Beberapa waktu lalu, ada teman yang nanya tentang Sekolah Murid Merdeka ketika saya posting tentang kegiatan belajar anak di sosmed. Yawda deh. sekalian jadiin postingan blog aja. Barangkali ada orang tua lain yang anaknya usia sekolah juga butuh informasi tentang Sekolah Murid Merdeka ini.

Dema masuk Sekolah Murid Merdeka Januari 2021.

Hmmm, enaknya mulai dari mana ya ceritanya? (Lha kok jadi bingung-bingung dewe, hahaha).

Mengapa masuk Sekolah Murid Merdeka?

Mulai dari mengapa anak saya (Dema) masuk Sekolah Murid Merdeka aja deh ya?

Jadi, sebenarnya, Dema tuh sudah bersekolah di sekolah TK dekat rumah, gitu. Cuma, saya agak kurang sreg, karena sekolahnya tetap tatap muka walaupun situasinya sedang pandemi kayak sekarang.

Saya enggak tahu kenapa sekolahnya bisa begitu ya? Padahal, pemerintah daerahnya aja tidak mengizinkan anak-anak masuk. Apalagi ini anak TK gitu, lho 🙁 .

Kegiatan belajar online di rumah.

Meski demikian, sebenarnya, sekolahnya juga masih memberi opsi online sih untuk orang tua yang masih keberatan anak-anaknya masuk sekolah. Tentu dengan senang hati saya pilih opsi itu. Masalahnya, seiring berjalannya waktu, satu demi satu ortu yang anaknya awalnya online lama-lama mengikutkan anaknya tatap muka juga. Satu-satunya yang bertahan online cuma Dema. Alhasil, anak saya bertahan online sendirian donk kayak les privat haha 😛 .

Nah, karena situasinya seperti itu, saya udah ancang-ancang nih, abis raportan (menuju semester kedua) saya akan keluarkan anak saya dari sekolah itu. Daripada si anak kurang semangat karena online sendirian kan?

Walaupun, sebenarnya Dema tuh udah terbiasa online sendirian. Soalnya dulu pas awal pandemi kan les Bimba dan saat itu juga sering online sendirian. Cuma, saya kan kasihan aja gitu, kalau terus menerus begitu.

Akhirnya, saya mencari cyberschool atau kursus untuk anak-anak usia TK, sebagai alternatif kalau nanti Dema jadi berhenti dari TK-nya. Untuk kursus, biasalah, saya menemukan kursus gambar, piano, dll. Sedangkan untuk cyberschool saya menemukan dua yang bikin saya tertarik, yakni cyberschool A (yang memang khusus buat anak TK) dan Sekolah Murid Merdeka.

Dema saat mengerjakan lembar tugas.

Akhirnya, dari dua itu saya memutuskan masukin Dema ke Sekolah Murid Merdeka. Pertimbangannya pertama biaya di Sekolah Murid Merdeka terjangkau ketimbang opsi sekolahan A (tak bisa dipungkiri faktor ini tuh berpengaruh sekali ketika pandemi kayak sekarang).

Lalu, kedua, sepertinya testimoni para orang tua yang sudah masukkin anak-anaknya duluan ke sana baik-baik. Kebetulan ada satu dua temannya teman saya yang anaknya sudah ikut belajar di sana sejak awal tahun ajaran baru juga bilang metode belajarnya bagus.

Alasan ketiga, karena ternyata di sana juga ada jenjang SD hingga SMA. Siapa tahu kan ya, andai pandemi berakhirnya masih lama, mungkin sekolahnya bakal lanjut online terus?

Cara daftar Sekolah Murid Merdeka

Yaaa, akhirnya Januari 2021 kemarin daftar Sekolah Murid Merdeka deh, untuk jenjang PAUD TK B. Kebetulan juga boleh daftar tengah semester. Saya ikutan tiga bulan dulu, periode Januari-Maret 2021 dan berencana akan lanjut terus sampai pembelajaran TK B berakhir, insyaAllah. Bapake bahkan bilang, “Udah Dema SD di Sekolah Murid Merdeka saja. Masih pandemi ini, sekolahnya paling juga sama aja, online-online juga.” Namun, saya masih mikir-mikir sih, belum daftar SD-nya, hehe.

Balik lagi ke daftar Sekolah Murid Merdeka, cara daftanya cukup gampang. Buka aja website-nya www.sekolahmuridmerdeka.id kemudian cari jenjang pendidikan yang ingin dimasuki. Ada PAUD (termasuk TK A dan TK B), ada SD, SMP, hingga SMA.

Kalau belum yakin juga bisa trial dulu. Namun, kalau udah oke, ya langsung daftar saja sih 😀 .

Salah satu kegiatan teori dan praktik yang dikerjakan anak-anak.

Teman-teman, para orang tua, bisa mendaftar untuk periode 3 bulan, 6 bulan, atau langsung 1 tahun. Untuk biaya, bisa langsung dilihat di website-nya. Kalau menurut saya, biayanya termasuk miring. Mungkin karena sekolah ini tidak memiliki gedung/ ruang kelas seperti sekolah konvensional.

Setelah mendaftar dan melakukan pembayaran, nanti kita akan mendapatkan email untuk melanjutkan proses pendaftaran, yakni:

  • Menginstall aplikasi Sekolah.mu.
  • Membuat akun anak di aplikasi Sekolah.mu.
  • Mengisi formulir registrasi berupa data siswa/ anak kita.

Selanjutnya kita menunggu dihubungi via WhatsApp oleh pihak Sekolah Murid Merdeka untuk diberi tahu kapan bisa mulai belajar. Enggak lama, kok. Kalau belum dihubungi juga, bisa tanya di fasilitas chatting yang ada di aplikasi Sekolah.mu.

Oh ya, saran saya, sebaiknya bikinin anak email dengan namanya sendiri deh untuk mendaftar. Nanti, akunnya juga langsung pakai nama anak ya. Jangan pakai nama orang tua. Namun, kalau orang tua mau bikin akun lain untuk diri sendiri juga bisa, kok.

Dema belajar di dua sekolah

Eh iya, qodarullah, mendekati pembagian raport di TK sebelumnya, ada anak di sekolah Dema (namun beda kelas) terkena Covid-19. Meski demikian, pihak sekolah saat itu enggak meliburkan siswa- siswanya. Lanjut terus belajarnya, karena yakin si anak ini kena Covid-19 dari saudaranya. Sekolah cuma melakukan tes Swab ke satu guru wali kelas si anak ini aja.

Saya ngrasa tracing kayak gitu enggak bener sama sekali. Mestinya, kalau mau tracing ya semua yang pernah berinteraksi dengan si anak di-tracing donk ya? Ini enggak 🙁 . Yaaa, alhamdulillahnya hasil tes gurunya negatif sih. Selanjutnya saya enggak tahu, enggak mau tahu, dan enggak peduli juga. Pokoknya saya dah kecewa aja, sih 🙁 .

Setelah peristiwa itu, beberapa ortu teman Dema ada yang memilih belajar online lagi. Dema akhirnya tetap bersekolah di sekolah itu karena menurut bapake anak-anak, biarin aja si Dema sekolah di sana sampai lulus. Nanggung. Ya, iya seeehh…. 

Baca juga: Ngapain Sih Emak-emak Belajar Bahasa Jepang?

Namun, sekolah di Sekolah Murid Merdeka juga dijalani Dema. Yup, Dema sekolahnya ndouble 😛 .

Berat ora? Kalau saya perhatikan, anaknya sih enjoy aja karena memang masih TK ya, pelajarannya juga masih yang fun-fun gitu. Lagipula banyak kegiatan selama di rumah aja saat ini lebih baik untuk Dema yang aktif.

Kalau mengandalkan kegiatan dari sekolahnya aja, saya rasa masih kurang. Soalnya menurut saya agak monoton ya pembelajaran online-nya di sekolah konvensionalnya. Yaaa, ini kayaknya problem rata-rata sekolah konvensional yang terimbas pandemi dehDitambah, saya juga bukan orang tua kreatif yang rajin ngajakin anak bebikinan mainan DIY, huhu, sehingga anaknya kalau kegiatannya itu-itu aja suka ngeluh bosen.

Apa yang dipelajari di Sekolah Murid Merdeka?

Jadi, untuk jenjang TK kayak Dema, ada pertemuan online, seminggu dua kali, yakni hari Selasa dan Kamis. Waktu belajar dibagi dua sesi, pagi dan sore. Dema masuk kelas sore, karena paginya kan online sama guru di TK konvensionalnya.

Selain pembelajaran online, ada pula tugas-tugas dari Sekolah Murid Merdeka, seperti prakarya, mengerjakan tes assesment, mengerjakan kuis-kuis/ games, dll. Semua tugas diberikan melalui aplikasi Sekolah.mu setiap hari, kecuali hari Sabtu dan Minggu (karena libur).

Selain itu, Sekolah Murid Merdeka juga akan mengirimi toolkit yang isinya lembar kerja siswa dan beberapa pernak-pernik untuk belajar DIY gitu. Kalau sudah mengerjakan tugas, nanti difoto dan diunggah ke aplikasi juga.

Tugas-tugas yang diberikan oleh guru melalui aplikasi Sekolah.mu dapat dikerjakan dan dilaporkan selama periode pembelajaran berlangsung. Waktunya fleksible, namun kalau enggak mau keteteran di akhir, saran saya ya dicicil ngerjain tugas-tugasnya hehe.

Nanti, secara berkala guru di Sekolah Murid Merdeka juga akan mengingatkan kok tugas mana yang belum tersubmit, supaya saat periode pembeljaran berakhir udah selesai semua tugas-tugas anak.

Ada pula kelas olahraga di mana anak-anak diajak bergerak, kayak senam-senam gitu. Via Zoom, biasanya.

Sejauh ini sih Dema juga sangat excited dengan pembelajaran di sana. Kalau soal keluhan paling karena saat online, microphone dimatikan ya, sehingga anak-anak enggak bisa nyeletuk bebas. Ini bagi anak yang suka ngomong biasanya agak kurang bisa berekspresi haha.

Lembar kerja yang nanti difoto dan diunggah di aplikasi.

Namun, ya dimaklumi aja sih, kalau anak TK ngomong, apalagi banyak anak, biasanya malah ruwet hehehe. Lagipula kalau anak mau bicara tinggal kasi tanda “angkat tangan” aja di fasilitas Zoom-nya, nanti boleh open mic kok 😀 . Trus, biasanya di akhir kelas online, anak-anak dikasi kesempatan untuk saling bercerita tentang apa aja plus orang tua boleh ikutan nimbrung apabila ada pertanyaan.

Update (Mei 2021): Sekarang Sekolah Murid Merdeka menyediakan aktivitas tambahan dengan model kelas 1:10. Maksudnya, dalam 1 kelas maksimal ada 10 murid. Nanti, akan bayar lagi sebesar Rp. 30.000,- untuk tiap kelas yang akan diikuti. Dengan mengikuti kelas ini, anak lebih leluasa “bergaul” dengan guru dan teman-teman sesama murid lainnya.

Eh, sebenarnya kalau kelas sore Dema sih anak-anaknya enggak sampai 20-an. Denger-denger yang siswanya banyak tuh kelas pagi. Saya tahu dari orang tua yang anaknya masuk pagi soalnya orang tua TK B Sekolah Murid Merdeka punya grup WhatsApp sendiri.

Oh iya, karena sekolahnya online, teman-teman Dema berasal dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari luar negeri. Kadang kalau ada sesi cerita di akhir kelas gitu logat berbicara anak-anaknya bisa beda-beda xixixi. Enak ya anak-anak zaman now, teman-temannya bisa dari mana aja ,enggak dari circle itu-itu aja 😀 .

Baca juga:  Sebulan Belajar di SD Sekolah Murid Merdeka

Lalu, sebenarnya sekolah ini tuh pembelajarannya blended learning ya. Selain melalui daring, sebenarnya juga ada pembelajaran tatap muka. Namun, karena pandemi, maka tatap mukanya sementara ditiadakan hingga nanti keadaan memungkinkan.

Lalu, informasi lainnya adalah untuk jenjang TK di Sekolah Murid Merdeka tidak memberikan nomor induk siswa nasional (NISN). NISN akan diberikan kalau anak lanjut ke SD nanti.

Bermain game di aplikasi.

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional, belum ada kurikulum Cambridge (kali ada yang bertanya-tanya soal ini, hehe). Namun, ya enggak tahu nanti seiring perjalanan waktu akan ada penambahan/ perubahan atau gimana 😀 .

Trus, kalau dirasa pelajaran dari Sekolah Murid Merdeka masih kurang, orang tua juga bisa mengikutkan anak ke kelas-kelas ekstrakurikuler, seperti kelas Bahasa Inggris, kelas Membaca, dll. Tentu saja nanti bayar lagi, namun saya lihat sih masih cukup ramah kantong juga kok.

Oh iya, di sekolah ini tingkatan PAUD/ TK-nya belum dapat pelajaran agama. Baru dapat nanti saat SD. Jadi, buat ibuk-ibuk, khususnya yang beragama Islam, yang ingin anak-anaknya dapat menghafal surat-surat Al Quran kayaknya belum bisa dapat dari sini. Namun, kalau mau anaknya diajari baca Al Quran sepertinya ada ekskul mengaji. Coba cek aja deh di website-nya.

Baca juga: Serunya Ikutan Online Short Course of Creative Writing bersama The British Institue (TBI).

Saya sih berencana daftarin Dema ikut kelas Bahasa Inggris. Kayaknya udah dibuka lagi pendaftarannya bulan ini.

Nah, jadi begitulah teman-teman, penjelasan singkat tentang kegiatan belajar anak saya di Sekolah Murid Merdeka. Kalau ada yang belum jelas, monggo ketik saja pertanyaannya di kolom komentar atau email/ DM saya atau kalau mau lebih jelas yawda langsung ke website sekolahannya saja 😀 . 

Semoga bermanfaat ya postingan tentang Sekolah Murid Merdeka ini 🙂 .

April Hamsa