Yooo begunulaaah. Jadi, kemarin, tanggal 20 November 2020, Mas Menteri Pendidikan bersama pejabat dari beberapa kementerian lainnya dan juga perwakilan satgas Covid-19, akhirnya mengumumkan tentang kepastian (diperbolehkannya) pembukaan sekolah. Mereka bilang sekolah boleh buka, nanti, pada semester genap yang jatuh pada Januari 2021. Wooohh, ini kayaknya jelas kebahagiaan buat para orang tua dan anak yang udah jenuh dengan PJJ online-online ya? Namun, buat mereka yang masih khawatir dengan bahaya Covid-19 gimana yaaa? Sudah siap belum nih, bunda-bunda melepas si kecil ke sekolah Januari 2021 nanti?
Oh iya, sebelumnya, buat teman-teman, khususnya orang tua yang anaknya usia sekolah dan belum tahu keputusan Mas Menteri dkk kemarin, saya coba tuliskan rangkumannya yaaa:
- Sekolah boleh dibuka, namun tidak diwajibkan. Mengapa sekolah boleh dibuka? Karena menurut bapak-bapak pemangku kebijakan tersebut, di lapangan makin banyak data anak putus sekolah dan harus bekerja, lalu khawatir terjadi learning loss (googling aja dah), ketidakoptimalan pertumbuhan, kesenjangan capaian belajar, khawatir anak stress , lalu tingkat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang katanya makin meningkat (yaaa kek kasus-kasus viral emak-emak memarahi anaknya itu lhooo).
- Kewenangan pembukaan sekolah diserahkan kepada pemerintah daerah masing-masing. Alasannya, karena pemerintah daerah merupakan pihak yang paling memahami kondisi, kebutuhan, serta kapasitas daerahnya. Dimana tiap daerah pastinya bervariasi ya soal ini.
- Apabila ingin membuka sekolah, maka sekolah harus menyediakan protokol kesehatan ketat yang dibutuhkan, agar anak-anak terhindar dari risiko tertular Covid-19.
- Meski demikian, tentu saja menentukan pembukaan sekolah harus tiga tetap sektor, yakni pemerintah daerahnya, sekolahnya, serta orang tua (komite sekolah). Intinya kalau ada pihak yang keberatan, ya enggak pa pa enggak buka sekolah atau tidak mengizinkan anaknya sekolah dulu.
Pengumuman pembukaan sekolah Januari 2021 kemarin. Sumber foto: media sosial Kemendikbud RI.
Hmmm, apalagi yaaa? Kayaknya sih saya menangkap itulah intinya. Cuma, kalau teman-teman masih penasaran dengan penjelasan lengkapnya bisa langsung ke channel YouTube Kemendikbud RI atau download PDF Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Semester Genap Tahun Ajaran dan Tahun Akademik 2020/ 2021 di Masa Pandemi Covid-19 (klik aja) ini yaaa. Ini saya dapat dari grup WA 😛 .
Balik lagi ke kesiapan orang tua melepas anaknya ke sekolah pada Januari 2021, linimasa saya terpecah dua kubu neh, hehe. Kubu setuju dan tentu saja kubu tidak setuju karena situasi pandemi masih seperti sekarang, grafik makin meningkat kayak PV blog #keluargahamsa (wkwkwk, candaaa, bu-ibuk, jangan tegang-tegang donk ah 😀 😛 ).
Tetapi, emang ciyus lho, kapan hari kan udah nembus angka 5000 ya? Kayaknya ini lonjakan setelah libur cuti bersama akhir Oktober kemarin, gitu. Bahkan bisa jadi angkanya lebih besar, namun karena tes kurang? Ah, sudahlah… Trus, belakangan makin sering dengar circle terdekat positif 🙁 . Namun, sekolah mau dibuka? Hmmm.
Trus, keinget, Desember katanya mau ada event akbar bernama Pilkada serentak, plus ada liburan Natal dan Tahun Baru juga (saya sih berharap acara-acara kayak gitu dibatalin aja). Namun, sekolah mau dibuka bulan depannya? Hmmm (lagi).
Ya, saya paham, sepatu tiap orang enggak sama ya? Ada keluarga yang memang keberatan sekali dengan PJJ karena mungkin enggak ada biaya buat beli kuota, enggak bisa menemani si anak belajar karena harus bekerja, serta beberapa faktor lainnya, seperti anak butuh bersosialisasi, anak kelas besar yang tahun depannya akan lulus, dll. Ya, sudahlah, kalau memang keputusannya begitu. Saya cuma bisa menyarankan pastikan si anak maupun sekolahnya ketat banget, tanpa ada celah, menjalankan protokol kesehatan dengan baik ya. Trus, kalau bisa semua warga di sekolah (termasuk wali murid) konsisten untuk saling menjaga kesehatan keluarga masing-masing.
Update:
BTW, saya baru baca artikel nih, ada sekolah yang siap tatap muka dan mereka berinisiatif membentuk Satgas Covid-19 gitu di sekolahnya, yang terdiri dari tim sekolah dan orang tua yang memiliki latar belakang dokter, psikolog, IT, dll (googling aja). Tim ini yang akan selalu mengedukasi warga sekolah tentang kondisi Covid-19 terupdate dan mengingatkan untuk selalu patuh pada protokol kesehatan. Bisa kali ya diusulkan ke sekolah, sebelum akhirnya sekolah benar-benar dibuka? Jadi, ada pengontrolnya gitu?
Naik-naik ke puncak seperti PV blog ini #eh. Sumber: FB Kawal Covid.
Cuma, saya pribadi concern-nya ke orang tua, bunda-bunda, yang masih khawatir anak-anaknya masuk sekolah Januari 2021 mendatang. Soalnya, saya termasuk tim orang tua yang ini.
Terus terang ya, saya buka-bukaan nih di sini, sekolah anak-anak saya tuh sebenarnya udah buka Juli lalu. Saya enggak tahu sekolah dapat izin dari diknas setempat atau enggak ya, karena kalau lihat aplikasi, zona sekolah tuh masih merah membara, huhuhu. Namun, selama anak saya diizinkan belajar online dari rumah, saya enggak akan ungkit.
Jadi, kalau di kelas anak saya yang usia SD, siswa dibagi menjadi 4 kelompok dari sekitar 18 atau 19 siswa gitu. 3 kelompok tatap muka dan 1 kelompok PJJ. Eh, ini tiap kelas enggak sama, karena enggak semua kelas ada anak PJJ. Di kelas anak saya pun cuma 3 orang aja yang memilih belajar dari rumah. Minoritas banget, pokoke.
Lalu, kadang saya merasa sekolah enggak terlalu suka dengan mereka yang memilih PJJ ini, kayak merasa keberatan gitu 🙁 . Pernah suatu kali sekolah rapat komite mau menghapus kelompok PJJ. Namun qodarullah ada warga tetangga sekolah (satu keluarga) kena Covid-19. Para orang tua di komite sekolah pun masih ngebelain yang memilih online-online, sehingga opsi itu pun dihapus. Hasilnya, anak yang PJJ tetap belajar dari rumah hingga sekarang.
Belum lagi saya kurang sreg dengan protokol kesehatan yang masih sering diabaikan. Soalnya, tiap seminggu sekali saya ambil modul ke sekolah, saya melihat masih ada aja pegawai, guru, murid, bahkan orang tua murid yang menjemput anak sekolah tuh enggak bermasker. Ada masker pun kadang yo cuma dipakai buat kalung 🙁 .
Selama vaksin belum ada saya berharap sekolah tidak mewajibkan anak tatap muka semua.
Lalu, saya membayangkan, nanti kalau semua sekolah jadi tatap muka, sepanjang perjalanan pergi-pulang sekolah pasti akan makin banyak lagi ketemu orang/ anak sekolah lainnya. Risiko tertular bertambah besar. Makanya, saya masih khawatir sekali, kalau anak-anak ke sekolah Januari 2021 nanti.
Kalau harapan saya sebagai orang tua yang masih kepengen PJJ lanjut sampai ada vaksin sih, yaaa, ngarepnya pemerintah daerah dan sekolah enggak ngotot mewajibkan semua anak tatap muka. Saya berharap, sekolah (khususnya sekolah anak-anak saya) juga masih memfasilitasi mereka yang masih ingin anak belajar dari rumah aja.
Saya memegang kata-kata Mas Menteri kemarin, sekolah boleh buka, namun tidak diwajibkan. Daaan, orang tua tetap punya kewenangan mengizinkan anaknya sekolah atau enggak. Jadi, sebenarnya yang bikin kebijakan ya tetep emak-emaknya iniiii… Tapi yo embuh, kalau sekolahnya tiba-tiba mewajibkan 🙁 . Saya sendiri masih wait and see, sambil doa yang kenceng, tentu saja.
Daaan, saya berharap semua pemerintah daerah MEWAJIBKAN sekolah untuk tetap menyediakan opsi pembelajaran secara daring untuk memfasilitasi orang tua/ murid yang belum siap dengan tatap muka di sekolah.
Yang pasti adalah keselamatan dan kesehatan anak nomor satu sih ya?
Buat ortu-ortu di luar sana yang bingung mengambil keputusan masukin anak sekolah atau enggak Januari 2021 nanti, saran saya sih, dipikirkan matang-matang aja dulu. Ditimbang dahulu baik buruknya. Kalau perlu istikhoroh bun, libatkan Tuhan. Sampai sekarang dalam sujud saya juga mohon dimudahkan sama Allah soal masa depan dan pendidikan anak-anak saya ini, hiks.
Oh iya, denger-denger vaksin juga udah mulai terlihat hilalnya ya? Dapat kabar dari teman di WAG juga, sih. Cuma, saya enggak tahu itu hoax atau enggak, karena beritanya juga masih simpang siur. Saya pribadi sih berharap itu benar, tahun 2021 segera ada vaksin buat penyakit Covid-19 ini, sehingga para orang tua bisa legaan dikit lha, soal melepas anak ke sekolah. Saya juga ingin anak-anak saya ke sekolah, sungguh…
Doa terbaik buat semua anak kita ya bunda-bundaaa…
Selalu jaga kesehatan fisik dan kewarasan keluarga kita…
Semoga Allah SWT melindungi kita semua, aamiin.
April Hamsa
aku ini termasuk yang masih was-was
tapi kasihan juga niih
karena anakku kan baru masuk sma
masa2 indah tuh masa sekolah
yg penting bismillah aja deh
meski kemarin nulis survey blm setuju kalau tatap muka
tapi ngikut pemerintah aja deh gimana baiknya
iya ya mbak, emang dilema.. .
makanya manut aja, pasti pemerintah punya pertinmbangan juga
dielmatis emang mbak, aku sih apa saja oke…pjj boleh tatap muka gpp asal sesuai protokol, anak anakku sih mayan da pada paham soal protokol
gimana baiknya menurut pemerintah aja lah
Aku memang gak punya anak yang sekolah di pendidikan dasar dan lanjutan. Tapi misal punya, bakal memilih PJJ, ponakanku masih PJJ semua yang tinggal di Semarang. Sedih loh kalo sekolah mewajibkan muridnya tatap muka. Sementara protokol kesehatan kendor, bikin bunda-bunda was-was kalo kondisinya seperti itu
Aku siap gak siap melepas anak sekolah lagi ini, masih memantau aja dulu sampai hari H-nya nanti.
Circle keluarga ya udah banyak juga sekarang yang kena. Sekolahnya mematuhi, tapi orangtuanay di rumah gimana? nah ini yang aku takutkan sih karen amasih ada yg cuek juga. Kemarin sih anakku ada pembagian raport gitu aku isiny a belum mengizinkan
Kalo liat paparan dari mas menteri, selama PJJ kemarin aja banyak anak yang putus sekolah ya.. serem juga kalo satu generasi akan loss learning.. bagi yang ngga bisa ngejar ketinggalan gimana huhu.. semoga suasananya semakin baik dan anak anak bisa bersekolah ya
Aku sudah tak punya anak usia sekolah. Tapi membayangkan bahwa sekolah akan buka lagi, sungguh bikin hati deg2an. Kalau sekolahnya siap sih gak apa-apa. Namun ya..protokol kesehatan kan harus dijalankan secara ketat setiap hari, menimbulkan pertanyaan bagi saya, bisa disiplin gak? Tapi membiarkan anak sekolah dari rumah terus menerus juga gak akan menyelesaikan masalah. Duh, kok saya jadi ikut pusing ya..:)
Mba April, ternyata sekolah anak kita sama ya modelnya. Soalnya Juli or Agustus udah buka khusus kelas 1 SD biar gak blank banget katanya. Itu masuknya juga shift dan 1 guru 7 murid gitu kabarnya.
Aku bingung pol sih, secara peer banget 3 anak PJJ plus ada batita. Tapi gak siap kalau harus masuk dulu. Pun aku nggak tahu apakah ada yg akan membelaku sebagai ortu yg maunya PJJ aja. Soalnya kayak udah pada santuy bosen sebel gitu (ya gak mereka doang padahal ya).
Sekolah anak2 jg guru, pegawai dsb santuy bgt no masker. Tiap ambil modul ya ampun deh pengen buru2 kabur. Belum lama ini Klaten rekok 200an org kena karena kampanye treng teng teng 😛
Sementara sekolah negeri, sekolah alam udah masuk :))
Nih barusan banget aku ada kiriman angket yang mesti diisi ortu paling telat 25 Desember..sekolah Rafa..SMU 😀 Bagai buah simalakama sih. Jadi 50:50 bingung dan serba salah. PJJ anak2 makin stres uring2an. Tapi dikasih izin masuk tatap muka juga masih ngeri ya. Namanya anak2 mana bisa teratur terus, sedangkan orang dewasa di kantor aja masih banyak yang nakal ga mau 3M 🙁
Asiknya sekoolah bisa dibuka lagi, anak2 pun senang dan orang tua makin parno yaaa.
Semoga dengan dibuka kembali januari tahun depan, sekolah2 udah siap dengan segala panduan yang terlah diberikan yaaa.
Semoga yang terbaik buat semuanyaa..
Anakku udah mulai PTM 2 minggu ini.. Sekelas cuma separo yang masuk giliran.. Jadi seminggu 2 kali aja durasi 2 jam an. Tetap sambil lihat sikon kalau daerahku zona merah lagi ya udah full PJJ lagi. Karena yang PJJ juga tetap difasilitasi .. Aminn semoga anak-anak dan kita semua selalu sehat ya…Copit segera musnah…
Sama Mak, saya juga tim yang mendingan ditunda dulu deh masuk sekolahnya, biarlah PJJ dulu.
Nah ini mikirnya mau pilkada kan … terus liburan panjang …. terus masuk Januari. Lha lonjakan positif covid kan abis liburan barusan ….
Anakku dalam 2 minggu ini juga ada belajar tatap muka, selama 4 jam masing² 2 jam u.2 mata pelajaran. Dan itupun cuma 1 hari aja dlm seminggu. Mapel lainnya tetep online. Jadi kalo Januari ini mau tatap muka, sbnrnya bisa aja asal diatur maksimal siswa per kelas, gak kelamaan di sekolahnya (4 jam aja), dan gak semua mapel belajarnya offline. Oya, anak saya di SMK kelas 10.
Bun, saya nggak siap melepas suami yg harus kembali mengajar di rantau hhihihi.. Maklum hampir setahun ini kan WFH jadi ketika mau LDRan lagi rasanya gimanaaa gitu. Uhuks jadi curhat
jujur aku bersyukur karena belum punya anak usia sekolah, mak. Jadi gak perlu galau mikirin soal ini.
Tapi di sisi lain aku juga sedih emang melihat banyak anak yg makin kacau balau belajarnya. Learning loss itu. Kalau yg orangtuanya sadar pendidikan sih mungkin masih cukup memperhatikan sekolah anaknya ya. Tapi banyak kasus yang aku lihat, orangtua gak mau tau soal sekolah anaknya selama SFH. ya jelas anak makin gak terarah. sedih 🙁
Amin ya Allah!
Aku belum jadi ortu dan sebenarnya ngebolehin anaknya sekolah lagi tapi sekolah harus udah oke dari keamanan, protokol kesehatan dan lainnya. Aku sendiri masih sering lihat gurunya anak gak pakai masker. Jadi masih PR besar yaaa
Memang serba sulit ya mbak…tapi sepertinya paling bijak orang tua tetap diperbolehkan untuk memilih. Mau tatap muka atau PJJ dan itu harus difasilitasi. Dengan terus dievaluasi pelaksanaan yang tatap muka juga tentunya. Semoga saja diperoleh solusi terbaik. Melihat angka yang terus melonjak memang jd was-was
Aku pindahin anakku ke homeschooling
jadi model sekolahnya ya onlen onlen mulu.
Semoga semuanya sehaaatt
karena kebijakan ini memang menyangkut banyak orang
deg2an n was2 iya kalo sekolah dibuka. tapi gimana… anaku di rumah jadi makin ga bisa diatur, makin kecanduan hp, dan makin bodoh. anaknya udah ga mau keluar rumah bahkan buat pergi jalan-jalan. udah ga bisa lepas dari hpnya.
ini sekarang, baru sadar belum ngerjain tugas. emaknya sibuk jualan anak ga keawasain.. padahal seharian pagang hp mulu yutuban.
moga jalan yg terbaik buat kita semua
Kalau sekolahnya masih shift dan kelompok kecil misal dua kali seminggu sih aku setuju, terutama untuk Nailah yang SMP baru masuk ini, kalau Alde nanti dulu deh masih sering lepas masker.jadi ya semoga situasi segera membaik…semangat semangat…
Kalau sekolahnya sistem boarding school masih mending. Anak ke lockdown di asrama tapi kalau bolak-balik rumah-sekolah setiap hari duuh.
Aku sih siap saja karena November ini juga anakku udah mulai masuk walaupun seminggu sekali terus bimbingan tahfizh 3 kali seminggu. Alhamdulillah di sekolah juga sudah sesuai dengan protokol kesehatan, anak-anak tetap menjaga jarak.
Anak sulung saya in sya Allah Senior High school nya di Bekasi. Semoga bisa sekolah seperti sedia kala. Kalo pun still pandemi. I hope sekolah bisa keep protokol kesehatan and suitable with apa yang should be
Entahlah mak, tapi aku termasuk yang gpp bismillah aja hehehe
cuma sampai sekarang belum ada info apa-apa di sekolah yang dari dikbud kemaren aja dibahas. lagek mikir uas dulu xD nti masuk nggaknya mikir dulu liat sikon
Serem liat kasus kekerasan pada anak meningkat di masa pandemi begini.
Mana angka kelahiran juga meningkat pula.
Bagaikan buah simalakama yaa.. Semoga ada kebijakan yang terbaik dan aman untuk anak-anak meski harus bersekolah lagi.
Hmm, sebenarnya aku agak bingung mau komen apa. Satu sisi, aku mendukung keputusan ini, karena kasian anak-anak udah bosan banget di rumah dan butuh sosialisasi. Satu sisi, masih ragu bagaimana sekolah bisa menerapkan protokol kesehatnnya. Tapi akhirnya, bagaimana sekolah memutuskan nanti, aku tetap mendukung, kita semua mendukung 🙂