Sampahku Tanggung Jawabku.”

Yeah, memang seharusnya begitu ya, teman-teman? Sampah kita, seperti bekas bungkus makanan atau bekas botol air mineral yang habis kita konsumsi, menjadi tanggung jawab kita pribadi. Tentu saja, sebaiknya buanglah sampah tersebut ke tempat yang telah disediakan. Namun, apabila kondisinya adalah kita enggak nemu tempat sampah, ya kantongin aja dulu.

Sayangnya, saya sering melihat hal yang sebaliknya. Masih banyak orang yang enggak peduli dengan sampahnya sendiri. Lebih sebel lagi kalau melihat seorang ibu, abis ngasi anaknya makanan kemasan, trus si ibu ini buang bekas bungkusnya sembarangan. Hiks, gimana mau ngajarin anak bertanggung jawab tentang sampah, kalau ibunya sendiri kayak gitu. Gemeeess.

Mengajari prinsip “Sampahku Tanggung Jawabku” ke anak sangat penting

Semoga kita, khususnya yang udah jadi moms, tidak seperti itu yaaa #ntms. Kita harus selalu ingat untuk mengajarkan prinsip “Sampahku Tanggung Jawabku” ini ke anak-anak kita. Tentu saja, dimulai dari diri kita sendiri, sebagai moms, dengan memberi contoh yang baik.

Yuk moms, ajari anak kita mengenal dan mengelola sampah sedini mungkin.

Mengapa sih ngajarin anak bertanggung jawab pada sampahnya sangat penting? Ada beberapa alasan:

  • Karena anak akan mewarisi bumi/ lingkungan yang jadi tempat tinggal kita sekarang ini.
  • Supaya sampai kelak anak-anak kita dewasa lingkungan kita tetap lestari.
  • Agar kehidupan (anak-anak) di masa mendatang lebih baik karena lebih minim sampah, dll.

Mengedukasi anak-anak tentang sampah biasanya lebih gampang lho, ketimbang ngasi tahu orang dewasa. Kadang nih, kalau kita mengedukasi, misalnya menegur orang tua yang buang sampah sembarangan, biasanya belum tentu penerimaannya baik. Yang ada kadang dianya balik nyolot, “Sampah-sampah gue, terserah donk mau gue apain?” Haha.

Berbeda kalau kita ngajarin anak kecil. Mereka lebih nurut kalau dijelaskan mengapa harus bertanggung jawab pada sampahnya sendiri. Apalagi kalau diberi contoh oleh orang tua atau gurunya, anak biasanya akan langsung meniru dengan perilaku positifnya dalam memperlakukan sampah.

Peluncuran buku Sampahku Tanggung Jawabku

Nah, menyadari bahwa nasehatin anak kecil lebih gampang daripada menasihati yang udah gede, Danone AQUA menggandeng beberapa stakeholder, baik dari sektor pemerintah maupun LSM untuk menerbitkan sebuah buku panduan pembelajaran tentang cara mengelola sampah. Penerbitan buku ini masih dalam rangka campaign Danone AQUA yang bertajuk #BijakBerplastik.

Buku Sampahku Tanggung Jawabku untuk panduan mengajari anak SD tentang sampah.

Buku dengan judul “Sampahku Tanggung Jawabku” ini disusun oleh Danone AQUA bersama Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Indonesia, serta yayasan Lentera Anak. Buku ini sudah dilaunching pada tanggal 26 November lalu di The Westin Jakarta.

Presiden Direktur Danone AQUA Ibu Corine Tap dalam kesempatan itu mengatakan bahwa permasalahan sampah di Indonesia hanya bisa diselesaikan apabila ada kerja sama atau kolaborasi dari banyak pihak. Itulah sebabnya, Danone AQUA berinisiatif untuk memulai langkah/ kegiatan semacam ini.

#BijakBerplastik merupakan bagian dari upaya keberlanjutan Danone AQUA yang menekankan pada kolaborasi multipihak. Melalui peluncuran buku panduan ini, kami selangkah lebih dekat dengan target untk menyebarkan edukasi #BijakBerplastik kepada seratus juta orang pada tahun dua ribu dua puluh lima,” kata Ibu Corine Tap pada saat acara launching buku Sampahku Tanggung Jawabku berlangsung.

BTW, buku ini sebenarnya enggak langsung untuk anak sih, melainkan dibuat untuk bapak ibu guru/ orang tua si anak. Tujuannya sebagai panduan langkah-langkah mengajari anak untuk lebih mengenal sampah dan bagaimana cara mengelolanya.

Peluncuran buku Sampahku Tanggung Jawabku.

Oh iya, kalau ada pertanyaan mengapa sih kok Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi juga dilibatkan? Soalnya, sampah-sampah yang dibuang di tanah atau (lebih miris lagi) di sungai, sering lari ke laut. Akibatnya, laut jadi tercemar sampah, khususnya limbah plastik. Enggak cuma bikin kotor, namun membuat ikan-ikan yang ada di laut makan plastik.

Udah sering kan kita dengar dari media ada ikan mati terdampar di pantai trus di perutnya ditemukan sampah plastik. Bayangkan apa yang terjadi apabila ikan yang sehari-harinya makan plastik trus ditangkap oleh nelayan, kita beli, lalu kita masak untuk keluarga kita? Berarti, kita dan anak-anak kita bisa jadi makan daging ikan yang mungkin kandungannya juga plastik donk, hiks.

Oleh karena itulah, Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi juga sengaja dilibatkan. Supaya dalam buku panduan tersebut juga bisa dilampirkan dampak dari membuang sampah ke sungai atau laut. Sedangkan, Universitas Indonesia dilibatkan untuk mengembangkan materi pengayaan untuk guru dan Lentera Anak bertugas membuat bahan pembelajaran yang gampang dipahami oleh anak.

Buku Sampahku Tanggung Jawabku.

Sampah yang dibuang ke tanah bisa sampai ke laut juga karena hujan atau aliran air juga. Bisa juga kalau bertahan di tanah nanti akan merusak tanah. Yang lebih mengerikan kalau sampah khususnya plastik dimakan ikan, lalu ikan ini dimakan anak, bagaimana?” kata Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Bapak Agung Kuswandono.

Bapak Agung Kuswandono juga mengapresiasi peluncuran buku Sampahku Tanggung Jawabku karena saat ini dari pihak pemerintah sendiri memang tengah berusaha mengurangi dampak negatif dari sampah plastik, khususnya yang banyak dibuang ke laut. Bapak Agung Kuswandono juga berharap, buku ini bisa diterapkan ke semua sekolah di Indonesia, enggak hanya di tingkat dasar (SD) saja, namun bisa sampai tingkat SMP dan SMA. 

Waktu acara peluncuran buku Sampahku Tanggung Jawabku juga hadir Puteri Indonesia ke-9 Artika Sari Devi yang sharing tentang bagaimana caranya memperkenalkan sampah kepada anak-anaknya. Menurut Artika Sari Devi mengajari anak tentang sampah sedini mungkin sangat penting, minimal membuat anak enggak akan memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan. Hal ini sama pentingnya dengan mengajari anak mengenai tanggung jawab, khususnya pada sampah mereka sendiri.

Talkshow di acara launching buku Sampahku Tanggung Jawabku.

Dari kecil anak-anak saya ajari untuk memegang bekas sampah mereka sampai nanti ketemu tempat sampah. Saya juga mengatakan kepada anak-anak kalau sampah juga nisa menjadi barang berguna, misal membuat botol plastik jadi prakarta lalu dijual seperti di bisnis day sekolah mereka,” tutur Artika Sari Devi.

Direktur Pembinaan Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dr. H. Khamim, M.Pd yang juga hadir di acara launching buku Sampahku Tanggung Jawabku hari itu, juga menanggapi bahwa kolaborasi antar stakeholder ini sangat baik. Apalagi sasaran dari buku pedoman ini sebenarnya ya anak didik. Dr. Khamim mengatakan bahwa usia anak setingkat sekolah dasar merupakan usia yang krusial dalam membentuk perilaku anak, termasuk membiasakan anak mengelola sampahnya sendiri.

Kolaborasi ini sesuai dengan program kementerian di mana saat ini pendidikan menitikberatkan pada pembangunan karakter anak didik, termasuk di antaranya perilaku positif yang salah satunya adalah mengenali sampah dan tahu apa dampak dan manfaatnya,” ujar Dr. Khamim. 

Perwakilan guru yang mengikuti ToT di acara peluncuran buku Sampahku Tanggung Jawabku.

FYI, buku Sampahku Tanggung Jawabku ini, rencananya akan didistribusikan ke sekolah-sekolah dasar di seluruh Indonesia. Namun, sebagai permulaan, buku diberikan ke 75 perwakilan sekolah dari Sabang sampai Merauke terlebih dahulu. Bersamaan dengan launching buku, Danone AQUA juga menyelenggarakan Training of Trainers (ToT) yang melibatkan 150 guru dari perwakilan 75 sekolah dari 20 provinsi di Indonesia.

Penasaran bukunya seperti apa? Kebetulan, alhamdulillah, saya dapat nih. Sekalian melalui tulisan ini, saya akan ulas sedikit tentang bukunya ya 🙂 .

Review singkat buku Sampahku Tanggung Jawabku

Ada dua buku yang diluncurkan. Buku itu judulnya sama sih, yakni:

Sampahku Tanggung Jawabku: Buku Panduan Pembelajaran tentang Pengelolaan Sampah untuk Guru Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah”.

Saya kurang paham mengapa judul kedua buku itu sama, namun untuk membedakannya kita sebuat aja Buku A dan Buku B ya?

Buku A sampulnya tuh seperti menggambarkan kondisi ombak/ lautan, sedangkan Buku B di cover-nya ada gambar guru sedang mengajari anak didiknya di kelas. Meski demikian, kedua buku tersebut punya warna dasar yang sama yakni biru dan putih.

Sedangkan untuk isi atau materi dalam bukunya:

Buku A

Secara umum, ada tiga topik dalam buku ini, yakni:

  • Apa Itu Sampah?
  • Perjalanan Sampah
  • Aksiku: Sampahku Tanggung Jawabku.

Buku A berisi materi pembelajaran untuk anak didik.

Namun, materi pembelajarannya dibedakan menjadi dua, pertama untuk anak SD kelas 1,2,3, dan kedua buat kelas 4,5, 6. Kalau untuk kelas 1,2,3 dibuat lebih simple. Misal, untuk topik pertama, anak kelas 1,2,3 diperkenalkan dulu tentang apa itu sampah. Pokoknya seperti bekas atau sisa makanan, bungkus, yang bisa dibuang, dll itulah sampah. Sedangkan pengertian sampah yang dijarkan ke anak kelas 4,5,6 lebih kompleks. Anak diajari membedakan sampah berdasarkan jenisnya, ada sampah kertas, plastik, sampah mudah terurai, sampah B3, dll.

Selain materi pembelajaran, buku ini juga dilengkapi dengan lampiran yang support materi pembelajaran. Misalnya, ada kartu jenis-jenis sampah atau gambar ekpresi wajah anak yang menanggapi tentang perjalanan sampah.

Buku B

Sedangkan Buku B ini lebih ke pengayaan materi tentang sampah yang bisa dibaca guru untuk kemudian diceritakan/ diinformasikan kembali ke anak didiknya dengan bahasa yang lebih mudah. Ada empat bab penting dalam buku ini, yakni:

  • Apakah Sampah Kita Menjadi Bom Waktu?
  • Ada Apa dengan Manusia dan Sampah?
  • Mengapa Sampah Berbahaya?
  • Apa Usaha Kita untuk Mengatasi Masalah Sampah?

Buku B berisi informasi mengenai sampah.

Selain menginformasikan kembali isi buku ke anak didiknya, guru diharapkan juga bisa praktik bersama anak didik dalam rangka pengelolaan sampahnya. Misalnya nih, di Buku B ini ada informasi tentang bagaimana cara mendaur ulang atau memperlakukan sampah dll.

Nah, itulah informasi mengenai peluncuran buku Sampahku Tanggung Jawabku yang merupakan bagian dari campaign Bijak Berplastik-nya Danone AQUA dan review singkat tentang bukunya. Semoga buku Sampahku Tanggung Jawabku ini sampai ke sekolah anak-anak kita yaaa 🙂 .

April Hamsa