Pekan lalu, tepatnya tanggal 14 Mei, saya mendapatkan undangan playdate sekaligus sharing seasson and creative activities dari Staedtler. Tahu kan, Staedtler? Itu tuh, salah satu merk alat tulis yang sering kita pakai sehari-hari. Staedtler tak hanya mengundang saya, namun juga anak saya, Maxy. Acara yang berlangsung di Restoran Twin House Jl. Cipete Raya ini, memang membidik ibu dan anak. Sebab, salah satu sesinya adalah sharing mengenai manajemen waktu ibu dan bagaimana cara ibu membuat aktivitas bermain bersama anak yang berkualitas. Acara ini dimoderatori oleh Ashtra Effendy (@haloibu.id) dengan narasumber Danesya Juzar (@productivemamas).

Ketika pertama kali sampai ke lokasi acara, panitia meminta saya memilih antara tas blacu, kanvas, atau papercraft. Benda-benda itu nantinya akan dipakai untuk sesi fun colouring. Dengan pertimbangan bahwa Maxy baru pintar mencorat-coret, ketimbang mewarnai, saya akhirnya memilih kanvas. Maxy pun girang ketika saya memilih kanvas untuknya.

Maxy (3,5 tahun) sudah hafal warna sebelum usianya 2 tahun. Jadi, mewarnai (atau lebih tepatnya corat-coret) dengan pensil warna atau crayon atau spidol, bukan hal asing untuknya. Cuma, Maxy belum terlalu bisa mewarnai suatu obyek. Hehe. Sejak kecil hobby-nya menggambari dinding, lantai, maupun bagian tubuhnya sendiri. Saya sengaja membiarkannya, sebab tidak ingin menginterupsi kreativitasnya. Syukurlah, kalau kecolongan menggambari dinding, Maxy mau dialihkan ke kertas. Tapi, saya suka aja kok, melihat dinding dengan coretan hasil karyanya. Saya juga suka memfoto dinding yang sudah menjadi lukisan abstrak itu, buat kenang-kenangan, kelak.

Sebelum fun colouring, narasumber Danesya Juzar membagikan pengalaman sehari-harinya sebagai ibu yang produktif. Bagaimana caranya supaya bisa seimbang antara pekerjaan dengan quality time bersama anak. Dahulu pemilik blog www.productivemamas.com ini mengaku suka membuat to do list (jadwal). Meski demikian, ibu dari seorang anak bernama Dio ini, mengaku tidak saklek dengan jadwal tersebut. Kadang sehari ngelist lima rencana, namun jika yang terealisasi hanya tiga, menurut Danesya Juzar hal itu sudah bagus. Sebab bagaimanapun sebagai ibu, yang terpenting adalah anak. Perempuan yang akrab dipanggil Danes ini sekarang juga membatasi keluar rumah untuk meeting dengan klien hanya dua kali dalam seminggu. Menurutnya, jika keseringan keluar rumah malah justru capek, belum lagi dirinya juga mengidap penyakit autoimun. Ibu-ibu kan nggak boleh sampai sakit, kan, ya? Kalau sakit, bisa-bisa hancur β€œdunia persilatan”. Selain berbagi tentang manajemen waktunya, Danesya Juzar yang aktif di Vlog ini juga menceritakan kegemarannya membuat mainan untuk anak. Menurut perempuan berambut panjang ini, andalan utamanya adalah tepun maizena dan air. Sebab dari tepung maizena, dia bisa membuat playdough, pasir-pasiran, hingga slime.

Danesya Juzar sharing pengalamannya sebagai ibu produktif.

Moderator Asthra Effendy.

Setelah Danesya Juzar membagikan ceritanya, moderator Asthra Effendy memandu ibu-ibu peserta acara untuk sharing tentang bagaimana membagi waktu antara kerjaan, diri sendiri (me time), dan main dengan anak-anak. Kalau saya pribadi, karena saya bekerja freelance sebagai content writer, saya bekerja saat malam hari, saat anak-anak tidur. Ketika pagi atau siang, saat anak-anak bangun, sebisa mungkin saya tidak mengetik di laptop. Tapi, kalau sudah kepepet banget sama tenggat waktu, kadang saya curang juga, bekerja saat anak-anak bangun. Biasanya anak-anak saya beri cemilan atau mainan, salah satunya pensil warna dan kertas untuk corat-coret. Bagaimana dengan me time? Soal me time saya sudah janjian sama suami bahwa dalam satu bulan ada satu hari dimana saya akan keluar rumah sendiri, untuk sekedar ngemall, hangout sama teman, atau ikutan workshop, sendirian. Tanpa mengajak anak-anak. Beruntung suami saya, suami teladan. Bersedia menjadi Papa Care saat saya bepergian. Sedangkan untuk aktivitas anak-anak, saya kebetulan jarang membelikan mainan untuk anak-anak saya. Sebab, anak-anak saya lebih suka memainkan benda-benda yang ada di rumah, seperti panci, kardus, sendok, galon aqua, dan benda-benda lain yang mereka temukan di rumah. Jadi, kalau dibelikan mainan, yang ada kalau nggak dilempar-lempar lalu hilang atau malah tak terpakai sama sekali. Oh ya, di rumah kebetulan banyak kardus bekas, dari sisa belanja bulanan kami. Biasanya dari kardus-kardus itu saya membuatkan anak-anak mainan.

Setelah sharing session antar ibu-ibu, waktunya menggambar dan mewarnai bersama. Dalam kesempatan ini, pihak penyelenggara dari Staedtler memperkenalkan tiga produknya yakni Luna Watercolour Pencil, Luna Fibre Tip, dan Pensil Noris. Produk-produk ini lah yang dipergunakan untuk fun colouring hari itu. Staedtler juga menjelaskan bagaimana caranya menggambar di kanvas dengan Luna Watercolour Pencil. Selesai menggambar di kanvas dengan sapuan kuas yang dicelup air, gambar tersebut berubah menjadi seperti lukisan cat air. Selanjutnya, Staedtler juga menjelaskan cara mewarnai tas blacu dan papercraft dengan Luna Fibre Tip. Dalam kesempatan itu pula, pihak Staedtler menjelaskan kenapa Pensil Noris berbentuk triangular (segitiga). Ternyata, desain itu bukan tanpa alasan. Menurut penelitian, bentuk triangular membuat penggunanya tidak akan cepat merasa capek menggenggam.

Mengubah gambar menjadi lukisan.

Mewarnai tas blacu.

Papercraft yang sudah diwarnai dan dibentuk.

Gagang pensil berbentuk triangular ternyata ada fungsinya.

Maxy pun mulai menggambari kanvasnya dengan coretan acak adutnya. Terserah dia lah, hehe. Selanjutnya, Maxy saya beri air, dan saya ajari cara menyapukan kuas. Maxy pun excited melakukannya, sampai lukisannya mbleber karena kebanyakan air. Hahaha.

Maxy menggambar dan melukis.

Oh iya, ternyata selain menggambar dan mewarnai, ibu bisa menciptakan ide-ide bermain kreatif lainnya dari pensil warna, lho. Berikut beberapa contohnya:

Menarik bukan ide-idenya? Jika mau berpikir kreatif, ternyata banyak ide bermain dengan menggunakan pensil warna ini.

Selesai menggambar dan mewarnai, acara ditutup dengan foto bersama. Terakhir, peserta dipersilahkan untuk menikmati hidangan di Twin House. Maxy pun saking senangnya, sampai menghabiskan sepiring spagethi bolognese Twin House, yang memang rasaya enak itu.

Restoran Twin House.

Menu makan siang di Twin House.

Peserta berfoto bersama. Sumber foto dari Adriana Dian.

Depok, 19 Mei 2016

April Hamsa

Categorized in: