Dunia memang sedang fokus kepada penanganan pandemi Covid-19. Namun, sebagai orang tua, khususnya yang masih punya anak usia bayi/ balita, jangan melupakan pneumonia ya moms, dads. Soalnya, yang namanya pneumonia ini merupakan penyakit berbahaya dan pembunuh bayi nomor 2 di Indonesia, setelah diare 🙁 .

Pneumonia pembunuh anak nomor dua di Indonesia 🙁 . Sumber gambar: Mayoclinic.org.

Bahaya pneumonia pada anak

Mungkin ada yang bertanya-tanya, “Pneumonia itu apa sih?”

Soalnya, memang enggak semua orang tua mengenal istilah ini. Namun, kalau ada yang menyebut “paru-paru basah” pasti akrab di telinga kita, ya moms, dads?

Yup, “pneumonia” sering disebut oleh kita yang awam dengan istilah medis sebagai “paru-paru basah”. Disebut demikian karena penyakit ini menyerang kantung udara (alveolus) di paru-paru. Jadi, paru-parunya akan terisi cairan gitu, sehingga tentu saja pasien akan mengalami kesulitan dalam bernafas.

Bayi dan balita berisiko tinggi terkena pneumonia. Sumber gambar: Materi Webinar “Hari Peringatan Pneumonia Dunia 2020”.

Berikut adalah gejala umum pneumonia yang saya ketahui, menurut salah satu situs kesehatan mayoclinic.org:

  • Dada terasa nyeri ketika bernafas atau batuk
  • Sesak nafas
  • Batuk hingga mengeluarkan cairan/ dahak
  • Merasa mudah lelah
  • Demam sampai menggigil dan berkeringat
  • Suhu tubuh lebih rendah dari suhu normal
  • Ada mual, muntah, bahkan diare.

Penyakit ini memang bisa menginfeksi siapa saja, baik dewasa, maupun anak. Namun, akan sangat berbahaya jika anak-anak, khususnya usia bayi di bawah 2 tahun yang terkena. Saluran pernafasan bayi masih pendek, sehingga apabila terjadi gangguan di paru-paru, bayi akan mengalami sesak nafas lebih cepat dan berisiko tinggu berujung pada kematian. Itulah sebabnya pneumonia ini disebut pembunuh anak, khususnya bayi, nomor 2 di Indonesia ini.

Penyebab pneumonia pada anak. Sumber gambar: Materi Webinar “Hari Peringatan Pneumonia Dunia 2020”.

Kenapa saya concern mengenai hal ini?

Jadi, dahulu anak saya yang pertama tuh berat lahirnya rendah, cuma 2,1 kg. Dokter kandungan yang membantu saya melahirkan dan dokter anak yang mengimunisasi anak saya sejak kecil, sudah mewanti-wanti untuk menjaga baik-baik si anak ini. Di antara wejangan tersebut antara lain: menjaga kesehatan anak dengan memberikan vaksin yang lengkap, menjaga lingkungan tempat tinggal supaya bersih agar tak terjadi alergi, dll. Risiko pneumonia yang bisa terjadi, juga dijelaskan pada waktu itu.

Saya masih ingat setiap malam terbangun, hanya untuk memastikan si anak ini masih bernafas atau enggak 🙁 . Ketika melihat dadanya masih naik turun, saya langsung lega. Tak lupa, saya pastikan nafas di hidungnya masih ada atau enggak. Alhamdulillah, sekarang anaknya udah tumbuh gede dan sehat.

Penyebab pneumonia apa aja sih?

Yes, jadi buat moms, dads, yang memiliki anak dengan berat badan lahir kurang/ rendah (dan saat ini masih bayi) tolong diwaspadai betul ya, pneumonia ini.

Saya juga baru mengetahui lebih jelas mengenai hal ini ketika mengikuti webinar dalam rangka Festival Anak Sehat Indonesia bertema “Hari Peringatan Pneumonia Dunia 2020” yang diselenggarakan tanggal 12 November lalu oleh Save the Children Indonesia. FYI, Save the Children Indonesia adalah identitas merek dari Yayasan Sayangi Tunas Cilik yang selama ini bergerak di bidang perjuangan hak-hak anak untuk mendapatkan haknya, di antaranya hak untuk mendapat pendidikan, kesehatan, dll.

Webinar tentang “Hari Peringatan Pneumonia Dunia 2020” bisa dilihat di video ini ya.

Salah satu narasumber dalam webinar hari itu adalah Prof. DR. dr. Soedjatmiko, SpA(K), Msi, seorang dokter spesialis anak sekaligus konsultan tumbuh kembang. Prof. Soedjatmiko dalam kesempatan itu menjelaskan bahwa anak dengan berat badan lahir rendah berisiko tinggi terkena pneumonia.

Pneumonia ini disebabkan oleh bakteri, virus, kemudian jamur yang ada di mana-mana, kemudian masuk ke hidung, saluran nafas, dan masuk ke paru bayi dan balita kita lalu menimbulkan demam, pilek, dan batuk panas, serta sesak nafas, tetapi karena kekebalan anak bayi dan balita kita rendah, maka paru menjadi rusak, fungsinya menjadi tertaganggu dan bayi-bayi kita bisa meninggal atau sakit berat, terutama yang punya berat lahir rendah atau yang memiliki penyakit kronis,” jelas Prof. Soedjatmiko.

Prof. DR. dr. Soedjatmiko, SpA(K), Msi.

BTW, dahulu, saya mengira penyebab pneumonia itu adalah karena rokok. Yeah, jadi ada orang terdekat dari si bayi yang merokok, kemudian si bayi jadi kesulitan bernafas.

Ah, di dekatku enggak ada orang merokok kok, kecil kemungkinan lha kena pneumonia,” pikir saya, dulu.

Ternyata, saya keliru. Masih banyak faktor lain yang bisa menyebabkan terjadinya pneumonia. Seperti yang dikemukakan oleh seorang ibu, namanya Ibu Tita, orang tua dari anak Reno penyintas pneumonia yang “kesaksiannya” saya dapat juga di media sosial Save The Children Indonesia , berikut:

Saya sempat bertanya ke dokter spesialis anak, “Kok bisa anak saya terkena pneumonia, padahal sirkulasi udara di rumah baik dan tidak ada yang merokok?” Ternyata, pneumonia juga bisa disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit dari droplet orang sakit yang menempel di permukaan benda-benda di luar rumah.” (Ibu Tita, sumber: YouTube channel Save The Children Indonesia).

Sumber: Media sosial Save the Children.

Jadi, penyebab pneumonia itu ternyata bisa dari:

  • Bakteri Streptococcus pneumoniae. Biasanya bakteri ini tiba-tiba menyerang ketika si anak abis terserang flu atau tertular dari orang terdekatnya yang mungkin sakit flu. Itulah sebabnya, kalau sedang flu, pilek, bersin-bersin, walau itu di lingkungan keluarga sendiri, sebaiknya pakai masker ya, moms, dads.
  • Jamur dan parasit yang biasanya terdapat pada kotoran burung, lingkungan yang kotor, dll.
  • Virus juga bisa menjadi penyebab pneumonia pada anak. Antara lain virus penyebab flu (influenza), common cold, bahkan virus Corona penyakit Covid-19 bisa membuat anak mengalami pneumonia.

Meski demikian, bukan berarti faktor merokok kita kesampingkan, lho. Soalnya, ya sama aja buruknya, tetap berisiko.

Pneumonia bisa diobati?

Nah, kalau sudah terlanjur terkena pneumonia apa bisa diobati?

Alhamdulillahnya, iya, moms dads, pneumonia bisa diobati, namun juga dlihat-lihat dulu penyebabnya apa nih? Kalau karena bakteri ya nanti akan diberikan antibiotik, kalau karena virus akan ada pengobatan dengan antivirus, dll.

Apakah anak akan masuk rumah sakit jika menderita pneumonia?

Jawabannya, tergantung seberapa parah infeksinya. Apabila gejalanya tidak terlalu parah, biasanya dokter akan mengizinkan anak berisitirahat total di rumah saja. Tentu saja anak harus minum obat-obatan dari dokter ya. Sedangkan, kalau gejala sudah sangat parah seperti sesak nafas berat, demam yang tinggi tak turun-turun, penurunan kesadaran, dll, maka si kecil terpaksa dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu.

Lalu, bagaimana supaya anak kita enggak terkena pneumonia?

Tentu saja mam, dads, walaupun pneumonia ada obatnya, namun siapa sih orang tua yang menginginkan anaknya kena pneumonia? Enggak ada kaaan?

Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kita mencegah pneumonia ini terjadi, ketimbang repot-repot mengobati jika sudah “kejadian”. Cara pencegahannya, antara lain dengan merawat anak-anak dengan perhatian yang ekstra, mulai dari nutrisi, kesehatan, hingga stimulasi untuk tumbuh kembang anak.

Cara mencegah anak terkena pneumonia.

Oh iya, dalam webinar yang saya sebut di atas tadi, juga hadir narasumber suami istri publik figur Surya Saputra dan Cynthia Lamusu. Pasangan yang memiliki anak kembar yang terlahir prematur ini, memberikan tips supaya anak-anak selalu sehat dan terhindar dari risiko pneumonia.

Saya di rumah memastikan kondisi rumah selalu bersih, enggak ada debu, enggak ada kotoran, udara di dalam kamar selalu bersih, makanya saya beli air purifier, disinfektan sana sini jadi selalu kondisinya aman buat anak-anak,” cerita Surya Saputra.

Sebagai orang tua, kita berusaha memberikan yang terbaik dan menjauhkan dari hal-hal yang enggak baik seperti asap rokuk, polusi udara, tak lupa harus cari informasi apa yang bikin mereka dalam kondisi aman dan sehat, harus cari kapan anak vaksinasi dan informasi-informasi lainnya untuk tumbuh kembang mereka,” lanjut Surya Saputra.

Karena kami menunggu lama untuk punya anak dan lahirnya prematur, maka kami betul-betul ekstra memperhatikan mulai dari tumbuh kembang anak, nutrisi, mulai dari pemberian MPASI dan lain-lain,” kata Cynthia Lamusu yang menjelaskan kondisi kelahiran anaknya, sehingga membuatnya tidak mau sembarangan dalam merawat dan membsarkan anak-anaknya.

Betul betul ekstra, termasuk untuk MPASI, saya langsung yang membuat semua menunya, saya sampai sharing mpasi anak-anak di media sosial, saya baca buku, cari tahu menu-menu apa saja dengan manfaat baik untuk tumbuh kembang anak kami,” jelas Cynthia Lamusu.

Keluarga Surya Saputra dan Cynthia Lamusu.

Yeeess, itu adalah tips dari pasangan Surya Saputra dan Cynthia Lamusu yang bisa kita contoh ya.

Trus, selain tips dari pasangan tadi, dari webinar itu pula, saya mendapat penjelasan lebih lengkap tentang cara mencegah pneumonia. Ternyata, caranya tuh gampang aja, kok, yakni dengan STOP (pneumonia), maksudnya adalah:

  • S = Air Susu Ibu (ASI) ekslusif selama enam bulan, tambahkan dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI), lanjutkan selama minimal dua tahun

Yeah, makanan terbaik untuk bayi yang baru lahir adalah ASI. Ini juga hak bayi lho, moms, dads. Alhamdulillah juga zaman sekarang yang namanya pengetahuan tentang ASI itu mudah kita dapatkan. Bahkan, sekarang working mom pun juga bisa memberikan ASI. Bisa dengan cara diperah, disimpan dalam lemari es, dll. Asalkan ada kemauan pasti bisa.

Kemudian, selepas ASI eksklusif enam bulan, sangat disarankan anak tetap menerima ASI sampai maksimal usia dua tahun. Tak lupa setelah anak usia enam bulan, berikan anak Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang berkualitas. Alangkah baiknya mams and dads membuatkan anak makanan sendiri. Sekarang banyak kok buku panduan MPASI homemade. Bahkan, tak perlu beli buku, di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang pink yang biasanya diberikan saat posyandu/ ke dokter anak itu juga ada resep MPASI, lho.

Oh iya, dalam webinar tersebut ada Menteri Kesehatan Bapak Terawan Agus Putranto yang berpesan supaya kita, orang tua, bisa memanfaatkan dengan baik buku KIA tersebut untuk selalu memantau tumbuh kembang dan imunisasi anak-anak kita.

  • T: Tuntaskan imunisasi

Yes, pastikan untuk mengimunisasi/ memvaksin anak sesuai usianya ya. Tabel/ jadwal vaksinasi ini ada di buku KIA juga, kok. Tujuan vaksin sudah pasti untuk melindungi anak dari penyakit tertentu, menambah kekebalan tubuh anak-anak kita. Anak yang divaksin akan lebih jarang sakit, ketimbang anak yang enggak divaksin.

  • O: Obati ke fasilitas kesehatan jika anak sakit

Apabila anak sakit, pastikan untuk membawa anak ke fasilitas kesehatan yang benar ya. Usahakan kalau sakit jangan, maaf, “diurut”, namun bawa ke dokter. Bisa di rumah sakit, klinik dokter, atau yang paling mudah ke puskesmas. Serahkan anak pada ahli kesehatan yang “benar”.

  • P: Pastikan kecukupan gizi anak, hidup bersih sehat, dan pantau tumbuh kembang anak

Yes, ketika kita sudah memutuskan untuk menjadi orang tua, biasanya yang kita pikirkan adalah anak dan anak, ya moms, dads?

Yuk, moms, dads, STOP Pneumonia pada anak.

Apa-apa buat anak. Pokoknya, yang terbaik buat anak.

Maka dari itu marilah kita bersama-sama menciptakan lingkungan terbaik buat anak, dengan merawat anak sebaik mungkin, menjaga lingkungan tinggal kita supaya nyaman dan tidak membahayakan anak.

Kemudian, untuk orang tua yang merokok, saya sarankan, please coba berhenti merokok untuk kepentingan anak-anak (khususnya yang masih usia bayi/ balita). Tolong jangan bilang susah berhenti dulu, sebelum mencoba.

Mungkin bisa dicoba dengan membuat celengan dari toples kaca gitu, lalu cemplungin uang rokok-nya ke toples itu. Coba aja, hmmm, seminggu dulu deh. Kira-kira terkumpul berapa? Banyak atau enggak? Itulah uang yang orang tua bakar selama ini 🙁 . Padahal cuma seminggu, kalau lebih gimana ya? Betapa banyak uang yang tadinya dibelikan rokok eh ternyata bisa dikonversikan ke hal-hal lain, seperti bahan makanan anak yang lebih bergizi, popok anak, mainan anak, dll? Mungkin bisa direnungkan sejenak ya mam, dads, yang mungkin masih merokok.

Tak lupa, pantau selalu tumbuh kembang anak. Apakah sudah sesuai milestones atau belum? Khususnya untuk anak-anak yang terlahir dengan berat lahir rendah nih (biasanya prematur).

Semua upaya pada poin ini merupakan pencegahan supaya anak kita memiliki fisik dan imunitas yang kuat, sehingga terhindar dari berbagai penyakit, termasuk pneumonia.

Yaaa, jadi begitulah mams, dads, mengenai pneumonia ini. Semoga sedikit tulisan tentang penyakit yang kini juga makin banyak menjangkiti anak-anak, khususnya bayi/ balita, apalagi karena adanya Covid-19 ini bisa membuat kita sama-sama aware yaaa.

Untuk informasi lebih lengkap mengenai STOP pneumonia, teman-teman juga bisa mengunjungi media sosial Save the Children Indonesia di:

Tetap jaga kesehatan dan kewarasan diri. Usahakan untuk membantu STOP pneumonia. Semoga Tuhan senantiasa memberi kesehatan kepada keluarga kita, khususnya anak-anak kita semua di tengah wabah seperti ini, aamiin.

April Hamsa