Jelang tahun ajaran sekolah baru, saya mendapatkan banyak DM yang nanya-nanya tentang Sekolah Murid Merdeka (SMM), tempat anak-anak saya belajar. Rata-rata DM-nya diawali dengan pertanyaan, “Mbak apa anaknya masih di SMM?” Kemudian, setelah saya menjawab, “Iya” baru deh mulai bertanya tentang SMM itu sistem belajarnya bagaimana.
Oh ya, ternyata masih ada yang menganggap kalau SMM itu sekolah formal, padahal sebenarnya statusnya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Makanya, saya selalu menyebut kalau kami sekeluarga tuh homeschooler ala-ala.
SMM memiliki kurikulum berbasis kompetensi dengan metode pembelajaran blended learning. Yeah, salah satu pertimbangan mengapa belajar dengan SMM adalah punya waktu belajar yang fleksibel. Trus, metode belajarnya tuh kontekstual, bukan sekadar teori, sehingga memudahkan anak memahami materi belajar.
Lalu, tentu saja, seiring perkembangan zaman, ada beberapa perubahan SMM dibandingkan yang dulu. Apa saja?
Ada kelas Tatap Muka Rutin (TMR)
Kalau dahulu, untuk tatap muka hanya jika mendaftar kelas add on. Namun, karena banyak peminat anak-anak yang kepengen belajar secara tatap muka, maka ada kelas TMR ini.
TMR biasanya berlangsung di tempat belajar yang disebut dengan “hub”. Saat ini kalau enggak keliru ada 25 hub yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kalau enggak keliru ada dua pilihan jam belajar yakni seminggu tiga kali dengan durasi 3 atau 5 jam setiap datang TMR. Ada pula yang bilang ada opsi belajar lima kali dalam seminggu. Weh, udah kek anak sekolah formal saja hehe.
Untuk saat ini anak-anak saya masih ikut program daring rutinnya. InsyaAllah, sih, kalau sudah ada hub di area terdekat rumah bakalan TMR. Denger-denger sih tahun ajaran depan ada, jadi kemarin waktu daftar ulang, kami mendaftar untuk program, TMR.
Ada seragam
Yes, sekarang SMM ada seragam. Seragamnya ada dua, yakni batik dan kaus polo. Sementara ini, anak-anak hanya punya kaus polonya. Saya belum beli batiknya, hahaha. Mungkin nanti,jika jadi TMR.
Sebenarny aini pun sempat jadi perdebatan, karena yang belajar di SMM kan berangkatnya dari homeschooling ya, sehingga yang namanya seragam nih “nggak penting”. Hanya saja, ternyata, SMM kan sering bikin kegiatan di luar buat murid-muridnya. Nah, supaya mudah dikenali, maka ada seragam ini.
Jadwal buat memakai seragam pun berlaku buat TMR maupun peserta didik daring rutin. Namun, kalau anaknya masih mau pakai pakaian lain juga tak masalah. Hanya saja, kalau ada kegiatan di luar kayak piknik gitu diharapkan pakai seragam sebagai identitas.
Ada kelas ekskul
Ada pula kelas ekskul yang setiap anak diwajibkan ikut minimal satu kelas. Ada beberapa kelas ekskul yang diselenggarakan secara daring maupun tatap muka. Kayak kelas olahraga gitu sepertinya tatap muka. Sayangnya, lokasinya masih terbatas, sehingga kami enggak ikut kelas ini.
Anak-anak awalnya ikut Seni Rupa, Kelas Menulis, dan Coding. Cuma setelah dijalani, tugasnya mayan banyak, akhirnya masing-masing anak cuma ikut satu kelas saja. Pokoknya yang penting focus 😀 .
Ada kelas inklusi
Tak ketinggalan, ada kelas inklusi. Ya, namanya juga menyesuaikan kebutuhan siswa ya. Tahun ini, salah satu anak saya ikut kelas ini.
Kelas inklusi ini ada untuk program TMR maupun daring ruting. Anak-anak masih ikut kelas besar bersama teman-teman sekelasnya, tetapi juga ada guru pendamping. Pengajarnya pun professional, karena saya cek background guru pendampingnya adalah lulusa psikologi, bahkan ada yang lulusan S2.
Sejauh ini, alhamdulillah, anak saya terbantu ya. Anaknya sudah mulai pintar mengemukakan pendapat dan bertanya. Mungkin, karena kelas inklusi ini pesertanya sedikit, sehingga anak leluasa berdiskusi baik dengan teman atau gurunya.
Untuk tugas-tugas, enggak ada perbedaan antara kelas biasa dengan inklusi, karena semua materi dan panduan tugas ada di aplikasi SMM.
Dengan banyaknya perkembangan tersebut, tentu saja berimbas pada biaya hehe. Bahkan, sebenarnya, kalau dihitung-hitung udah sama saja SPP-nya seperti SPP sekolah swasta. Bedanya, enggak ada uang gedung saja.
Eh, itu untuk murid lama ya. Denger-denger, kalau murid baru ada beberapa biaya lagi, seperti biaya pengembangan. Kemungkinan besar ya buat mengembangkan kurikulum untuk menuju sistem yang lebih baik lagi.
Kalau murid lama, alhamdulillah, ada saja beasiswanya (baca: diskon). Lumayan sih, apalagi kalau buat murid yang bersaudara.
Yaaa, jadi begitulah SMM nowadays. Semoga membantu buat orang tua yang mau mendaftarkan anak-anaknya belajar di SMM tahun ajaran ini.
April Hamsa
Comments