Apa untungnya sebar kabar yang palsu.

Daripada nanti kamu yang malu.

Cek dulu, cek dulu.

Daripada nanti kamu yang malu…

Begitu penggalan lirik lagu yang dibawakan oleh grup musik Project Pop dengan energik, yang menggema ke seluruh Ruang Serba Guna Gedung Kominfo pada tanggal 23 September 2017 lalu. Pagi itu, ada acara Smart Schools Online Kick Off dihelat di sana. Acara tersebut mengawali rentetan program Smart Schools Online.

Pembukaan acaraΒ Smart Schools Online Kick Off yang dipandu oleh anak-anak.

For your information, Smart Schools Online adalah sebuah program pengembangan kapasitas literasi digital bagi para guru, orang tua, dan siswa didik, agar mereka mampu mendampingi dan melindungi anak-anak di era digital. Smart Scholls Online merupakan kolaborasi antara SEJIWA, ICT Watch, dan Ecpat Indonesia yang tergabung dalam ID-COP (Indonesia Child Online Protection).

Sebagaimana yang kita ketahui, anak-anak zaman sekarang atau yang lebih akrab disebut generasi milenial, sangat akrab dengan internet. Sayangnya, tidak semua anak menggunakan internet untuk hal-hal positif, ada pula yang menyalahgunakannya untuk hal-hal negatif.

Selain itu, anak-anak juga rentan menjadi korban dari konten-konten negatif yang bertebaran di internet. Misalnya, Cyberbullying, Adiksi Pornografi, Adiksi Online Games, Cybercrime, dan isu-isu anak/ remaja lainnya yang negatif.

Menyadari kondisi seperti itu, maka Smart Schools Online yang juga didukung oleh Kemkominfo, KPAI, dan Google ini melibatkan anak-anak, supaya generasi penerus bangsa ini mau menggunakan internet untuk hal-hal yang positif. Salah satu caranya adalah dengan memperkenalkan gerakan nasional literasi digital β€œSiBerkreasi” yang mendorong anak-anak turut menciptakan konten-konten positif

Acara bertema β€œMendengar Suara Anak”

Acara Smart Schools Online Kick Off yang berlangsung pada pagi hingga siang itu mengambil tema β€œMendengar Suara Anak”. Seluruh acara diisi oleh anak-anak. Mulai dari pembawa acaranya, moderator dan narasumber talkshow, acara hiburan, pemeran film yang ditayangkan saat acara, bahkan undangan yang hadir juga anak-anak usia sekolah dasar (SD, SMP) dan SMA. Tentu saja, hadir pula pendamping para siswa, yakni guru dan orang tuanya.

Dalam acara tersebut, anak-anak juga memberikan rekomendasi kepada pemangku kebijakan tentang bagaimana dunia internet di seputar anak yang aman dan sehat. Rekomendasi tersebut diberikan dalam bentuk talkshow dan diskusi yang dilakukan oleh anak-anak.

Sebelum acara dimulai, semua hadirin yang berada di Ruang Serba Guna dikomando untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Kemudian, beberapa pihak yang mendukung acara terdesebut, bergantian memberikan penjelasan tentang Siberkreasi dan menyampaikan ajakannya kepada anak-anak, supaya ikut berpartisipasi menyukseskan SiBerkreasi.

Koordinator ID-COP Andy Ardian (Bapak Andi) dalam acara tersebut menjelaskan mengapa ID-COP merangkul beberapa stakeholders lain membuat gerakan nasional literasi digital β€œSiBerkreasi”. Menurut Bapak Andy, Siberkreasi ini akan menjadi ruang buat anak-anak yang punya talenta menciptakan konten-konten positif.

Kemudian, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemkoninfo Semuel Abrijani Pangerapan (Bapak Semuel) juga mengungkapkan yang bahwa zaman sekarang anak-anak sudah punya smartphone dan bisa mengakses internet. Dengan kondisi yang seperti itu, Bapak Semuel mengingatkan kepada peserta tentang beberapa hal berikut:

  • Apapun jejak yang kita tinggalkan di dunia maya tidak akan bisa dihapus. Foto, misalnya. Sekali kita unggah ke media sosial, meskipun kita sudah menghapusnya, sudah ada orang lain di luar sana yang sebenarnya masih menyimpannya.
  • Hal apapun yang anak-anak lakukan di internet pada zaman sekarang akan sangat mempengaruhi masa depannya. Sekarang mulai banyak HRD perusahaan yang tidak hanya meminta CV calon pegawainya, melainkan juga melihat track reccord-nya di dunia maya. Apa saja isi media sosialnya dan apa saja yang pernah dia lakukan memperlihatkan karakternya. Perusahaan mulai melihat hal tersebut.
  • Anak-anak sebaiknya berhati-hati menggunakan media sosial supaya enggak disalahgunakan orang lain. Apalagi, menjadi korban kejahatan.

Bapak Semuel dari Kemkominfo.

β€œJejak digital kita tidak akan bisa dihapus. Saat kalian besar nanti, saat mulai bekerja, perusahaan juga akan melihat rekam jejak digital. Jadi, berhati-hatilah dengan social media. Seperti lagu tadi, cek dulu sebelum share ke media sosial!” Pesan Bapak Semuel.

Setelah Bapak Semuel dari Kominfo, Humas Dinas Pendidikan Jakarta Junaidi (Bapak Junaidi) juga meminta kepada anak-anak untuk menjadi anak-anak yang sesuai dengan slogan Smart Schools Online yakni β€œAku Netizen Unggul”. Bapak Junaedi tidak hanya menekankan pentingnya berinternet secara positif kepada anak-anak, namun juga kepada guru/ pendidik yang hadir.

β€œAnak-anak, jadilah netizen yang unggul dan hebat. Cek dulu kalau menerima informasi. Tolong dicek dulu, jangan langsung dikirimkan!” Pesan Bapak Junaidi.

Komisioner KPAI bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak Jasa Putra (Bapak Jasa Putra) juga menyampaikan apresiasinya terhadap program Smart Schools Online serta gerakan nasional literasi digital β€œSiberkeasi”. Bapak Jasa Putra menceritakan bahwa beberapa kali dirinya menangani kasus cybercrime dimana anak-anak mengalami penipuan di dunia maya. Bapak Jasa Putra juga mengingatkan kepada anak-anak yang hadir bahwa media sosial itu bagaikan kamar pribadi, maka sebaiknya dijaga baik-baik.

β€œAdik-adik, sebaiknya jaga isi kamar kita dengan sebaik-baiknya supaya enggak dijahati oleh orang,” kata Bapak Jasa Putra.

Sambutan terakhir dari Google Indonesia yang disampaikan oleh Rian Raharjo (Kak Rian). Sebelumnya, Kak Rian menjelaskan mengenai Google.org kepada hadirin. Google.org merupakan situs yang disediakan oleh Google untuk mendukung stakeholders membuat program-program yang mengangkat isu-isu menarik. Salah satu contohnya seperti gerakan nasional literasi digital β€œSiBerkreasi”.

Kak Rian Raharjo dari Google Indonesia.

Kak Rian juga mengatakan bahwa Google Indonesia mendukung sepenuhnya SiBerkreasi. Harapannya, supaya bisa membantu program tersebut sehingga membuat anak-anak dan user lainnya bisa menggunakan internet secara bijak dan bertanggung jawab.

β€œNanti, rencananya kami akan membuat modul yang isinya tentang cara menggunakan internet secara aman. Kami juga akan bekerja sama dengan pihak terkait melatih guru-guru dan siswa di delapan propinsi dan lima pulau di Indonesia,” kata Kak Rian.

Pemutaran film dan talkshow

Dalam acara tersebut anak-anak diajak untuk menonton film pendek yang dibuat dan diperankan oleh anak-anak seusianya. Sayangnya, saya hanya ingat dua dari tiga judul film yang diputar.

Film pertama, yang saya enggak ingat judulnya, menceritakan tentang seorang anak perempuan yang sangat suka bermain sosial media. Suatu hari dia chatting dengan seorang pemuda, yang kalau di profile picture-nya terlihat ganteng. Sampai pada suatu waktu mereka berdua janjian kopi darat. Ternyata, pemuda yang selama ini diajak chatiing usianya sudah tua alias om-om genit yang merupakan predator anak.

Salah satu tayangan film untuk anak dan remaja yang bermuatan positif yang ditayangkan di acara.

Film kedua, berjudul β€œRangkul Smile”. Menceritakan bahwa yang namanya senyum bisa membawa perubahan sikap. Dari yang tadinya berprasangka jelek dan siap-siap tawuran, berubah menjadi perkenalan dan persahabatan.

Film ketiga, berjudul β€œIntegritasku, Suksesku”. Film ini menggambarkan tentang sosok pelajar yang giat belajar dan berhasil dapat nilai bagus. Pesan yang disampaikan dalam film ketiga ini adalah, β€œTidak ada usaha yang mengkhianati hasil”.

Ketiga film tersebut adalah contoh dari konten-konten positif yang disebarkan di internet. Harapannya, makin banyak anak-anak mau mengunggah konten-konten semacam itu. Sehingga, anak-anak sekaligus pengguna internet lainnya bisa memetik nilai-nilai positif dari konten-konten semacam itu.

Selain pemutaran film, anak-anak juga diajak mengikuti diskusi lewat talkshow. Ada dua talkshow, pertama mengenai β€œKampanye Digital”, sedangkan yang kedua tentang β€œMendengar Suara Anak”. Baik moderator, maupun narasumber kedua talkshow adalah anak-anak.

Talkshow pertama tentang β€œKampanye Digital” dipandu oleh Alya dan narasumbernya adalah Bagus, Alif, dan Naufal. Alya secara bergantian memberikan pertanyaan mengenai bagaimana ketiga narasumber tersebut memandang pentingnya Kampanye Digital mengangkat konten-konten positif dan bagaimana cara melakukannya.

Talkshow yang dibawakan oleh anak-anak.

Alif yang mendapat kesempatan pertama menjawab pertanyaan langsung mengatakan bahwa Kampanye Digital atau kampanye melalui media online sangat penting. Sebab, menurut Alif, saat ini, kalau berkampanye memakai media sosial bisa lebih cepat. Cara tersebut bisa menghemat waktu dan biaya. Selain itu, cara yang dipakai dalam berkampanye pun bisa dibuat lebih inovatif, misalnya dengan membuat e-poster, membuat film, membuat infografis, dan lain-lain.

β€œInternet itu sifatnya sangat global, impact-nya juga besar. Sehingga, dengan menyadarkan diri sendiri dan lain-lain untuk berkampanye di dunia maya maka tentu bisa menjadi alat kampanye yang efektif,” tutur Alif.

Selanjutnya, Bagus yang mendapat pertanyaan mengenai media sosial apa yang bisa menjadi alat kampanye yang efektif. Bagus mengatakan bahwa media sosial yang bagus buat kampanye itu seperti YouTube, Instagram, dan Facebook. Namun, menurut Bagus yang paling efektif adalah YouTube, sebab semua orang bisa dengan mudah mengaksesnya atau menonton video dari YouTube.

Naufal mendapat giliran terakhir menjawab pertanyaan tentang hambatan-hambatan membuat kampanye positif. Menurut Naufal hambatannya ada dua, yakni hambatan dari dalam seperti emosi, takut salah, malas, tidak mendapat dukungan, juga hambatan luar seperti internet yang belum merata.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa memang enggak semua anak di Indoensia melek internet, misalnya seperti anak-anak di luar Jawa. Sebab, infrastrukturnya belum memadai.

Dalam kesempatan itu, anak-anak juga menyampaikan supaya pemerintah lebih mempermudah akses jaringan internet ke seluruh Indonesia dalam talkshow kedua yang mengambil tema β€œMendengar Suara Anak”. Talkshow kedua ini dipandu oleh Keysha dan narasumbernya adalah Andhika, Faiz, dan Bindra.

Narasumber pertama, Andhika, menyampaikan mengenai empat poin internet yang idela buat anak-anak, yakni antara lain: positif, kreatif, cepat, dan aman. Andhika juga mengatakan bahwa internet itu bisa sangat bermanfaat untuk mendukung pendidikan pelajar. Seperti, mencari materi-materi tugas sekolah dari internet. Selain itu, enggak hanya memanfaatkan internet untuk akademis saja, namun anak-anak juga bisa melihat karya-karya bagus di internet.

β€œMenurut saya sebaiknya internet itu yang cepat dan aman. Sehingga bisa mudah diakses semua orang. Tapi sebisa mungkin diawasi dan diregulasi oleh pemerintah. Kalau bisa buat akses internet lebih terjangkau. Lalu, institusi pemerintah juga hendaknya mendukung kampanye di internet,” usul Andhika.

Kemudian, Faiz mengungkapkan mengenai negatifnya internet. Menurut Faiz, internet juga memiliki sisi negatif seperti Cybercrime, Cyberbullying, pencurian data, dan lain-lain. Faiz juga mengungkapkan fakta bahwa anak-anak seumurannya sudah bisa mengakses konten negatif, meskipun sebenarnya situs tersebut telah di-block oleh pemerintah.

β€œAnak-anak zaman sekarang bisa lho akses deep web. Website-website yang enggak bisa disearching tapi bisa diakses dengan masuk proxy tertentu. Saya sendiri pernah melihat website tentang child pornografi, penjualan senjata, trafficking, dan lain-lain,” jelas Faiz.

Untuk itu, maka Faiz mengusulkan kepada pemerintah supaya meningkatkan digital literasi kepada orang tua. Selama ini, banyak orang tua kecolongan karena orang tua enggak tahu cara memakai internet. Jadi, dibohongin sama anaknya, ya percaya aja.

Terakhir adalah Bindra yang berbicara mengenai internet positif. Menurut Bindra, sebenarnya internet itu bisa membawa dampak positif dalam kehidupan, seperti mempermudah komunikasi, mempercepat mendapat informasi, bisa membuat orang bersosialisasi dengan teman-teman di negara lain, bisa menunjukkan eksistensi diri seseorang, bahkan sampai kemudahan transportasi online yang sering kita pakai saat ini.

Untuk menjaga supaya internet tetap bisa dipakai mengakses konten-konten positif, maka Bindra mengusulkan beberapa hal ini:

  • Pemerintah sebaiknya memblokir situs-situs negatif.
  • Membuat kotak aspirasi untuk masyarakat mengenai penggunaan internet dan konten-kontennya.
  • Pemerintah memilah-milah juga apakah situsnya yang negatif, atau cuma iklan-iklannya. Sebab, sering juga situsnya memuat hal positif, namun iklannnya negatif. Sayang kalau hanya karena iklannya yang negatif, situsnya ikut dimatikan.
  • Membuat KIAI atau Komite Internet Anak Indonesia (KIAI) untuk membimbing anak-anak menggunakan internet.
  • Memasukkan kurikulum online ke pelajaran sekolah.
  • Mengadakan program satu jam tanpa internet.

Memperhatikan anak-anak berdiskusi dan menyuarakan pendapatnya mengenai penggunaan internet, saya pribadi sangat mengapresiasi. Bagaimanapun juga, anak-anak ini adalah salah satu yang bisa diandalkan untuk berkontribusi menciptakan konten-konten positif di internet. Semoga berawal dari anak-anak yang hadir dalam acara tersebut akan muncul netizen-netizen unggul lainnya di luar sana, yang mau memanfaatkan internet dengan bijak.

Buat teman-teman yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai program SiBerkreasi, bisa membaca informasinya di media sosialnya:

  • Instagram: @siberkreasi.
  • Twitter: @SiBerkreasi.

April Hamsa