Tebing Breksi, yeah, lokasi wisata yang satu sepertinya heits banget di kalangan wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Alhamdulillah, saya sudah pernah mengunjungi Tebing Breksi ini, eh, tapi udah lama sih yakni tahun 2018 silam.
Haha, yeeess, postingan tentang Tebing Breksi ini adalah salah satu postingan “perginya kapan, ditulisnya kapan di blog” :p. Jadi, ya arap makloem ya, karena baru sempat ditulis sekarang :D.
Ceritanya, saya mengunjungi Tebing Breksi itu merupakan bagian dari rangkaian wisata glamping bersama teman2 Blogger di Yogyakarta. Nah, dalam paketan glamping itu ada tour ke beberapa obyek wisata di Yogyakarta. Salah satunya ke Tebing Breksi.
Kalau tidak salah rombongan saya ke Tebing Breksi itu sekitar waktu siang menuju sore. Dari situ kami langsung mengitari area sekitar untuk melihat-lihat ada apa saja sih di sana.
Dari kejauhan saya bisa melihat semacam ceruk berisi air, semacam danau-danauan gitu. Kemudian, saya juga melihat tebing bebatuan dengan anak tangga buatan. Tebing ini menjulang lumayan tinggi, mungkin ada sekitar 30 meter, yang terdiri dari batuan kapur raksasa. Selain anak tangga, ada pula ukiran yang membentuk relief seperti yang terdapat di candi-candi.
BTW, ternyata, kolam yang saya lihat pertama kali tadi ada ikannya. Kalau dari kejauhan tak tampak ada ikan karena warna airnya kehijauan.
Tebing Breksi ini katanya bukan sembarang ikon wisata, karena katanya merupakan bukti nyata sebuah area/ desa yang sukses membangun daerahnya. Jadi, dulu, Tebing Breksi ini adalah wilayah pertambangan batu kapur. Penduduk desa menggantungkan perekonomiannya selama bertahun-tahun dengan menambang bebatuan di sini.
Hingga suatu saat ada peneliti dari ITB yang menemukan jenis batu langka di pertambangan ini. Setelah bermusyawarah dengan apparat dan penduduk setempat, akhirnya Tebing Breksi ditetapkan sebagai salah satu Geoheritage Yogyakarta dan terdapat larangan untuk menambang batu di sana lagi. Bekas tambang itu kemudian disulap menjadi obyek wisata Tebing Breksi yang kita kenal sekarang.
Oh ya, anak tangga tadi bukannya ada buat hiasan saja ya, melainkan pengunjung juga bisa naik ke atas. Dari atas tebing kitab isa melihat keindahan alam di sekeliling tebing yang masih banyak terlihat ijo-ijo. Lalu, di atas sana juga terdapat beberapa spot foto yang instagramable. Sayangnya, bentuknya tuh menurut saya kurang alami. Biasa sih, yang lagi trend kala itu, seperti gerbang love-love, warna-warni, dll.
Kalau menurut saya, tanpa spot foto seperti itu, Tebing Breksi sudah sangat menawan, kok. Ya, tapi namanya juga maksudnya buat pepotoan ya dan selera orang berbeda-beda. Kalau saya pribadi sih waktu itu lebih memilih berfoto dengan latar belakang benda-benda alami yang saya temukan saja di sekitar sana.
Selain relief dan spot foto menarik, di Tebing Breksi juga bisa kulineran. Di seberang tebing persis terdapat beberapa tenant makanan. Sayangnya, waktu itu saya nggak sempat mencicipi karena terburu-buru mau ke lokasi wisata lain.
Pergi ke lokasi lain itu dengan memanfaatkan mobil jeep yang bisa disewa di sekitar Tebing Breksi. Biaya sewanya sepertinya waktu itu cukup terjangkau, tak sampai Rp. 50 ribu. Namun, entah sekarang ya.
Dari Tebing Breksi saya dan rombongan diajak mengunjungi beberapa lokasi yang masih di atas perbukitan juga, tetapi lebih alami. Saya lupa namanya, tapi seru banget bisa menikmati Yogyakarta (daerah Sleman) dari ketinggian. Bisa melihat Candi Prambanan juga yang lokasinya tak jauh dari sana.
Katanya sih mobil jeep itu juga bisa mengantar kita ke situs erupsi Gunung Merapi, tetapi karena sudah kesorean, akhirnya kami memutuskan untuk sunsetan saja di Candi Ijo.
Setelah itu, kami kembali ke Tebing Breksi. Ternyata, kalau malam hari, Tebing Breksi pun sangat menawan. Banyak lampu yang menyoroti tebing, sehingga membuat wisata ini terlihat eksotis.
Cuma saya tidak tahu kalau udah gelap gitu, apakah boleh naik ke atas atau nggak. Waktu itu setelah sampai Tebing Breksi lagi, saya dan teman-teman hanya menumpang sholat di musholanya yang cukup luas dan resik. Meski agak ramai pengunjung, tetapi syahdu sekali lho sholat di sana.
Jadi kepengen deh ke Tebing Breksi lagi. Semoga kapan-kapan bisa ke sana lagi bersama keluarga agak pagi, sehingga lebih puas eksplore-nya.
Kalau teman-teman sudah pernah ke Tebing Breksi, Yogyakarta, belum? Yang udah pernah, share pengalamannya ya 😀 .
April Hamsa
Comments