Tentang Sambal Roa dan Peluang Bisnisnya – Siapa yang enggak bisa makan kalau enggak ada rasa pedes-pedesnyaaa? Wah, samaan donk dengan saya. Enggak bisa makan kalau enggak ada campuran cabai atau sambal. Nah, seperti biasa, jelang puasa Ramadan kemarin, saya tuh nyetok sambal kemasan. Sambal ini buat jaga-jaga jika pada saat puasa, saya enggak ada tenaga buat nguleg sambal, hehe. Salah satu sambal yang sudah saya stock buat persediaan adalah sambal roa.

Teman-teman pernah dengar sambal roa enggak? Kalau orang Sulawesi sih saya yakin tahu tentang sambal ini, karena memang dari sanalah asal sambal roa. Saya juga mengetahui sambal ini dari suami yang masih keturunan Sulawesi.

Sambal roa asal Sulawesi

Dinamakan “roa” karena sambal ini terbuat dari ikan roa atau mungkin orang luar Sulawesi mengenalnya sebagai ikan julung-julung. FYI, ikan roa atau julung-julung ini merupakan spesies air laut yang endemik di pulau Sulawesi.

Meski akrab dengan orang Sulawesi, ternyata sambal roa juga bisa diterima oleh lidah banyak orang Indonesia lainnya, lho. Soalnya pedesnya sambal ini khas. Sambal ini memiliki rasa gurih dan ada aroma asap, karena sebelum dijadikan bahan sambal, ikan roanya diasapin dulu.

Penyebutan sambal roa juga bermacam-macam, tergantung asalnya. Kalau orang Manado biasa menyebutnya dengan sambal roa, sedangkan kalau di Gorontalo disebutnya sambal sagela. Lalu, di Maluku, sambal ini lebih dikenal dengan sebutan sambal galafea/ galapea.

Cabe merah adalah salah satu bahan salbal roa. Sumber foto: Pixabay.

Namun, beberapa nama sambal yang saya sebut itu ya sebenarnya bahan dasarnya sama, yakni ikan roa asap. Bawang merah, cabai merah, garam dan minyak goreng. Ada pula yang memodifikasinya dengan bahan-bahan lain, misalnya dengan menambahkan cabai rawit, jahe, gula, daun jeruk, dll. Tergantung selera dan resep turun-menurun dari nenek moyang masing-masing, kayaknya ya? 😀

Sambal roa ini bisa dipadupadankan dengan jenis makanan apa saja. Sebagai orang Jawa, saya pernah mencampur sambal roa ini dengan saat makan nasi dengan sayur sup, sayur asem, ayam goreng, ayam bumbu kecap, dll. Semuanya menurut saya cocok.

Sedangkan, orang Sulawesi, misalnya seperti orang Manado biasa makan sambel roa dicampur bubur Manado. Kalau bagi orang Gorontalo, sambal ini bisa dimakan sebagai cocolan pisang goroho, dicampur dengan bubur ayam Gorontalo, dll. Untuk mereka yang suka makanan seperti pasta, sambal ini pun cocok dipakai sebagai campuran saus aglio olia, lho. Intinya, banyak makanan yang cocok dimakan dengan sambal ini.

Resep sambal roa

Ada yang penasaran dengan resep sambal roa? Mau saya bisikkin? Hehe.

Sebenarnya saya juga belum pernah bikin sambal roa sendiri, sih, tetapi saya mendapatkan informasi resepnya dari mengikuti IG live yang diselenggarakan oleh Omar Niode Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang concern pada kualitas budaya dan kuliner Indonesia, khususnya yang berasal dari daerah Gorontalo, Sulawesi.

Dalam IG live yang diselenggarakan tanggal 1 April kemarin itu, Omar Niode Foundation yang diwakili oleh founder-nya ibu Amanda Katili mengundang beberapa narasumber yang sudah enggak asing dengan sambal roa, antara lain:

  • Ibu Lidia Tanod, salah seorang penulis buku 100 Mak Nyus Jalur Mudik (buku yang ditulis bersama almarhum Bondan Winarno).
  • Ibu Muthya Farida (Ibu Ida) owner Dapur Dango.
  • Ibu Titin Wala, owner sambal RoaRia.

Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, bahwa bahan dasar sambal roa sebenarnya sama, yakni bawang merah, cabe merah, minyak goreng, dan garam. Meski demikian ada penambahan-penambahan lain sesuai selera pembuatnya.

Begitu pula dengan ibu Lidia, ibu Ida, ibu Titin, masing-masing ternyata memiliki perbedaan dalam resep sambal roanya. Nah, dalam kesempatan IG live saat itu, ketiga narasumber berbagi resep sambalnya.

Variasi sambal roa bisa beragam tergantung selera pembuatnya,” kata ibu Lidia.

Ikan roa. Sumber foto: infopublik.id.

Ibu Lidia kemudian menceritakan resep sambal roa ibunya yang sering dibikin ketika dirinya masih kecil dulu. Kata Ibu Lidia waktu itu resep sambal roa ibunya mirip lebih mirip seperti abon, karena campuran roanya lebih banyak. Jadi, cara membuatnya cabe dan bawang merahnya ditumis, lalu roa yang sudah ditumbuk dimasukkan yang banyak, kemudian jika sudah disimpan di toples. Ibu Lidia dulu sering memakannya gitu aja pakai nasi.

Selain itu, ibu Lidia juga menceritakan bahwa ada pula temannya yang membuat sambal roa dengan menambahkan tomat. Bahkan, ada pula yang membuat sambal roa pakai terasi. Yang terakhir ini unik, karena sebenarnya yang membedakan sambal roa dan sambal terasi itu kan kalau sambal roa pakai “penyedap” dari roa, sedangkan sambal terasi pakai terasi.

Lalu, ibu Ida membeberkan resep yang merupakan ajaran dari mamanya. Mamanya ibu Lidia ini orang asli Gorontalo yang mengajari ibu Lidia gimana cara memilih, membersihkan, hingga mengolah ikan roa.

Bahan-bahan yang dipakai oleh ibu Ida untuk membuat sambal roa adalah bawang merah, cabe keriting, minyak goreng, garam. Biasanya cara bikinnnya adalah dengan menumis terlebih dahulu bawang merah sampai layu, lalu memasukkan cabe merah ke dalam tumisan bawang tersebut lalu masukkan garam.

Ibu Ida juga memberikan tips sebagai berikut:

  • Supaya warna cabe merahnya keluar, sebaiknya sebelum dicampur dengan bawang merah, keringkan dahulu cabe merahnya di wajan lain.
  • Tidak menambahkan tomat supaya awet. Namun, kalau misalnya ingin sambal roanya awet, bisa sedikit-sedikit mencampurkan sambal roa dengan tomat.
  • Kalau mau variasi rasa lain bisa ditambahkan jahe geprek atau daun jeruk.

Sedangkan, resep dari ibu Titin, sebenarnya mirip dengan ibu Ida yakni pertama cabe merah dan bawang merah dimasuk, lalu masukkan roa yang sudah ditumbuk, masukkan ke dalam botol lalu lakukan pasteurisasi supaya sambal tersebut awet. Menurut ibu Titin, untuk membuat sekitar 50 botol dibutuhkan 1,5 daging ikan roa yang ditumbuk. Ikan roa tersebut didatangkan langsung dari Sulawesi.

Saya ambil roa yang bagian punggungnya, pesan yang sudah dihaluskan, jadi saya tinggal sortir ambilin duri. Bahan-bahan lain selain roa adalah cabe rawit yang buntet-buntet, bawang merah, minyak, dan garam. Enggak pakai gula. Tapi yang penting roanya yang terasa,” jelas ibu Titin.

Berbisnis sambal roa

Meskipun sambal roa ini merupakan sambal khas daerah Sulawesi, namun kini sambal roa begitu mudah didapatkan di Jawa, khususnya area Jabodetabek tempat saya tinggal. Apalagi, sudah banyak produsen sambal roa ini, seperti Ibu Titin dengan brand sambal RoaRia-nya dan ibu Ida yang juga menyediakan sambal roa di Dapur Dango-nya.

Dalam kesempatan yang sama, ibu Titin dan ibu Ida juga menceritakan awal mula berbisnis sambal roa. Pertama, ibu Titin bercerita kalau awal mula memproduksi sambal roa ini karena menerima kiriman ikan roa dari saudara di Sulawesi.

Kemudian, ibu Titin mencoba mengolah ikan roa tersebut menjadi sambal roa. Ternyata keluarganya bilang enak. Lalu, ada salah seorang temannya yang asalnya dari Sulawesi bilang kalau kangen sambal roa dan memesan dari ibu Titin, rasanya katanya cocok. Akhirnya, ibu Titin mulai mencoba bikin sambal roa lagi dan menawarkan ke tetangga-tetangga dan kenalannya. Responnya juga cukup bagus.

Sambal RoaRia.

Awalnya, ibu Titin hanya mencoba bikin 25 botol. Kemudian, meingkat menjadi 50 botol. Kini, biasanya ibu Titin rutin membuat sambal 2-3 kali seminggu sebanyak 50 botol.

Setelah merasa mantab di bidang “persambalan” ini, kemudian ibu Titin mengurus bebrapa perizinan dan sertifikasi untuk produknya, antara lain:

  • Izin Produksi Industri Rumah Tangga (PIRT)
  • Sertifikasi Halal
  • Sertifikat Hak Kekayaan Inteektual (HAKI), dll.

Produk sambal RoaRia pun telah lulus uji analisa makanan di Laboratorium Saraswanti. Artinya produk sambal bikinan ibu Titin ini tidak mengandung pengawet, borax, dan bahan-bahan kimia lainnya, sehingga aman untuk dikonsumsi.

Ibu Titin pun bergabung dengan beberapa komunitas pengusaha untuk mendapatkan informasi mengenai penjualan/ pameran dan info-info penting lainnya. Ibu Titin memberi saran, jika menjual produk sambal seperti ini usahakan memberikan tester, supaya pelanggan bisa mencoba rasa sambalnya sebelum memutuskan membeli. Kata ibu Titin, dari yang udah-udah, pelanggan yang  sempat mencicipi sambal malah membeli produk lebih banyak ketimbang rencana pembelian sebelumnya. 

Produk sambal RoaRia ibu Titin tersedia dalam satu level rasa pedas, namun menurut ibu Titin, kalau ada pelanggan mau menikmati rasa sambal yang lebih pedas atau sebaliknya dikurangi rasa pedasnya, bisa order juga. Untuk customize rasa pedasnya, minimal belinya 10 botol. Saat ini produk ibu Titin bisa didapatkan di online marketplace seperti Blibli, Pesona Nusantara JNE, dll. Tinggal searching aja “Sambal Roa Ria”.

Ibu Titin juga sangat memperhatikan kemasan sambal roanya. Dengan metode pasteurisasi sambal roanya bisa bertahan satu tahun. Meski demikian, di kemasannya, ibu Titin memberi batas waktu maksimal 8 bulan. Namun, kalau saya rasa sih, buat penggemar sambal, enggak sampai sebulan juga pasti bakal habis tuh sambelnya sebotol, hehe.

Sedangkan, ibu Ida, saat ini juga berjualan online lewat instagramnya @dapur_dango. Saat ini, sama seperti ibu Titin, Dapur Dango juga menyediakan satu level kepedasan. Namun, buat yang ingin sambelnya lebih pedas, ibu Ida memasukkan potongan cabai ke dalam sambal tersebut, sehingga kalau pelanggannya ingin rasa yang lebih pedas bisa mencampurkan/ mithesin sendiri cabai-cabai tersebut.

IG live yang ngobrolin tentang sambal roa.

Yaaa, gimanapun, yang namanya orang Indonesia sepertinya banyak yang suka dengan rasa pedas ya teman-teman? Maka, peluang untuk memproduksi dan menjual sambal ini masih besar. Bahkan, menurut ibu Titin dan ibu Ida, penggemar sambalnya juga banyak yang tinggal atau berasal dari mancanegara.

Yang namanya sambal memang tak lepas dari kehidupan masyarakat Indonesia. Ada seorang peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada (UGM) yakni Prof. Mudjiati Garjito mengatakan bahwa rasa pedas dari sambal sesungguhnya bagi masyarakat Indonesia bukan sekadar rasa saja. Namun, sambal ini direfleksikan secara historis sebagai unsur pusaka dalam pembentukan cita rasa kuliner Indonesia.

Menurut Prof. Mudjiati, setidaknya ada 257 macam sambal di seluruh wilayah Indonesua. 138 sambal dikategorikan sebagai sambal yang dimasak, sedangkan yang 119 lainnya masuk kategori sambal mentah. Begitu banyak jumlahnya, karena hampir semua daerah di Indonesia memiliki sambal. Sambal-sambal tersebut memiliki cita rasa yang khas dan unik yang menggambarkan potensi daerah masing-masing.

Seperti halnya sambal roa yang berasal dari Sulawesi, di mana di perairan Sulawesi, banyak terdapat ikan roa. Daerah-daerah lain tentu juga punya sambal uniknya sendiri. Tugas kita adalah mempertahankan resep-resep sambal nusantara tersebut, supaya anak cucu kita masih bisa merasakan enaknya rasa pedas khas nusantara. Setuju? 😀

Itulah teman-teman, sedikit informasi mengenai sambal roa. Setelah membaca postingan ini, gimana pendapat teman-teman? Ada yang mau bikin sambal roa sendiri? Ada yang mau beli sambal roa jadi? Atau mungkin tertarik berbisnis sambal roa? Share rencana teman-teman di kolom komentar yaaa 😀 .

April Hamsa