Ikutan Rakornas KADIN 2019?” Salah seorang teman menyapa saya di medsos.

Iyaaa,” jawab saya.

Wah, berat enggak bahasannya?” Tanyanya lagi.

Cukup menarik kok. Aku jadi paham posisi Indonesia tuh sebenarnya bagaimana di bidang pertanian dan industri makanan. Trus di sana aku dapat kenalan baru teman-teman dari asosiasi, peneliti, bahkan pengusaha,” kata saya.

Wah, mau donk diceritain detailnya,” lanjutnya.

Saya saat menghadiri Rakornas KADIN 2019.

Yup, tepatnya tanggal 5 November kemarin, saya mengikuti Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kamar Dagang dan Industri (KADIN) di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta. FYI, buat yang masih awam apa/ siapa KADIN, KADIN merupakan sebuah organisasi yang mewadahi para pengusaha Indonesia yang bergerak di bidang perekonomian. Kalau membaca di website-nya, KADIN ini merupakan wadah dan wahana komunikasi, informasi, representasi, konsultasi, fasilitasi, serta advokasi antara pengusaha dengan pihak mana pun dalam lingkup kegiatan usaha/ ekonomi.

Tentang Rakornas KADIN 2019

KADIN ini punya agenda rutin Rakornas, salah satunya yang kemarin itu. Tema Rakornas 2019 kali ini menurut saya cukup menarik lho, yakni tentang “Produktivitas dan Daya Saing Pertanian dan Industri Pangan”. Mengapa saya berkata demikian? Sebab, saya berpikir: “Entah kenapa negeri yang memiliki potensi berupa Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah ini, hingga kini, kok belum jadi pelopor pertanian dan industri pangan di dunia ya?” Pertanyaan berikutnya, “Jadi, apa yang keliru?” Nah, dalam Rakornas KADIN 2019 apa yang saya pertanyakan itu dibahas.

Agenda utama dari Rakornas KADIN 2019 adalah merumuskan rekomendasi kepada pemerintah, terkait beberapa langkah untuk:

  • Meningkatkan produktivitas di sektor pertanian
  • Meningkatkan daya saing di bidang pertanian dan industri pangan
  • Mengkoordinasikan program kerja di dunia usaha/ swasta dan pemerintah di masa mendatang.

Rakornas KADIN 2019 sebenarnya lebih berupa diskusi panel terbuka gitu, sehingga ada tanya jawab dengan peserta yang hadir. Panelis yang hadir adalah mereka kompeten di bidangnya. Ada panelis dari KADIN, dari Kementerian, juga dari profesional. Diskusinya terbagi menjadi 3 sesi panel dengan detail sebagai berikut:

  • Diskusi I: Meningkatkan Produktivitas melalui Penyediaan Lahan, Bibit, dan Teknologi dalam Menghadapi Perubahan Iklim
  • Diskusi II: Ekosistem Investasi Ketahanan Pangan dan Daya Saing Ekspor
  • Diskusi III: Access to Finance.

Rangkuman sambutan keynote speaker dalam Rakornas KADIN 2019

Sebelum diskusi dimulai ada beberapa keynote speaker yang memberikan sambutan pembukaan sekaligus memberikan gambaran tentang apa yang akan didiskusikan. Mereka yang memberikan sambutan pembukaan antara lain Menteri Riset dan Teknologi Bapak Bambang Brodjonegoro, Ketua Umum KADIN Bapak Rosan P. Roesiani, Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan Bapak Franky O. Widjaja, Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan Bapak Juan P. Adoe, dan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Ibu Musdhalifah Machmud yang mewakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Dalam kesempatan itu Bapak Franky O. Widjaja mengatakan bahwa jika negara ini mengoptimalkan bidang agribisnis maka daya saing produk agribisnis kita akan meningkat. Apalagi, pengembangan sektor agribisnis ini adalah salah satu priorotas kerja Bapak Presiden Joko Widodo. Maka, menurut Bapak Franky O. Widjaja, sektor ini membutuhkan investasi. Selain itu, sektor agribisnis membutuhkan bibit unggul, sehingga Bapak Franky O. Widjaja berharap pemerintah bisa membuat payung kebijakan yang mengatur soal penyediaan bibit unggul ini, termasuk memberikan insentif untuk petani dan pengusaha.

Menteri Riset dan Teknologi Bapak Bambang Brodjonegoro.

Pengadaan bibit dan benih yang bermutu dan tersertifikasi angat diperlukan untuk memnuhi ketahanan pangan nasional,” kata Bapak Franky O. Widjaja.

Sedangkan Bapak Juan P. Adoe berharap makin banyak pemodal yang tidak ragu berinvestasi di sektor pangan. Dengan banyaknya investasi maka sektor pangan bisa bertaan bahkan bertumbuh. Untuk menuju hal tersebut Bapak Juan P. Adoe berharap ada kemudahan akses untuk memberikan modal kepada petani dan peternak dengan skema perkreditan yang tidak memberatkan. Maka, Bapak Juan P. Adoe mengusulkan perlunya dibuat infrastruktur pembiayaan perbankan yang inovatif dan kreatif.

Kita berharap investasi di sektor pangan bisa tumbuh dan ini tentu perlu dorongan berupa kebijakan insentif,” kata Bapak Juan P. Adoe.

Kemudian, Bapak Rosan P. Rosiani mengatakan bahwa di Indonesia ini sumber daya sangat berlimpah, namun butuh keseriusan yang lebih untuk mengelolanya. Maka, menurut Bapak Rosan P. Rosiani sebaiknya sumber daya yang banyak itu harus diptimalkan.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Ibu Musdhalifah Machmud.

Indonesia ini punya sumber daya yang banyak, tapi kita harus mengelolanya,” kata Bapak Rosan P. Rosiani.

Tak hanya sumber daya, Bapak Rosan P.Rosiani juga mengatakan bahwa kita perlu meningkatkan teknologi dan membuat inovasi baru. Maka, sangat diperlukan suatu kolaborasi yang lebih erat antara swasta/ pengusaha, pemerintah, dan tentu saja para pemangku kepentingan supaya langkah-langkah yang dihasilkan dapat bersinergi dengan baik.

Menyambut pernyataan yang telah disampaikan sebelumnya, Ibu Musdhalifah Machmud mengatakan bahwa dari pemerintah siap melakukan kerja sama dan berkolaborasi menciptakan program bareng dengan pengusaha (KADIN). Menurut bu Musdhalifah Machmud sesungguhnya pemerintah menyadari bahwa daya saing maupun produk industri pangan di negeri ini masih sangat besar potensinya untuk ditingkatkan. Oleh karena itu pihaknya terbuka untuk menggandeng siapa saja yang mau meningkatkannya bersama.

Hampir senada dengan perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bapak Bambang Brodjonegoro juga menyampaikan bahwa pihaknya terbuka bekerja sama dengan KADIN. Bapak Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa pihaknya ingin fokus pada penelitian antara lain penelitian tentang iklim, tentang model smart water management system (untuk irigasi/ pengairan), dll. Untuk itu, Bapak Bambang Brodjonegoro menekankan pentingnya pendekatan triple helix yakni antara Pemerintah, Bidang Usaha, juga Peneliti di bidang pertanian. Harapannya dengan kolaborasi semacam ini, maka sektor pertanian di Indonesia bisa melesat.

Jadi, jelas ya teman-teman, sebenarnya pemerintah sendiri juga terbuka dengan rumusan atau ide-ide yang disampaikan oleh KADIN dll. Nah, sekarang lanjut ke diskusi panelnya yaaa…

Diskusi panel dalam Rakornas KADIN 2019

Seperti yang sudah saya jelaskan di awal, ada tiga sesi diskusi. Pertama membahas tentang “Meningkatkan Produktivitas melalui Penyediaan Lahan, Bibit, dan Teknologi dalam Menghadapi Perubahan Iklim”.

Pertanyaannya, “Apa sih kaitan iklim dengan peningkatan produktivitas pertanian?”

Jawabannya, sebenarnya simple kok. Kita lihat saja contoh sehari-hari ya. Misalnya kalau hujan enggak datang, tanaman yang kita tanam biasanya mati. Sedangkan, sebaliknya, kalau hujan terus-menerus kadang tanaman kita juga enggak jadi berbuah atau berbunga. Itu contoh gampang ya teman-teman.

Nah, yang namanya iklim ini sangat dibutuhkan oleh petani supaya bisa menyesuaikan dengan kondisi, kapan harus menanam, kapan harus memanen, dll. Supaya hasilnya lebih optimal.

Pada saat diskusi, waktu itu ada seorang peserta sharing kalau dulu dirinya pernah tinggal di luar negeri. Di sana, katanya radio dan televisi hampir setiap pagi akan memberikan gambaran kondisi cuaca. Sedangkan, di Indonesia belum sesering itu memberikan gambaran iklim, khususnya kepada para petani. Maka, peran BMKG benar-benar sangat dibutuhkan, khususnya untuk sistem peringatan dini yang efektif untuk antisipasi apabila ada perubahan ilkim yang sekiranya berisiko untuk sektor pertanian.

Suasana diskusi panel dalam Rakornas KADIN 2019.

Dalam diskusi ternyata hadir Deputi Bidang Klimatologi Bapak Herizal yang menjelaskan bahwa BMKG sudah secara rutin menggelar Forum Klimatologi Nasional dengan beberapa kementerian. Salah satu pencapaiannya adalah menyusun masa tanam dan masa panen. Mungkin belum semua petani memahami hal ini, maka dibutuhkan semacam pelatihan untuk para petani supaya dapat memahami perubahan iklim dan cuaca yang bisa mempengaruhi produktivitas mereka.

Lanjut ke diskusi kedua mengenai “Ekosistem Investasi Ketahanan Pangan dan Daya Saing Ekspor” hadir sebagai panelis adalah Wakil Menteri Luar Negeri Bapak Mahendra Siregar, dan Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Pengamanan Pasar Bapak Sutriono Edi, Staf Ahli Kementerian Industri Bidang Perindustrian, Pendalaman, dan Penguatan Pasar serta Penyebaran Industri Bapak Dodi Widodo.

Bapak Mahendra Siregar mengatakan bahwa untuk menarik investor ke Indonesia maka economic governance di negeri ini harus berjalan transparan. Sedangkan Bapak Sutriono Edi lebih menekankan kepada sebaiknya dilakukan pengamanan pasar dalam negeri serta senantiasa melindungi petani maupun konsumen. Caranya adalah dengan memastikan ketersediaan komoditi, memudahkan akses dan keterjangkauan harga. Bapak Dodi Widodo menambahkan bahwa sangat penting untuk memastikan adanya keberlanjutan bahan baku setelah hasil pertanian diolah.

Peserta Rakornas KADIN 2019.

Terakhir adalah diskusi ketiga tentang “Access to Finance”. Oh iya, sebelum sesi ketiga dimulai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ibu Siti Nurbaya Bakar yang datang juga turut memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Ibu Sti Nurbaya Bakar menyampaikan pesan dari Presiden Joko Widodo yakni supaya semua pihak berkeja sama untuk senantiasa menjaga iklim investasi. Menurut Ibu Siti Nurbaya Bakar, pemerintah akan berusaha berkomitmen untuk mendorong poduktivitas pertanian di daerah-daerah.

Sedangkan pada diskusi panel ketiga lebih banyak membicarakan mengenai kebijakan fiskal untuk pengusaha kecil. Salah satunya membahas fintech yang kian hari berkembang. Mengenai fintech ini sebenarnya para petani/ pengusaha sangat butuh rasa aman, untuk itu diharapkan bantuan dari OJK dan kepolisian untuk mengawasi fintech.

Founder Fintech Bapak Jerry Ng yang juga menjadi salah satu panelis malah mengatakan bahwa meskipun teknologi bisa memberikan solusi, namun sesungguhnya fintech bukanlah solusi satu-satunya dan terakhir. Sebab, pada akhirnya, menurut Bapak Jerry Ng semua permodalan akan kembali ke bank sebagai penyedia dana.

Namun, perbankan di Indonesia masih sedikit yang mau all out menyentuh pertanian dan peternakan. Perbankan di sini masih lebih suka bekerja sama dengan sektor perdagangan. Alasan pihak bank biasnaya karena menyentuh petani dan peternak adalah proses yang rumit, tidak semudah jika berbicara dengan para pedagang. Untuk mengatasi kendala itu maka rekomendasinya adalah menunjuk perusahaan teknologi sebagai agregator yang bisa berhubunagn dengan petani dan peternak.

Masing-masing pihak siap berkolaborasi.

Itulah teman-teman, rangkuman yang bisa saya informasikan mengenai Rakornas KADIN 2019. Kesimpulannya kira-kira begini:

  • KADIN berharap pemerintah mau membuat kebijakan yang mengatur segala sektor yang bisa meningkatkan produktivitas pertanian dan peternakan.
  • Pemerintah menegaskan bahwa pihaknya terbuka berkolaborasi dengan pihak mana pun.
  • Butuh penguatan dalam hal permodalan kepada petani dan peternak.
  • Butuh edukasi mengenai iklim, daya saing, teknologi (khususnya fintech) untuk petani dan peternak.
  • Butuh mengubah mindset petani dan peternak bahwa mereka enggak sekadar petani dna peternak, namun juga sebagai pelaku usaha/ pengusaha.

Harapan saya pribadi, sebagai konsumen, komoditas hasil pertanian/ peternakan. Pangan bisa meningkat dan kualitasnya juga makin bagus. Trus, kalau bisa jangan semua yang bagus-bagus tersebut diekspor ke negara lain, tapi juga harus dikonsumsi oleh rakyat sendiri supaya pangan yang kita konsumsi juga berkualitas. Kedua, tentu saja dengan melimpahnya komoditas hasil pangan tersebut harganya bisa jadi lebih terjangkau, sehingga bisa kita nikmati hasilnya.

Kayaknya itu ya teman-teman. Mungkin ada yang punya harapan tentang sektor pertanian/ peternakan dan industri pangan di negara ini? Barangkali punya usaha di bidang itu? Bisa share di kolom komentar ya 🙂 .

April Hamsa