Salah satu makanan yang bisa kita nikmati pagi-pagi sekali di Surabaya, karena udah banyak yang menjualnya, adalah soto. Berbeda dengan di Jakarta (coret) kayaknya jarang yang jualan soto pagi-pagi. Itulah sebabnya, salah satu makanan yang saya cari ketika mudik ke Surabaya adalah soto. Nah, kebetulan, suatu saat Mbak Nurul, blogger Surabaya ngajakin makan di Soto Mbah Tandur, ya, saya iyain aja.
Soto Mbah Tandur ini soto ayam ya. Sepertinya jenisnya Soto Lamongan gitu, sih. Soalnya, rata-rata soto yang dijual di Surabaya tuh ya Soto Lamongan. Makanya, kadang suka bingung kalau di Jakarta (coret) ada yang jual Soto Surabaya, karena di Surabaya adanya ya biasanya Soto Lamongan.
Eh, tapi sebenarnya ada juga sih yang menjual soto daging sapi. Kalau enggak salah ini jenisnya Soto Madura, gitu. Ah, tetapi semua sama-sama enak, kok. Apalagi, kalau buat sarapan pagi. Sarapan makanan gurih dan berkuah hangat gitu, bakalan bikin semangat buat beraktivitas 😀 .
Kembali lagi ke Soto Mbah Tandur, FYI, lokasi warung Soto Mbah Tandur ini ada di area Rungkut. Tepatnya di Jl. Rungkut Menanggal Harapan. Hanya saja sayangnya alamatnya belum ada di Google map. Namun, tenang, bisa dicari aja dengan nama “Sate Ayam Rungkut Menanggal Harapan”. Ntar ketemu, kok.
Bukan karena yang dagang soto jualan sate juga. Bukan. Melainkan, ternyata, kalau pagi lokasinya tuh dipakai jualan soto, sedangkan kalau malam jualan sate. Penjualnya orang yang berbeda, info dari Mbak Nurul.
Oh ya, selain sarapan ma Mbak Nurul, satu lagi blogger Surabaya yang join makan-makan soto hari itu, yakni Bu Dian (@dee_arif). Kebetulan juga, kami mau takziah ke rumah Mbak Wiwid (blogger Surabaya juga) yang beberapa waktu sebelumnya suaminya berpulang.
Beberapa tahun sebelumnya ketika mudik Surabaya juga, seingat saya rumah Mbak Wiwid ini masih satu perumahan sama Mbak Nurul. Hanya beda blok/ gang.
Eh, ternyata hari itu saya baru ngeh, kalau Mbak Nurul tuh pindah rumah ke rumah mertuanya. Areanya ya sebenarnya masih berdekatan.
Terkejoetnya lagi, ternyata Soto Mbah Tandur ini lokasinya ada di teras rumahnya, wkwkwk. Pantesan, kayaknya dulu Mbak Nurul pernah bilang makan-makan soto sama MbakA vi yang tinggal di Sidoarjo. Nah, penjual soto ini jualan di rumahnya.
Waktu itu saya mikir, kan rumah Mbak Nurul agak masuk ke dalam gitu. Emang ada yang jualan di sana? Ternyata, lokasinya ada di rumah mertuanya yang memang terletak di jalan di Rungkut yang lumayan ramai dilewati kendaraan.
Pagi-pagi kami bertiga janjian, ternyata saya lihat belum ada orang di lokasi makan soto yang dimaksud. Akhirnya, saya putuskan untuk menunggu saja di depan warung soto, sembari melihat ke jalan arah ke rumah Mbak Nurul yang dulu (sebelumnya kan saya enggak tahu kalau Mbak Nurul udah pindah).
Eh, tiba-tiba ibuk-ibuk penjual sotonya bertanya kepada saya, “Temannya Mbak Nurul ya?” Ternyata, Mbak Nurul udah ada di sana, lha wong jualannya di teras rumahnya hahaha 😛 .
Selang beberapa lama kemudian Bu Dian datang diantar suaminya. Setelah ngobrol dikit melepas kangen, kemudian kami memesan makanan.
Warung Soto Mbah Tandur ini bentuknya sederhana aja. Khas depot-depot di Surabaya gitu. Kalau enggak salah ingat Cuma ada satu meja makan besar lengkap dengan bangkunya berwarna oranye untuk makan.
Kemudian, di dekat pintu terdapat rombong sotonya yang sekaligus dijadikan tempat servis dan menyajikan soto. Enaknya makan di sini tuh, lokasinya enggak terlalu tertutup ya. Jadi kayak di teras/ garasi terbuka gitu yang langsung nyambung dengan taman rumah mertuanya Mbak Nurul. Kayaknya, waktu itu kalau mau duduk lesehan di teras rumahnya Mbak Nurul, juga oke, tuh, hehe.
Kembali lagi ke sotonya. Seperti yang saya bilang tadi, sotonya soto ayam ya. Setelah ibu penjualnya mengambilkan nasi, baru kemudian dibawa ke rombong sotonya.
Pertama ibunya, menambahkan su’un/ bihun ke atas nasi, kemudian daun bawang, dll. Selanjutnya, si ibu “menyuwir-nyuwir” ayam utuh dengan pisaunya. Maksudnya dipotong tipis-tipis gitu. Lalu, lanjut memberikan potongan telur rebus dan koya. Terakhir, adalah menyiram kuah panas yang ternyata di dalamnya ada ceker.
Sebagai penggemar ceker ayam, tentu saja seneng donk dapat siraman kuah ceker. Apalagi, menurut saya, cekernya tuh lumayan gedhe-gedhe, gitu. Satu porsi kebagian masing-masing tiga ceker. Kalau mau nambah kayaknya ya boleh aja, sih 😀 .
Setelah soto dihidangkan di meja, nanti kita bisa menambahkan pendamping makanan lainnya seperti jeruk nipis, sambal, krupuk, kecap, dll. Saya pun kemudian menambahkan sambal dan kecap, karena suka kalau kuah sotonya jadi “butek” alias keruh 😀 . Saya juga makan sotonya pakai kerupuk putih. Sayangnya, sepertinya enggak ada toples koya supaya bisa menambah koya hehe.
Saya jadi keinget, dulu, tiap makan soto, saya selalu request ke penjual soto supaya nasinya banyak, sementara kuahnya dikit aja. Soalnya, saya enggak terlalu suka makanan berkuah melimpah. Tak lupa saya memesan supaya dikasi koya yang banyak. Apalagi, soto dekat kantor dulu. Penjualnya menyajikan toples koya di meja, sehingga pelanggan bisa menambah koya sendiri.
Untuk rasa soto yang disajikan di Soto Mbah Tandur. Menurut saya kuahnya berbumbu tetapi enggak terlalu kental. Mungkin, karena lidah saya lebih sering makan Soto Betawi, sehingga kuah kental dan ringan patokannya udah beda haha. Meski demikian, rasanya gurih dan asinnya pas.
Suwiran/ potongan daging ayamnya juga pas ketebalannya. Cekernya gurih dan empuk. Mungkin, karena cekernya ada di dalam kuahnya ya, sehingga kayak anget terus jadi kulit cekernya mudah terkelupas.
Untuk minumannya, hari itu memilih teh anget. Biasanya saya lebih suka makan soto pakai es teh atau es jeruk, namun karena hari itu lagi pengen konsumsi yang anget-anget aja 😀 .
Hargi seporsi soto di Soto Mbah Tandur adalah Rp. 15 ribu. Kalau tehnya, lupa nanya harganya, soalnya sarapan hari itu ditraktir sama Mbak Nurul hehe. Alhamdulillah, kenyang.
Thank you, Mbak Nurul yang udah nraktir dan Bu Dian yang sudah nemenin sarapan. Semoga next kalau mudik Surabaya bisa makan-makan bareng lagi.
Setelah kenyang makan soto, kami kemudian jalan kaki menuju rumah Mbak Wiwid. Alhamdulillah, masih bisa silaturahmi dengan teman-teman blogger yang tinggal di Kota Pahlawan.
April Hamsa
yu Tandur terharuuuu banget lihat pideo TikTok kamu Pril.
auto ngeshare ke sanak saudaranya di desa
kalo blogpost nih dese buta huruf qkqkqkqk
kapan2 silaturahmi lagi yaakk