dr. Stefanie, Sp.KFR, dan dr. Bambang Wirdjadmadi, MS, MCN (dr. Bambang). Dalam acara yang dihadiri oleh sekitar 200 calon orang tua baru ini, dr. Dian yang juga seorang Konselor Laktasi memberikan pengetahuan seputar ASI. Sedangkan dr. Stefanie khsusus menjelaskan tentang pijat bayi. Terakhir, dr. Bambang memberikan materi mengenai MPASI.

Manajemen ASI dan Menyusui

Dr. Dian membuka acara dengan menjelaskan bahwa sebagai dokter, dia sangat mendukung pemberian ASI. Apalagi di zaman sekarang, Pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan Undang-undang (UU) Kesehatan yang mengatur tentang ASI. Sehingga tindakan melarang seorang ibu memberikan ASI buat bayinya bisa dianggap melanggar hukum. UU Kesehatan yang mengatur tentang ASI adalah UU No. 36 Tahun 2009 pasal 128 dan 129.

dr. Dian Pramastuti, Sp.A (baju hitam) menjelaskan tentang manajemen laktasi.

Kemudian dr. Dian menjelaskan mengapa memberikan ASI/ menyusui itu sangat penting. ASI merupakan cairan alami yang dibutuhkan oleh bayi, terutama pada enam bulan pertama kehidupannya. Komposisi ASI telah diatur sedemikian rupa oleh Tuhan, sehingga dapat menyesuikan dengan usia dan kebutuhan bayi. Komposisi ASI terdiri sebagai berikut:

  • Kolostrum: merupakan ASI yang keluar pertama kali sampai hari keempat yang kaya akan zat antibodi dan antiinfeksi dan berprotein tinggi. Biasanya berwarna kuning. Seringkali ada mitos di Indonesia, kalau ini merupakan ASI kotor dan harus dibuang. Padahal kandungannya sangat kaya, antara lain penuh antibodi dan sel darah putih supaya bayi terlindungi terhadap penyakit, mengandung pencahar untuk mencegah kuning pada bayi, dan tinggi vitamin.
  • ASI Peralihan: ASI yang kadang keluar antara hari keempat sampai kesepuluh setelah melahirkan. Kandungan proteinnya merendah, tapi karbohidrat dan lemak makin tinggi.
  • ASI Mature: yakni ASI matang yang keluar sekitar hari ke-14 dan seterusnya. Komposisinya relatif konstan.

ASI tentu saja cocok diminum oleh semua bayi, berbeda dengan susu formula (sufor) yang berasal dari susu sapi. ASI memiliki kelebihan kaya DHA, AA, Fe, dan Laktosa yang sangat bagus untuk otak. Sedangkan, sufor banyak mengandung protein dengan berat molekul besar. Tak heran jika bayi yang minum sufor ototnya lebih besar dan terlihat gemuk. Berikut adalah perbedaan ASI dengan sufor:

Terlihat jelas perbedaan kandungan dan kualitas protein antara ASI dengan sufor dalam kedua gambar tersebut. Perbedaan tersebut membuat ASI menjadi mudah dicerna bahkan kadang diserap sempurna oleh tubuh bayi. Sedangkan sufor lebih sulit dicerna. Oleh karena itu, ada beberapa bayi yang mengalami sembelit, muntah, bahkan alergi saat minum sufor.

ASI memiliki banyak manfaat baik bagi bayi, ibu, maupun bagi keluarga. Manfaat ASI bagi bayi antara lain sebagai sumber nutrisi, meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan risiko kematian dan risiko penyakit, meningkatkan kecerdasan, serta bisa menjalin kasih sayang antara ibu dan anak. Sedangkan manfaat ASI buat ibu antara lain sebagai alat kontrasepsi alami, menurunkan risiko terkena kanker payudara dan kanker rahim, dan membantu melangsingkan berat badan ibu. Dan buat keluarga, ASI memiliki manfaat menghemat uang karena tidak perlu membeli sufor dan mengurangi pengeluaran keluarga untuk rumah sakit/ obat sebab bayi yang mengkonsumsi ASI biasanya lebih sehat dan jarang sakit.

Setelah menjelaskan mengenai ASI dan manfaatnya, dr. Dian kemudian mengajak para peserta untuk mempraktekkan posisi menyusui yang benar. Posisi menyusui yang benar adalah sebagai berikut:

  • Gendong bayi ibu dengan seluruh tubuh menghadap tubuh ibu.
  • Posisi hidung dan dagu bayi menghadap payudara.
  • Tahan kepala, leher, dan punggung bayi dengan tangan ibu.
  • Bayi ibu sebaiknya menangkupkan seluruh bagian putting dan aerola (bagian hitam di sekitar putting) masuk ke mulutnya.

Dengan posisi menyusui yang benar maka pelekatan mulut ke payudara pun akan benar. Pelekatan yang baik dan benar adalah kunci sukses menyusui. Jika pelekatan tidak baik maka bayi tidak bisa maksimal mengeluarkan ASI. Berikut adalah gambar pelekatan yang baik:

Sebelum sesinya berakhir, dr. Dian juga mengajari para calon orang tua baru yang datang tentang cara memerah ASI. Memerah ASI sangat dianjurkan untuk meningkatkan kuantitas ASI, terutama buat ibu yang bekerja. Berikut adalah cara memerah ASI yang benar dengan memakai tangan/ jari atau yang biasa dikenal dengan Teknik Marmet:

Namun, jika kesulitan marmet, maka ibu bisa memerah ASI dengan bantuan Pompa ASI. Berikut adalah beberapa jenis Pompa ASI yang direkomendasikan:

Pompa ASI Avent sudah teruji efektif dan nyaman digunakan untuk memerah ASI.

Biasanya yang memerah ASI adalah ibu yang bekerja, namun tidak ada salahnya kalau ibu yang stay at home juga memerah ASI. Cara pemberian ASI Perah (ASIP) adalah sebagai berikut:

  • Berikan ASI eksklusif sesering mungkin selama cuti.
  • Jangan memberi ASI melalui botol.
  • Perah ASI tiap tiga jam.
  • Menyusui di malam hari, pagi, dan waktu luang.
  • Simpan ASI dalam lemari es/ cooler bag.

Selain menjelaskan cara memerah, menyimpan, dan memberikan ASIP, dr. Dian juga mengajari calon orang tua baru melakukan pijat payudara dan oksitosin. Tujuannya supaya ASI bisa keluar dengan lancar. Berikut adalah cara pijat payudara:

Selain itu ada pijat oksitoksin yang membuat ibu rileks dan tidak stress saat menyusui. Cara pijit oksitoksin adalah sebagai berikut:

  • Ibu duduk rileks bersandar, tanga dilipat, kepala di atasnya.
  • Payudara tergantung lepas tanpa bra.
  • Minta bantuan suami memijat sisi tulang belakang.
  • Gunakan dua kepalan tangan, ibu jari menunjuk ke depan.
  • Tekan kuat membentuk gerakan melingkar-lingkar kecil.
  • Pijatan hingga sebatas tali bra.
  • Lakukan 3-5 menit.

Merawat Bayi dengan Pijat Bayi.

Selanjutnya, sesi kedua adalah materi dari dr. Stefanie tentang Pijat Bayi. Menurut dr. Stefanie, pijat bayi adalah momen yang sangat intim, yang melibatkan skin to skin contact dan dapat dilakukan pada balita usia 0-5 tahun. Alangkah baiknya, apabila yang memijat bayi adalah orang tuanya sendiri, terutama ibu.

Dr. Stefanie (pegang mic) mencontohkan cara memijat bayi.

Banyak sekali manfaat dari pijat bayi, antara lain:

  • Mengusir rasa tidak nyaman saat tumbuh gigi, gangguan pencernaan, stress.
  • Melatih respon saraf bayi.
  • Meningkatkan kualitas tidur bayi.
  • Merangsang saraf vagus yang berhubungan dengan pencernaan bayi.
  • Membantu pertumbuan masa otot.
  • Memperkuat sistem kekebalan tubuh.
  • Meningkatkan pasokan oksigen dan aliran nutrisi di dalam sel-sel tubuh.
  • Meningkatkan indera-indera sensorik.
  • Meningkatkan berat badan bayi.
  • Memberikan rasa nyaman kepada bayi.
  • Membuat bayi tennag dan tidak rewel.
  • Mengembangkan terjalinnya komunikasi bayi arena dapat merangsang kontak mata, ekspresi wajah, dan ekspresi tubuh bayi.

Dr. Stefanie juga menjelaskan kapan waktu yang tepat untuk memijat bayi. Kapanpun bisa memijat bayi, asalkan bayi dalam kondisi sehat. Dr. Stefanie juga mengingatkan untuk tidak memijat bayi pada saat bayi sedang demam atau sakit berat lainnya dan pada saat bayi abis diimunisasi.

Selanjutnya, dr. Stefanie memberikan praktek memijat bayi kepada peserta parenting class. Gerakan memijat bayi ada tiga macam:

1.Pijatan di kepala.

2. Pijatan di dada.

3. Pijatan di tangan.

Makanan Pendamping ASI (MPASI).

Materi terakhir adalah tentang MPASI yang dijelaskan oleh dr. Bambang. MPASI adalah pemberian makanan tambahan untuk bayi saat menginjak usia enam bulan. Dr. Bambang mengingatkan supaya orang tua memperhatikan asupan gizi bayinya. Bayi harus diberi gizi seimbang yang sangat berguna untuk pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, pemeliharaan kecerdasan, serta energi untuk beraktivitas bayi.

dr. Bambang menjelaskan mengenai MPASI.

Menurut dr. Bambang mutu sumber daya manusia (SDM) ditentukan pada usia bayi/ balita yang dikenal dengan sebutan โ€œMasa Emasโ€. Apabila bayi tidak memperoleh kecukupan gizi, maka bayi akan sering sakit-sakitan. Akibatnya, tumbu kembang otak tidak optimal dan akan sulit untuk dipulihkan. Hal ini membuat mutus SDM-nya sebagai orang dewasa kelak akan rendah. Mutu SDM yang rendah bisa menjadi beban, baik buat keluarga atau masyarakat. Namun, apabila bayi sejak masa emasnya mendapat gizi yang baik maka dia akan menjadi anak yang cerdasa dan produktif. Sehingga akan membuat anak menjadi manusia dengan mutu SDM yang tinggi sehingga kelak akan menjadi aset baik untuk keluarga, maupun untuk masyarakat.

Untuk mengetahui apakah anak kekurangan gizi atau tidak maka orang tua harus memperhatikan betul kurva pertumbuhan anak. Tak hanya dari berat badan, namun juga dari tinggi badan dan lingkar kepalanya. Selain itu, orang tua juga dapat melihat dari perkembangan anak. Apakah anak sudah dapat melakukan aktivitas fisik sesuai anak-anak seusianya atau belum. Bayi yang sehat biasanya sangat aktif.

Ibu dapat memberikan MPASI kepada bayi pada saat:

  • Bayi berusia enam bulan.
  • Bayi mulai aktif dan memerlukan energi banyak.
  • Pada saat ASI saja sudah tidak mencukupi lagi kebutuhan bayi.
  • Saat bayi mulai meningkat aktivitasnya yang sesuai dengan perkembangannya, seperti belajar duduk, mengangkat dada, berguling, dan lain sebagainya. Hal tersebut akan membuat bayi membutuhkan energi lebih besar sehingga meningkatkan nafsu makannya, sehingga ASI saja tidak cukup.

Dr. Bambang kemudian memberikan feeding pattern for children:

Sesuai tabel tersebut maka, berikan ASI saja pada saat bayi berusia 0-6 bulan. Saat usia enam bulan maka berikan anak makanan tambahan/ MPASI. Mulailah dengan memberikan puree/ porridge/ bubur saat bayi berusia 6-8 bulan. Kemudian coba naikkan tekstur makanan bayi saat berusia 8-12 bulan dengan soft food. Pada saat bayi sudah berusia satu tahun ke atas maka berikanย  family food yakni makanan yang sama dengan yang dimakan oleh orang tuanya atau orang dewasa.

Sedangkan untuk pengenalan makanan di awal bayi mulai MPASI, dr. Bambang memiliki tips sebagai berikut:

  • Jangan mencampur bahan makanan, namun berikanlah sendiri-sendiri.
  • Biarkan bayi mencoba memakan makanannya sendiri.

Sehingga nantinya kita bisa mengetahui makanan apa yang disukai bayi dan mana yang kurang disukai. Mana makanan yang membuat alergi dan yang aman buat bayi. Jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan makanan bayi, beri makan bayi sesuai kebutuhannya, tandai makanan yang bisa menyebabkan bayi alergi, dan jangan memberikan makanan bayi dalam bentuk butiran yang keras.

Pada sesi terakhir, ada praktek membuat MPASI untuk bayi. Philips AVENT memperkenalkan produknya berupa food processor yakni Avent Baby Food Steamer and Blender. Produk ini memiliki konsep satu alat dengan fungsi pengolahan makanan yang berbeda, bisa untuk menghaluskan makanan bayi dan juga berfungsi sebagai steamer (mengukus).

Avent Baby Food Steamer and Blender.

Pesertaย new parents class nampak sangat antusias melihat cara kerja alat ini. Bahkan, beberapa peserta mencoba untuk mengolah makanan bayi sendiri. Memang acara semacam ini sangat bermanfaat sebab selain memperoleh teori, calon orang tua baru juga bisa langsung mempraktekkan pengetahuan yang didapatnya. Sehingga, saat bayi mereka lahir, pada saat fase menyusui dan fase MPASI, para calon orang tua ini sudah memiliki bekal yang cukup untuk dipraktekkan.

Surabaya, 7 Agustus 2016

April Hamsa

Categorized in: