β€œMbak, ini buat apa?” Tanya saya kepada Mbak-mbak Sales Promotion Girl (SPG) di Bagian Kosmetika di salah satu mall.

β€œIni BB Cream, Bu. Fungsinya bisa untuk alas bedak dan melembabkan juga.”

β€œOoo…”

Sebenarnya, saya tahu sih tentang BB Cream. Baik dari grup WhatsApp (WA) emak-emak maupun dari seringnya saya blog walking (BW) ke teman-teman Beauty Blogger. Tadinya, saya kepengen bertanya tentang lipstick, tapi ragu, hihihi.

β€œGimana, jadi beli lipstick, enggak?” Tiba-tiba suami saya muncul di samping saya.

β€œPsssssttt, enggak jadi.”

Cepat-cepat saya geret suami saya pergi dari Counter Kosmetika, setelah berterima kasih dan berpamitan sama Mbak-mbak SPG-nya.

β€œKok, enggak jadi, kenapa?” Tanya suami, saat kami sudah agak jauh.

β€œEnggak, ah. Bingung kapan makainya,” jawab saya, singkat.

Suami pun maklum kalau istrinya bilang β€œenggak” berarti β€œenggak”. Hihihi.

Beberapa hari lalu, saya memang berniat memberi lipstick, sebab minggu depan akan menghadiri undangan pernikahan mantan teman sekantor saya. Maunya sih tampil sedikit berbeda, gitu. Ya, meski enggak pakai make up lengkap, minimal pakai polesan lipstick di bibir. Selama ini, saya enggak pernah memakai make up saat pergi kemana-mana. Saya (kata orang) memang tomboy sejak kecil. Dua kali wisuda, enggak ada foto diri cantik memakai toga denganΒ make up.Β “Beruntung” saat kerja, satu perusahaan saat itu 95% pegawainya cowok. Maka kewajiban memakaiΒ make up itu rasanya enggak ada. Setelah menjadi emak-emak, saya tak kunjung mengubah penampilan dengan make up. Riasan sehari-hari di wajah saya cuma bedak. Itu pun luntur setelah capek main sama anak-anak, hihihi. Seingat saya, terakhir memakai pewarna bibir sekitar 4 tahun lalu di pernikahan saudara sepupu saya. Itu fotonya ada di profil blog ini, yang memakai kebaya dan jilbab kuning. Hahaha, parah, ya?

Satu-satunya alat make up saya untuk riasan wajah di rumah.

Sesungguhnya saya masih bingung, kenapa perempuan memakai lipstick dan make up lainnya. Pernah suatu kali di grup WA emak-emak yang saya ikuti, saya menanyakannya. Tentu saja, sebelumnya saya minta maaf dan memohon supaya enggak di-bully. Untungnya emak-emak di grup WA saya baik-baik. Mereka menanggapi pertanyaan saya dengan santai.

β€œSupaya wajah cerah, Pril.”

β€œSupaya keliatan cantik, enggak kayak orang bangun tidur.”

β€œSupaya enggak pucet.”

Dan beberapa jawaban lain saya dapatkan dari mereka.

Kemudian ternyata ada beberapa emak-emak yang sharing tentang make up-nya membuat saya kaget. Salah satunya seorang emak yang saya tahu selama ini berpenampilan cantik banget terutama kalau ngantor, mengatakan bahwa dulunya dia juga enggak suka ber-make up. Bahkan ibu mertuanya pernah menyindirnya, β€œBerangkat ke kantor kok seperti orang baru bangun tidur?” Tapi, begitu mencoba memakai make up, eh ternyata make up ini baginya tak lagi β€œmenakutkan”. Lha, dia kan ngantor, ya? Saya kan di rumah ajah? (hahaha, ampuuuunn, alasan mulu, ya? Jangan di-bully, yak! Please!”).

Beberapa waktu lalu, di grup WA emak-emak yang sama juga lagi ramai ngebahas lipstick. Sampai ada yang jualan bahkan mengadakan giveway berhadiah lipstick. Saya makin kepengen membeli lipstick baru. Lipstick lama saya, yang terakhir saya pakai di pernikahan sepupu, ketlisut entah dimana. Tapi, lagi-lagi, begitu sampai di Counter Kosmetika, kejadiannya ya seperti di awal tulisan saya di atas, tadi πŸ˜› .

BTW, diam-diam saya kagum sama perempuan-perempuan yang memakai riasan/ make up, lho. Ada seorang mbak-mbak yang apabila saya pulang dari bepergian sekitar jam lima sore, pasti ketemu dan barengan sama dia naik angkot-nya. Si mbak-mbak ini sesore itu wajahnya masih cantik dengan sapuan make up yang bagus banget. Make up yang bagus menurut saya itu yang enggak menor dan malah membuat pemakainya menjadi semakin cantik. Soalnya kan enggak sedikit ada ya, perempuan pakai make up, bukannya cantik malah terlihat mengerikan? Soalnya terlalu tebal riasannya dan enggak cocok sama situasinya. Tapi, si mbak-mbak yang selalu kebetulan ketemu saya kalau saya pulang jam lima sore itu, cantik sekali.

Saya juga kagum sama beberapa Beauty Blogger yang saya kenal, baik yang pernah kopdaran maupun yang sekedar saya kunjungi blognya. Make up yang dikenakan oleh mereka nampak bagus. Membuat saya ngiri ingin tampil seperti itu juga. Ah, namun saya masih malu-malu mengenakan make up. Jadi, menanggapi tulisan Lia Harahap di website Kumpulan Emak Blogger (KEB) yang bejudul β€œBerani No Make Up?”, ya sudah pasti ketebak apa jawaban saya. Tapi, lebih tepatnya bukan β€œberani” atau β€œenggak berani” ya? Melainkan karena saya masih β€œmalu-malu kucing” memakai make up. Mengapa saya menyebutnya β€œmalu-malu kucing”? Psssssttt, saya mau buka rahasia ya? Sebab, di rumah saya suka iseng foto-foto dengan aplikasi make up menggunakan handphone. Hasil foto-foto itu suka saya kirim ke suami saya, hehehe.

Atas: penampilan asli saya, bawah: penampilan cantik saya pakai aplikasi make up πŸ˜› .

Ya, mungkin saat ini saya bisa dikatakan belum mendapat β€œhidayah” untuk memakai make up lengkap. Namun, siapa tahu kan, suatu saat nanti, berawal dari kekaguman lalu saya bisa memakai riasan beneran? Enggak sekedar ber-make up pakai aplikasi, hehe πŸ˜› . Namun, saya menerapkan beberapa hal untuk kosmetika yang akan saya pakai nanti:

Kosmetika yang saya gunakan untuk ber-make up harus halal.

Saya muslimah, sudah pasti harus memastikan bahwa kosmetika yang saya pakai halal. Kalau di Indonesia untungnya sudah banyak kosmetik yang mendapatkan label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Kosmetika yang memiliki kode dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang legal.

Ini hal paling penting. Kulit saya sangat sensitif, jadi tidak sembarang kosmetika bisa saya gunakan. Satu-satunya alat make up saya, yakni bedak yang saya pakai sampai saat ini, termasuk yang cocok buat kulit saya. Oleh sebab itu saya mesti memastikan bahwa bahan-bahan dalam kosmetika itu aman atau tidak.

Kosmetika yang jelas tanggal kadaluwarsanya.

Ini juga suatu keharusan. Kalau enggak jelas kapan tanggal kadaluwarsanya saya enggak akan pakai. Takut kulit jadi makin rusak.

Kosmetika yang enggak diujicobakan pada hewan.

Saya pecinta hewan dan sangat sedih kalau mengingat kosmetika yang saya pakai diujicobakan pada hewan, hiks. Pernah suatu kali saya mendapatkan kosmetika sebagai hadiah, namun belakangan saya ketahui bahwa kosmetika itu diujicobakan kepada hewan. Itu membuat saya enggak bisa tidur, hiks.

Ya, saya rasa sekian saja pandangan saya tentang dandan dan make up. Saya masih menunggu β€œhidayah” ber-make up datang, hihihi. Sekali lagi jangan bully saya, ya, ladies! Doakan saja! Terima kasiiiihhh πŸ™‚ .

Depok, 20 September 2016

April Hamsa