Daycare. Saya salah satu dari sekian banyak orang tua yang bersyukur atas kehadiran tempat penitipan anak tersebut. Soalnya di Jakarta (Depok, tepatnya 😛 ), keluarga kecil kami enggak memiliki support family yang bisa dipercaya untuk menjaga anak-anak, apabila saya dan suami ada keperluan atau pekerjaan yang enggak memungkinkan membawa anak.

Kenapa enggak nitip tetangga saja?”

Kalau nitip tetangga, hmmm, saya khawatir merepotkan. Belum lagi kalau “ada apa-apa” (macem-macem, lha), nanti jadinya malah ngrasa enggak enak. Kalaupun, membayar tetangga untuk menjaga anak-anak, saya kurang yakin tetangga punya pengalaman mengasuh anak-anak balita. Saya lebih yakin dengan pengasuh di daycare, karena mereka pasti sudah diseleksi menurut keahlian sehubungan dengan mengurus anak oleh owner-nya daycare.

Kenapa enggak pakai asisten di rumah yang khusus jaga anak?”

Soalnya saya stay at home mommy dan bekerja dari rumah (freelancer). Saya keluar cuma sesekali, doank. Kalau ada meeting, ada event, ada urusan administrasi, de el el.

Lho, kamu kan stay at home mommy, kok pakai nitip anak ke daycare segala?”

Saya nitip anak ke daycare saat saya dan suami sama-sama pas enggak bisa menjaga anak. Biasanya saat sama-sama ada pekerjaan atau urusan yang tidak memungkinkan membawa anak.

By the way, sesekali buat teman-teman (ibu-ibu) yang murni stay at home mommy, yang enggak nyambi ngefreelance pun, kalau mau nitip anak ke daycare juga tak masalah lho. Buat me time, gitu.

Baca juga: 5 Alasan Mengapa Ibu Harus Punya Me Time.

Pengalaman menitipkan anak ke daycare

Saya sudah lupa berapa kali nitip anak ke daycare, hehe. Awal perkenalan dengan daycare tempat saya biasa menitip anak-anak, kalau tak salah ketika saya ada urusan mendadak. Sementara suami harus tidak bisa menjaga anak-anak juga karena harus bekerja.

Di tengah kebingungan saya mencari daycare di area Depok, ternyata ada daycare yang baru aja buka dekat rumah. Pikiran saya, kalau daycare baru buka pasti tempatnya masih bagus dan mainannya juga masih baru-baru.

Ruang aktivitas dan bermain di daycare tempat saya sering menitipkan anak-anak.

Kemudian, saya meng-email daycare yang sebenarnya jaraknya cuma 15-20 menit jika jalan kaki dari rumah tersebut, menanyakan beberapa pertanyaan, seperti jumlah pengasuh, jumlah anak, fasilitas. Saya juga meminta pricelist-nya. Tak lupa saya bertanya apakah bisa menitipkan anak secara harian. Alhamdulillah, bisa.

Ketika hari H, waktu itu saya cuma menitipkan Maxy (anak pertama saya), ternyata Maxy betah. Mungkin karena di sana tempatnya didesain sedemikian rupa dengan warna-warni yang mencolok buat anak-anak plus banyak mainan, kali ya?

Semenjak saat itu, jika saya dan suami sedang sama-sama enggak bisa menjaga anak-anak, saya menitipkan anak-anak di sana. Sayangnya, daycare-nya cuma buka Senin-Jumat. Padahal, pengen juga nitip saat weekend biar bapak ibunya bisa patjaran, hahaha 😛 .

Oh ya, untuk daycare anak-anak yang sekarang, saya sukanya alamatnya enggak jauh dari rumah. Jadi, kalau misalnya saya atau ayahnya pulang duluan, salah satu dari kami bisa langsung jemput anak-anak.

Baca juga: Tips Menitipkan Anak pada Ayahnya.

Selain itu, lokasinyatuh di pojokan gang. Sebenarnya sih malah di ujung yang dekat jalan utama perumahan. Cuma, jalan itu selalu diportal. Jadi, lumayan sepi dari kendaraan yang seliweran.

Jumlah anak-anak yang dititip di sana pun sepertinya sedikit. Sedangkan jumlah pengasuhnya, saya lupa jumlah total pengasuhnya. Namun, selama ini saya lihat berimbang saja, sih. Pernah waktu itu ada event talkshow parenting di sana, saya melihat ada lima orang.

Tapi, saat saya menitipkan anak-anak, kebetulan anak-anak yang dititip sepertinya jarang ada 10 orang jumlahnya (dikit), jadi lebih sering lihat ada tiga orang pengasuh saja di sana. Enggak tahu kalau agak siangan ya, soalnya saya biasanya datang pagi ke sana. Sedangkan saat sore, biasanya saya datang saat pas Maghrib, pengasuhnya tinggal satu yang njagain Maxy dan Dema.

Di daycare tersebut anak-anak mendapatkan makan breakfast and lunch, juga cemilan. Tapi, seringnya anak-anak sih sarapan di rumah sama saya, jadi tinggal makan siang saja di sana.Anak-anak juga diarahkan tidur siang di sana. Saat saya jemput sore, anak-anak juga sudah dimandikan.

Sejauh ini, saya cukup puas menitipkan anak-anak ke daycare. Semoga, nanti saat pindah rumah (rencananya tiga bulan lagi kami pindah ke Cilebut, insyaAllah), saya juga menemukan daycare yang sebagus di sini, aamiin.

Kiat memilih daycare

Berdasarkan pengalaman saya menitipkan anak ke daycare, saya mau berbagi kita memilih daycare. Berikut adalah berbagai hal yang bisa teman-teman tanyakan ke daycare sebelum memutuskan menitipkan anak di sana:

  • Jumlah pengasuh dan anak-anak yang dititipkan

Sebenarnya yang ideal tuh dua anak dipegang satu pengasuh. Tapi, kalau tidak memungkinkan, ya minimal satu pengasuh tuh maksimal tiga lha ya. Soalnya, dulu saat awal-awal pindah ke Depok, ada daycare persis di belakang rumah saya. Tembok kami bahkan menyatu.

Bukan daycare umum sih, melainkan daycare khusus untuk karyawan salah satu instansi di belakang rumah saya. Cuma, ya gitu, pengasuh dan anak enggak imbang. Pengasuh suka tereak-tereak enggak sabaran, ngeriiiiihh…

Cuma, sekarang daycare-nya udah pindah. Katanya sih cari rumah yang lebih gedhean supaya menampung lebih banyak anak. Semoga juga nambah pengasuh di sana.

  • Biaya

Tanyakan biaya administrasinya berapa, biaya bulanan berapa atau harian berapa, kalau terlambat menjemput kena biaya berapa, secara detail. Cocokkan dengan fasilitas yang didapat, sebanding atau enggak.

  • Lokasi daycare

Kalau daycare-nya ada di lingkungan perumahan cari yang lokasinya sepi, yang tidak ramai kendaraan bermotor lewat. Sedangkan, jika daycare-nya ada di perkantoran, sebaiknya cari yang lokasinya di lantai dasar. Lokasi tersebut untuk keamanan dan kenyamanan anak.

  • Ada klinik dokter dekat daycare

Ada beberapa daycare yang mungkin punya klinik dokter sendiri, tapi biasanya yang lumayan biayaya ya? Hehehe. Kalau saya memilih daycare yang dekat klinik dokter. Buat jaga-jaga aja, kalau anak-anak jatuh atau terluka (amit-amit, jangan sampai ya), penanggungjawab daycare bisa cepat menjangkau klinik dokter.

  • Ruang aktivitas bermain

Perhatikan ruang aktivitas bermain anak. Bagaimana kebersihan tempatnya, keamanannya, keamanan, juga permainan apa saja yang ada di sana.

  • Ruangannya banyak

Kalau di daycare kan anak yang dititip ada yang mulai bayi sampai balita usia 4-5 tahunan ya? Usahakan daycare tersebut memisahkan ruangan anak bayi dan toddler, khawatirnya kalau anak-anak yang lebih gedhe main lari-larian, si bayi terinjak.

  • Menu makanan

Teman-teman bisa menanyakan menu makanannya, sehat atau enggak. Lalu, kalau anak-anak ada alergi, kita bisa memberikan catatan menu makanan apa yang sebaiknya enggak diberikan kepada anak. Lalu, orang tua bisa membawakan makanan sendiri.

  • Kebijakan kalau ada anak sakit

Ini, penting. Teman-teman bisa bertanya, kalau ada anak yang dititipkan di sana sedang sakit bagaimana kebijakan daycare. Soalnya khawatirnya kalau ada yang sakit anak kita ntar ketularan.

  • Apakah anak yang dititip di sana semua diimunisasi

Ini penting juga, lho. Terus terang saya khawatir kalau anak-anak saya main sama anak-anak yang enggak diimunisasi. Khawatir ketularan penyakit aneh-aneh dari mereka yang enggak diimunisasi 🙁 .

Itulah pengalaman saya menitipkan anak-anak ke daycare, serta beberapa hal yang bisa teman-teman jadikan pertimbangan sebelum memilih daycare untuk menitipkan anak-anak. Semoga bermanfaat ya 🙂

April Hamsa

#ODOP #Day11 #BloggerMuslimahIndonesia