Weekend kemarin, tak ada sinar matahari muncul. Hujan ringan hingga deras bergantian menyirami area rumah saya. Yawda, karena toh enggak bisa ke mana-mana, ya karena hujan, ya karena situasi pandemi yang entah kapan berakhirnya, saya putuskan membaca buku aja. Kali ini pilihan saya jatuh pada buku kumpulan cerita pendek (cerpen) karya Rijo Tobing. Randomness Inside My Head, begitu judul yang tercetak di sampul depan buku terbitan tahun 2016 itu.
Buku-buku karya Rijo Tobing yang saya miliki di rumah.
Enggak tahu kenapa, rasanya buku ini nyambung dengan apa yang sedang saya rasakan. Mungkin, karena gambar cover-nya menceritakan tentang suasana hujan. Pas banget.
Sementara pikiran saya berkelana ke mana-mana, memikirkan “Pasti ada daerah yang banjir, nih”, “Waduh, rumah sakit bakalan penuh lagi”, “Kasihan ya tukang ojek, pasti susah dapat penumpang”, dan hal-hal yang melow-melow. Acak banget ya?
Tak hanya pikiran saya yang acak kala itu, perbuatan saya juga sama. Saya membuka lembaran buku Randomness Inside My Head secara acak juga.
Sebenarnya ini emang kebiasaan, sih. Saya kalau membaca kumpulan cerpen pasti enggak sesuai urutan. Random. Tergantung mata saya tertarik dengan judul yang mana duluan.
Tentang kumpulan cerpen Randomness Inside My Head
Oh iya, dalam kumpulan cerpen Randomness Inside My Head ini terdapat 12 cerpen, antara lain:
- Bid You Farewell
- Ali, The Beggar
- Listened to My Mother
- Better Be Single
- The Fire Exit
- (One of Too) Many Girl Friends
- Reunion
- Take A Peek
- A Short Break
- Interlude
- Missed You, Oppung
- Prince Charming.
Buku kumpulan cerpen Randomness Inside My Head.
BTW, FYI, dari semua judul yang saya sebutkan itu, mungkin ada teman-teman yang menebak kalau semua cerpennya ditulis dalam bahasa Inggris? Iyes, beneeer, semua cerpen di buku setebal 124 halaman ini ditulis dalam bahasa Inggris
Meski demikian, don’t worry, be happy (hallah), bahasanya enggak ndakik-ndakik, kok. Apa ya bahasa Indonesianya “enggak ndakik”? Hahaha.
Poinnya, walaupun menggunakan bahasa Inggris, buku ini mudah dipahami. Bahkan oleh yang orang yang skor tes TOEFL-nya enggak terlalu tinggi sekali pun. Saya, maksudnya, hehehe. Sehingga, saya akan skip-skip mengomentari soal tata bahasanya 😀 .
Kembali ke kumpulan cerpennya, temanya cukup beragam. Ada yang berkisah tentang romansa, permasalahan sosial, persahabatan, juga hubungan antar anggota keluarga.
Ketika membuka halaman informasi judul-judul cerpennya, saya langsung tertarik baca Reunion (halaman 65).
Alasannya, hmmm, karena saya rindu kumpul-kumpul dengan banyak orang kali ya? Seperti yang kita tahu, situasi sekarang bikin semua orang jadi susah bertemu. Bahkan, saking kangennya, kalau sekarang saya harus bereuni dengan orang yang saya kurang suka sekalipun, kayaknya saya mau 😛 .
Yes, Reunion ini menceritakan pertemuan kembali dua orang, laki-laki dan perempuan, yang telah terpisah lama. Dahulu, keduanya merupakan adik dan kakak tingkat di sekolah yang sama.
Halaman informasi judul-judul cerpen.
Begitu membaca bagaimana dua tokoh utama dalam cerpen ini berinteraksi di masa lampau, saya ketawa terkekek-kekek. Mbatin, “Lha kok mirip kayak saya dan salah satu cinta monyet saya dulu?” #uhuuukss.
Dahulu, zaman masih sekolah saya pernah naksir-naksiran sama kakak kelas. Waktu itu, karena muridnya terlalu banyak dari ruang kelasnya, sekolah kami membagi dua sesi jadwal masuk sekolah. Sebagai junior, saya masuk siang, sedangkan senior saya masuk pagi.
Namun, ada hari di mana kami bisa ketemu dalam satu kelas, misalnya pada hari nasional tertentu di mana diadakan upacara bendera di sekolah. Meski demikian, kalau ketemu langsung, saya jarang berbicara dengannya. Kami lebih sering berkirim pesan lewat surat yang kami selipkan di laci meja atau saling menelepon (waktu itu zamannya telepon rumah dan wartel haha).
Eh, lha kok malah melantur cerita tentang diri sendiri, wkwkwk.
Balik lagi deh, ke Reunion 😛 .
Kisahnya mirip-mirip yang saya alami 😛 . Ketika masih sama-sama duduk di bangku sekolah, kedua tokoh dalam cerpen itu, Sara dan Rico, berkomunikasi dengan cara saling berkirim pesan yang diletakkan dalam laci.
Rico yang pada awalnya merasa enggak nyaman karena sebenarnya kurang suka berkomunikasi dengan orang yang baru dikenalnya, lama-kelamaan menikmati bertukar pesan dengan Sara. Meski demikian, Rico sepertinya tidak menganggap hal tersebut sesuatu yang istimewa.
Berbeda dengan Sara, yaaa, yang namanya cewek gitu, lho. Berkirim pesan seperti gitu, apalagi intens dan selalu ditanggapin sama “lawan bicaranya” tentu ada rasa GR. Berharap lebih pada hubungan semacam itu.
Sara bahkan mengesampingkan rasa malunya sebagai perempuan dengan menyatakan perasaannya terlebih dahulu kepada Rico. Namun, tanggapan yang diterimanya tidak seperti bayangannya, huhu.
Cerpen Reunion yang manis.
Sampai suatu waktu, “korespondensi” mereka terhenti. Kisah cinta monyet keduanya ambyar begitu aja. Kemudian, cerpen ini membawa pembaca kembali ke beberapa tahun setelah itu, yang mempertemukan kembali kedua tokohnya. Daaan, kisah keduanya pun berlanjut. Endingnya, manis atau enggak, baca sendiri deh Randomness Inside My Head ini 😀 . Yang pasti untuk Reunion ini saya bisa pastikan, teman-teman enggak bakal nyesel baca, hehe.
Meski demikian, tak semua cerpen di buku ini bisa bikin kita senyum-senyum sendiri seperti Reunion. Ada beberapa judul lain dalam buku ini yang membuat kita lebih banyak merenung, sesekali merasa melow, bahkan mengutuk si tokoh saking gemesnya.
Ali, The Beggar (halaman 8) adalah salah satu judul cerpen yang bikin gemes di buku ini. Berkisah tentang nasib seorang pria bernama Ali yang seolah ditakdirkan apes sejak lahir ke dunia.
Bagi sebagian orang kisah Ali ini kayaknya relate dengan masa sekarang di mana begitu banyak orang yang seperti Ali ini. Orang susah yang hidupnya makin susah karena keadaan. Kita biasanya akan merasa kasihan kepada tokoh ini.
Eh, ternyata si tokoh dalam cerpen ini tidak merasa hidupnya sebegitu menderitanya.
“He smiled a little. His life was short. But to him it wasn’t dull.” (halaman 10)
Lha? Gemes kan? 😛
Permasalahan sosial dan persahabatan juga diangkat dalam buku ini.
Kemudian, ada pula The Fire Exit (halaman 33) yang sepertinya akan membuat para pekerja kantoran, khususnya perempuan, yang sedang mengejar karier tersenyum. Kadang di gedung perkantoran memang ada tempat-tempat khusus untuk rehat yang enggak banyak diketahui pegawai lain. Tempat itu menjadi saksi bagaimana seseorang meluapkan perasaannya, yang tersembunyi sekalipun.
Apakah teman-teman yang pegawai kantoran juga punya tempat seperti itu? 😀
Secara umum, saya menyukai ide-ide dalam buku kumpulan cerpen Randomness Inside My Head ini. Temanya enggak terlalu rumit dan dekat dengan kehidupan banyak orang.
Namun, sayangnya, ada satu dua cerpen yang endingnya tidak bisa saya simpulkan, sehingga jadi agak menebak-nebak gitu. Trus, saya berharap ada ilustrasi gambar gitu, walau hanya berupa sketsa sederhana supaya ceritanya lebih hidup.
Meski demikian, beberapa cerpen saya rasa punya potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah novel. Tentu saja salah satu yang saya nantikan adalah Reunion. Kebayang, kalau baca novelnya mungkin akan sering senyum-senyum sendiri deh, hehe.
Giveaway kumpulan cerpen Randomness Inside My Head
Teman-teman ada yang penasaran dengan bocoran cerpen-cerpen lainnya (yang belum saya sebutkan) dalam buku Randomness Inside My Head ini? Baca sendiri aja yaaa.
Ada yang mau punya buku ini juga?
Bisa langsung pesan ke link berikut ya: https://www.tokopedia.com/skybooks (klik aja).
Namun, kalau teman-teman mau dapat buku ini secara GRATIS, bisa juga, lho, karena kali ini saya mau membagi buku Randomness Inside My Head untuk satu orang pembaca blog ini.
Yuk, ikutan Giveaway berhadiah buku dan pulsa OVO/ Gopay.
Namun, ada syarat dan ketentuannya ya, seperti berikut. Tenaaang, enggak susah, kok. Gampang.
Berikut adalah syarat dan ketentuan Giveaway Buku Kumpulan Cerpen Randomness Inside My Head:
- Giveaway ini berlangsung tanggal 8-14 Februari 2021. Pengumuman pemenang tanggal 17 Februari 2021.
- Peserta memiliki alamat di Indonesia untuk pengiriman hadiah.
- Wajib follow akun IG penulis Randomness Inside My Head @randomnessinsidemyhead dan akun IG saya @april.hamsa
- Follow blog author Rijo Tobing di https://rijotobing.wordpress.com/ (apabila memiliki platform blog WordPress, tidak wajib, namun akan jadi penilaian plus).
- Share postingan Giveaway ini di Facebook atau Twitter-mu (akun Facebook/ Twitter tidak diprivat, pilih salah satu).
- Jawab pertanyaan ini di kolom komentar, “Menurutmu apakah ide di sebuah cerpen sebaiknya dilanjutkan menjadi novel?” Jawabannya tidak ada salah atau benar, hanya ingin tahu pendapat teman-teman aja, kok 🙂 .
- Tulis jawaban di kolom komentar postingan ini dengan format sebagai berikut:
“Done follow-follow”
Lalu lanjutkan dengan menulis:
Nama
Akun IG
Akun Facebook/ Twitter (pilih salah satu)
Jawaban
Contohnya seperti ini:
Done follow-follow.
Nama: Maria
Akun IG: @maria
Akun Facebook/ Twitter: Maria Hana/ @mariajuga
Jawaban: Menurut saya harus jadi novel supaya jalan ceritanya enggak sempit.
Gampang kan?
Oh iya, selain buku, juga akan ada tambahan hadiah Gopay/ OVO (pilih salah satu) sebesar Rp. 25.000,-. Semoga beruntung mendapatkan buku Randomness Inside My Head maupun pulsanya ya 🙂 .
Update: pemenang GA berhadiah buku Randomness Inside My Head dan pulsa Gopay/ OVO adalah: Siska, akun IG: @ika_algifka. Selamat ya mbak Siska. Buat yang belum menang jangan berkecil hati ya, insyaAllah nanti akan menyusulu GA lain :). Cheeerrss.
April Hamsa
Akuu mau ikutan komen yaa. Buatku, salah satu cerpennya yang judulnya Prince Charming keren banget kalo dibuat novel. Jadi, setuju banget deh kalau kak Rijo nulis novel tapi pengennya yang versi bahasa Indonesia gituh
wahhh.. makasih idenya 🙂 🙂
Seru kayaknya. Topik setiap artikel yang beda-beda bikin banyak warna di novelnya.
Aku coba buka link SKYBOOKS. Notice kalo lokasinya di Cikarang Selatan. Berarti gak jauh dari rumah nih
Suka sama Cerita Reunion memang related dengan pengalaman kehidupan seseorang dan aku puun ngalamin juga. Suka seneng bacanya dan ngikik, senyum2 sendiri hahaaa.
Ahh jadi penasaran sama Isi cerpen2nya.
Done follow-follow
Akun IG : @tsylzt_
Akun Twitter : @uvuvwevwevweuv
Jawaban : Menurut saya, cerpen tidak perlu dikembangkan menjadi sebuah novel. Karena akhir cerpen sudah bisa ditebak nantinya. Selain itu, pengubahan ini juga akan menambahan beberapa tokoh lainnya supaya ceritanya bisa menjadi lebih kompleks. Ada baiknya, cerpen dikembangkan menjadi sebuah drama saja.
Permasalahan persahabatan dan sosial ini juga sering terjadi sebenarnya disekitar kita ya, aku jadi pengen baca semuanya cerpen yang ada didalam buku itu deh kak. Kalau aku pengen dari setiap cerita itu dibuat dalam buku terpisah sesuai dengan ceritanya.
tentu mak, bisa lanjut dijadikan novel ide cerita cerpen, apalagi kalo temanya relate banget sama kehidupan sehari-hari ya
btw nulis buku ataupun cerpen dalam bahasa inggris jadi cita-cita aku dari dulu, tapi gimana ya, hahahha butuh skill kece ini mah
Aku pikir bagus juga jika ide dalam cerpen lantas dikembangkan jadi novel Mbak. Apa lagi kalau baca cerpen tuh, seperti saya, suka penasaran pada detail ceritanya yang terkadang sukar didapat dalam cerpen. Lagi pula kan melatih penulis juga ya, melatih berkreasi secara lebih luas, menyiapkan plot lebih banyak, dll 🙂
Aaakk, aku follow blog dan akun Kompasiana kak RIjo.
Mantaabb banget dah. Super excited dengan buku ini.
Kapan2 mau baca aahhh
Btw, cerpen tuh ngga selamanya kudu dikembangin jadi novel, sih.
kadang yg singkat tuh malah lebih berkesan *uhuks
Saya suka ide-ide ceritanya, Mbak. Gak biasa. Bukan sekadar cinta-cintaan yang banyak dijumpai pada cerita2 fiksi ya.
kalau memang bisa dijadikan novel, kenapa tidak ya … kisah pendek di buku ini bisa jadi teaser-nya.
Seru banget yaah..kisah cinta zaman dulu yang hanya tersampaikan melalui rangkaian kata dalam surat.
Dan begini uda bikin happy banget.
Kalau ketemu deg-degan sendiri.
ahay, apa pernah mengalami yg sama? hehehe
ahayyy … apa pernah mengalami yg sama? hehehe
Done
Nama: ucig
Akun ig: uciggg
Twitter : uciggg
Iyaaa biar tambah senyum2 😆 aku suka sama cerpen yg bikin senyum2 apalagi jadi novel
Nama : Erin
IG : @tomoyo.rin
FB : Erin Friyana
Jawaban : Bisa, Mba. Apalagi konflik dan karakternya bisa dikembangkan lebih detail lagi. Banyak juga karya novel yang awalnya dari cerpen berlanjut ke novel seperti Novel Critical Eleven.
Done-Follow-Follow
IG @dewi_rieka
Twitter: @dewirieka
Jawaban: Menurutku kalau ceritanya sudah mentok untuk jadi cerpen tak perlu dikembangkan jadi novel karena nanti terasa dipaksakan untuk panjang..
Jadi mau ikut jawab juga, haha. Sepemahamanku selama ini, ada cerpen yang ceritanya bisa dikembangkan jadi novel. Tapi ada juga sih yang menurutku, justru sayang kalau dilanjut jadi novel, karena udah dapat antiklimaks-nya dan aku sebagai Pembaca cukup puas dengan ending di cerpen tersebut. Jadinya Subjektif sih emang ya :))
Kumpulan cerpen nih aku paling demen
kalo diibaratkan tayangan TV, mirip omnibus movie yak.
Kece!
Diaz Bela
@diazbela
Menurutku, nggak semua cerpen bisa lanjut dijadikan novel. Mungkin dari premis cerita bisa dikembangkan, tapi dari sisi jiwa ceritanya kadang tidak bisa. Takutnya ada kecenderungan untuk melambatkan alur atu menambah detail yang nggak relevan ke dalam cerita yang membuat cerita tersebut makin berantakan. Daripada dipaksakan menjadi novel, lebih baik dibuat buku omnibus saja, sebuah buku kumpulan cerpen 🙂
Utie Adnu
@teeadnu
Klo menurut ku klo memang sudah dijadikan cerpen gk usah lanjut jd novel krn nti ceritanya Jadi kemana2 kecuali memang dr awal dibuat dulu penasaran dgn satu tokoh
Donene follow follow
IG: @dianrestuagustina
Twitter: @dianrestoe
Biarlah cerpen jadi dirinya sendiri, enggak usah ubah takdirnya. Karena semua cerita sudah ada jalannya. Jika berakhir tak perlu dibuat versi baru. Kisahkan saja cerita lainnya yang berbeda dari cerpen itu
@febriantyrachma
Well menurutku, novel dan cerpen memang berbeda. Kalaupun cerpen mau dilanjutkan jadi novel ga salah juga yang penting dapat sasaran pembaca yang tepat yaitu penggemar novel. Makanya banyak novel yang diadopsi dari kisah nyata pemainnya dan menjadi hits ketika difilmkan karena isi nya yang pas sesuai selera pembaca.
Xixi… Yg kirim kiriman surat di laci meja, nah gimana tuh sekarang si dia kabarnya? Kalau yg disini udah jadi nyonya Ilham ya…. Eh!
Saya yg ga bisa bahasa asing kalau punya buku ini bingung ntar baca tapi gak mudeng. Wkwkwkwkkk…
Done follow-follow
Nama: Triyatni
Akun IG: @pohontomat
Akun twitter: @pohontomat
Jawaban: Menurutku seru jika isi cerpen di-panjang kali lebarkan- lagi menjadi sebuah novel. Soalnya kadang kalau udah baca cerpen udah habis rasanya pendek sekali. Kalau baca novel lebih seru apalagi banyak plot twistnya.
semoga ramai yang ikutan yaa mbaaa.. Aku juga menikmati banyak novel seru karya penulis tanah air ya
done follow follow
nama: adriana dian
IG: @adrianadian
twitter: @adrianadian
jawaban: Kalo menurut aku ide cerpen yang emang spektakuler, mesti lanjut jadi novel deh. Apalagi udah ada based cerpennya ya, jadi nggak akan terlalu sulit mengembangkannya jadi novel yaaa. Jadi, ya lanjutkan!
Done follow-follow
Nama : Wian
IG : @she_wian
Twitter : @she_wian
Jawaban :
Menurut aku sih enggak usah dilanjutin ke novel. Karena cerpen tuh lebih “menggigit” ceritanya. Khususnya untuk beberapa orang yang enggak terlalu suka membaca kisah/cerita yang terlalu panjang dan kompleks.
Done Follow Follow
Nama : Risalah Husna
IG : @risalah_husna
Twitter : @suci_risalah
Jawaban
Menurut aku, jika idenya bisa dikembangkan menjadi lebih luas, ngga ada salahnya dibuat novel. Namun, perlu diingat, kalau novel itu ‘napasnya panjang’ artinya alur, konflik, dan karakter dari tokoh dalam novel itu mesti kuat dulu. Supaya novelnya nanti ngga membosankan.
Done follow follow.
Nama: Diah K.
IG & Twitter: @dekamuslim
Jawaban: bisa iya bisa juga enggak.
Tergantung penulisnya sih.. kalau punya bahan komplit dan punya nafas panjang buat nulis, ya bikin novel aja. Tapi kalau cerpennya udah lengkap gak ada “bolong-bolongnya” ya udah tetep jadi cerpen aja. Hihi gitu kali ya 😀
Aku jawab pertanyaannya yaa, menurutku dari cerpen dilanjutkan ke novel sah aja. Asal nggak melenceng dari isi cerpen. Tapi karena aku nggak pernah bikin novel kayaknya bakal kewalahan hihi
Wahhh aku lama banget gak sempet baca cerpen, selama pandemi malah bacanya yg non fiksi, sepertinya akupun rindu baca buku. Penasaran setelah baca blogtournya
Menurutku bagus juga tuh dari ide cerpen jadi novel karena jadi lebih puas bacanya kak kalau cerpen gitu nanggung ceritanya sih menurutku hehe.
Membaca beberapa cuplikan cerpennya, memang mengena. Banyak yang akan merasa related dengan cerita tersebut. Dan kayaknya bagus, ya
Keren reviewnya mbak,vaku jadi penasaran ama bukunya. Kalau cerpen jadi novel sah2 aja, novelku rumah mande awalnya juga dari cerpen mbak
Menurutku sih, cerpen kalau memang animonya banyak yang penasaran kelanjutannya sah-sah aja sih dijadiin novel dengan cerita dan sudut pandang yang lebih deep dan lebih kaya
Menurutku sih mba, klo ceritanya udah mentok gak perlu di bikin jadi novel nanti jadinya alurnya maju mundur dn mbulet susah di pahami, tapi kalo animonya banyak yang penasaran bisa juga sih di jadikan novel.
Ya ampuunn.. untung masih keburu ikutan. Wkwk.. tapi pemenangnya banyakin dong kak, soalnya aku penasaran dan maaauuuu baca bukunya.
Done follow-follow
Ig : @ika_algifka
Twitter : @siskamee
Jawaban :
Bisa iya bisa tidak, tergantung cerpennya. Ada cerpen yang udah enak menjadi cerita pendek saja, kalau dipaksakan jadi novel jalan cerita jadi bertele-tele kayak sinetron Indonesia yang gak selesai-selesai 😂
Tapi ada juga cerpen yang berpotensi dijadikan novel, paling sering sih jenis cerpen romantis karena kebanyakan pembacanya pasti kepo mengetahui kisahnya, baik sebelum ataupun sesudah. Makanya di novel hampir selalu ada extra part.
benar juga. makasih idenya, mbak. salam kenal 🙂
Done-follow-follow
Nama: Karyati Niken
Ig; @littlebaha
Menurutku dengan dimulai dari cerpn ketika memang menarik ban banyak yag membaca, maka dilanjutkan untuk membuat novel itu penting. Supaya pembaca makin terikat. Hehe
Kalau menurutku pribadi ya kak, dibuatkan novel perlu juga apalagi dalam bahasa Inggris. Selain ini juga melatih bahasa Inggris dan menggiatkanku membaca novel kembali.
Ide-ide cerita Rijo emang selalu menarik-menarik. Suka bacanya.
hai, mbak shanty 🙂 🙂
Cerpen kudu dilanjutin jadi novel karena cerpen kan pendek ya, biar makin greget dan dpt feel cerita tuh mending ditulis lebih panjang jadi novel.
Kalo menurutku nggak selalu harus jd novel sih. Krn ada beberapa orang yg lebih nyaman membaca cerita pendek tp nggak betah membaca satu novel panjang. Memang ada yg bikin penasaran, tp cerita singkat pun gak ada salahnya, hehehe.
Hari ini terakhir yaaa. Aku mau ikutan ah
Done Follow Follow yaa
Nama : Astin Astanti
Akun Instagram : astin_astanti
Akun Twitter : astinas
jawabannya. Cerita cerita tersebut menarik banget Mbak, apalagi yang pegawai kantoran yang punya ntempat rahasia, tempat dia melepaskan penatnya, perasaannya itu menarik banget loh. Apalagi orang kantoran biasanya punya romansa yang lebih komplit loh
Kyaaa aku kelewatan tanggal nih.
Tapi ikuta meramaikan masih boleh yaMba
Jawabannya, bisa banget ide cerpen dibuat novel. Justru kita bisa eksplore lebih banyak karakter dan cerita yang mengikutinya. Kalau cerita pendek kan terbatas.