Bye September…

Walau agak telat diucapkan, karena tak terasa minggu pertama Oktober sudah mau habis 😀 .

September memang salah satu bulan istimewa untuk keluarga saya, karena Maxy lahir bulan ini, trus ada peringatan hari NICU juga tiap September mengingat Dema pernah masuk ke sana, dan tak ketinggalan hari pernikahan saya dan suami. Tahun ini alhamdulillah saya dan suami udah menikah selama 10 tahun.

Alhamdulillah, wedding anniversary ke-10. September 2021.

Sayangnya beberapa waktu lalu keluarga kecil saya kena musibah, sehingga September tahun ini emang agak hambar. Saya masih males cerita, nulis detail tentang apa yang sebenarnya terjadi, walau beberapa orang sudah tahu betapa struggle-nya kami sampai di Oktober.

Mental saya masih up and down.

Saya cuma manusia

Kadang saya bahagia bisa ketawa-ketiwi bareng beberapa teman, namun ada waktu juga di mana saya overthinking.

Mantra yang saya ucapkan saat saya dalam kondisi drop begini, biasanya:

Astaghfirullah.

Laa ilaaha illaa anta, subhaanaka, innii kuntu minadz dzaalimiin.”

Yang terakhir adalah doa yang diucapkan Nabi Yunus ketika dirinya berada di dalam perut ikan paus.

Kadang saya berdoa lama ketika sujud, kadang saya males berdoa dan cepat-cepat mengakhiri sholat.

Tuhan, terserah Engkau saja!”

Tuhan, Engkau tahu apa mauku. Tolong kabulkan!”

Kata saya kepada-Nya, maksa.

Saya cuma manusia.

Kemudian, ada kalanya saya jadi rajin dengan ibadah sunnah seperti sholat dan puasa sunnah. Namun, saat drop lagi saya malah asyik marathon drakor, hahaha 😛 .

Mbuhlah…

Yeah, saya cuma manusia biasa, kecewa kalau segala sesuatunya tidak berjalan dengan lancar. Apalagi, saya tidak punya kekuatan untuk memperbaikinya sendiri.

Kadang, kalau berselancar di dunia maya, lalu mendapatkan kabar bahwa ada Si A yang kesusahan, lalu mendapat pertolongan dari orang lain, saya ikut senang sih, tapi saya juga membatin:

Saya juga mau dibantu seperti orang-orang itu. Tapi siapa yang mau bantu saya?”

Soalnya susah berharap kepada manusia, sementara Tuhan sepertinya masih menunda untuk memberikan bantuan-Nya kepada saya.

Ini kata Dia

Walau saya tahu, Dia sudah banyak memberikan penjelasan:

Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut kemampuannya.” (QS Al-Baqarah: 286)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al-Insyirah: 5-6).

Yeah, I’m only human. I’m so weak 🙁 .

Kadang kalau overthinking itu terjadi, kalimat-kalimat motivasi pun tak membuat hati saya bergetar. Pikiran saya jadi cupet dan saya males ngapa-ngapain.

Namun, ya gitu, kadang ada hal-hal atau kabar yang bikin seneng, tiba-tiba berhasil membuat mood saya membaik. Baru kemudian banyak quotes bijak terlihat masuk akal.

Pas waras gitu, saya selalu berdoa supaya selalu dalam kondisi seperti itu. Happy, merasa hangat dalam diri saya. Ya, kalau kemudian terjatuh lagi, semoga enggak bundhas-bundhas amat lha kulit ini.

Hal-hal yang disyukuri

Satu-satunya yang bikin kuat adalah hal-hal baik yang bisa saya syukuri tiap hari.

Pertama, masih punya iman, walau kayak roller coaster. Kadang saya bisa jadi taat dan sok relijius, namun kadang saya merasa saya umat-Nya yang palsu huhu.

Kedua, masih sehat. Baik saya maupun keluarga masih sehat.

Ketiga, masih ada pekerjaan, sumber penghasilan. Apalagi di masa sekarang, tak sedikit orang-orang kehilangan pekerjaannya.

Lalu, masih bisa makan dan minum dengan gampang. Sesekali (padahal sering) kalau males masih bisa nge-gofud atau grebfud makanan.

Salah satu jurnal syukur yang ditulis oleh anak saya.

Berikutnya, hmmm, masih bisa apalagi ya?

Saya nyontek jurnal tugas agama Islam anak-anak di sekolah aja deh, kata mereka begini:

Bersyukur masih bisa belajar.

Bersyukur masih bisa ngaji.

Bersyukur masih bisa mandi, air di rumah banyak.

Bersyukur masih punya kucing.

Bersyukur masih bisa nonton tivi.

Bersyukur masih bisa ulang tahun.

Bersyukur masih bisa makan kue.

Bersyukur masih bisa bermain.

Bersyukur masih bisa minum air yang bersih.

Bersyukur masih punya teman main.

Bersyukur masih bisa makan enak.

Bersyukur masih bisa shalat.

Bersyukur masih punya baju bagus, anak lain enggak punya.

Bersyukur masih bisa minum susu.

Bersyukur masih bisa nyumbang.

Bersyukur masih bisa…

Bersyukur…

Aaahh, ternyata banyak.

Anak-anak lebih pintar menuliskan jurnal syukurnya ketimbang saya.

Jadi kepengen juga sering-sering menulis hal-hal kecil yang bikin bahagia yang bisa disyukuri seperti ini.

Entah kenapa kemarin-kemarin tak kepikiran. Mungkin karena faktor U dan terlalu berfokus kepada pencapaian yang besar, yang jalannya lebih rumit dan berliku, sehingga mata saya jadi tidak bisa melihat pada hal-hal (kecil) yang terjadi setiap hari. Pemberian (kecil) dari-Nya.

Lalu kapan pemberian besarnya? #mintadikeplak

Doa dan harapan

Hingga suatu hari…

Enggak lama, ini akan segera berlalu.”

Yang lebih parah dari ini pernah kita lalui.”

Bahkan keadaan ini pun hanya sementara.”

Kata mereka.

Eh, sebenarnya bukan untuk saya, namun buat seorang teman. Namun, saya nebeng mendegarkan nasihat dari teman-temannya.

Lalu, tak lama kemudian seorang teman lama menanyakan kabar saya. Dia menyinggung bahwa beberapa tahun silam saya juga mengalami sebuah kesulitan yang bikin saya malas ngapa-ngapain, tak semangat, seperti kondisi saat ini. Waktu itu terkait kesehatan salah satu anak saya, sih.

September ini tidak ada cake, tapi ada yang ngirimin kami dessert box ini.

Saya jawab bahwa hal itu sudah berlalu, segalanya sudah membaik sekarang. Bahkan rasa sesak karena berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun memikirkan jawabannya sudah hilang begitu saja.

Seketika saya melihat sedikit jalan keluar. Benar kondisi ini hanya sementara. Nanti, akan tiba masanya saya bahkan sudah tidak mikirin yang terjadi hari ini? Seperti masalah yang sudah-sudah.

Yang parah-parah hari ini akan kita lalui!”

Tapi kapan? #mintadikeplaklagi.

Ya itu tadi, karena saya manusia. Enggak sabaran. Maunya saya adalah Dia segera menjawab dan mengabulkan doa saya dengan cepat.

Please, jangan lama-lama #dikeplaklagi.

Ta… ta… tapi… kalau #dikeplak bikin saya bisa selalu sadar ya enggak pa pa, sih…

Sekarang, hanya bisa pasrah. Berusaha melalui hari demi hari, September ini tidak ada cake, tapi ada yang ngirimin kami dessert box ini.mulai bangun pagi sampai tidur lagi dengan waras, tak terlalu memikirkan problem yang ada. Berusaha sibuk. Berharap ada jawaban-Nya. Berharap ada keajaiban dari-Nya.

Kata orang bijak, kalau setiap hari saya merapal doa yang sama, itu seperti saya mengayuh sepeda, walau pelan, alon-alon asal kelakon, karena tujuannya pasti. Yang saya minta juga jelas (setidaknya menurut saya gitu sih).

Walau kadang saya capek, hingga saya males mengayuh. Namun, saat capek-nya ilang, saya mulai mengayuh penuh semangat lagi kok.

Soalnya saya cuma manusia yang tiap hari berusaha untuk berporoses jadi lebih baik lagi, walau bolak-balik sering ngrasa sesek nafas tiba-tiba 🙁 .

Saya sudah meninggalkan September 2021, semoga Oktober, November, Desember, tahun depan dan depannya lagi Kau beri jawaban atas doa saya.

Jangan lama-lama, donk Tuhan! #DIKEPLAK.

April Hamsa