Wkwkwk, siapa yang ngrasa begitu? Kebanyakan teori parenting malah bikin pusing? 😛
Memang ya moms, zaman now, gitu lho, akses informasi untuk mendapatkan ilmu-ilmu parenting makin terbuka lebar. Tidak hanya terbatas bisa kita dapatkan di kelas-kelas parenting berbayar atau baca di tabloid atau majalah parenting, namun juga udah banyak sekali website bahkan aplikasi yang membahas tentang parenting.
Teori parenting bikin pusing? 😀
Belum lagi, komunitas-komunitas parenting, khususnya yang anggotanya kebanyakan ibu-ibu. Wuah, sudah tak terhitung jumlahnya kayaknya ya? Saya sendiri aja, juga jadi member di beberapa komunitas ibu-ibu. Walau yaaa, lebih seringnya sebagai “penggembira” aja, sih 😛 .
Komunitas-komunitas ini biasanya sering menyelenggarakan seminar, eh, kalau sekarang trend-nya webinar ya? Juga, pelatihan-pelatihan bertema parenting gitu. Selain nambah ilmu tentang parenting, melalui komunitas kita juga berkesempatan menjalin networking. Ketemu orang tua khususnya mommy-mommy lainnya yang mungkin pengalaman mengasuh anaknya lebih lama daripada kita.
Pusingnya belajar teori parenting
Namuuun, emang sih, ada kalanya, makin banyak tahu teori parenting dan kumpul sama mommy-mommy yang kelihatannya parenting-nya OK itu kok ya rada bikin diri ini merasa gimana gitu, yaaa? Bisa dibilang “terintimidasi” gitu enggak sih? Eh, atau saya aja yang ngrasa begitu? Hahaha 😛 .
Kalau saya pikir-pikir lagi, kemungkinan hal tersebut terjadi karena:
-
Bingung memilih teori parenting mana yang dipakai
Setiap orang tua pasti ingin mengasuh anak dengan baik, sehingga anak-anaknya bisa tumbuh dan berkembang di lingkungan yang ideal kan? Nah, ada kalanya tanpa kita sadari, mungkin kita tuh berusaha untuk memakai semua teori parenting yang kita ketahui. Soalnya kita anggap semuanya bagus dan cocok. Sampai-sampai kita lupa bahwa mungkin ada yang kurang cocok diterapkan di keluarga kita sendiri.
-
Tidak punya arah tujuan
Sebenarnya masih berkaitan dengan kebingungan memilih mau pakai cara parenting yang mana. Akibatnya dalam sebuah keluarga tidak punya arah dan tujuan yang jelas gitu, apalagi mengenai apa yang harus dicapai dalam pengasuhan tersebut. Masih seperti go with the flow. Orang tua bingung, apalagi anaknya kan? Hehe.
-
Melihat orang tua lain begitu perfect
Pernah enggak sih merasa enggak percaya diri dengan gaya pengasuhan kita sendiri? Kalau lihat ada mommy-mommy yang sepertinya enggak pernah ngomong dengan nada tinggi ke anaknya, sepertinya kok keren ya?
Belum lagi ada mommy-mommy yang anak-anaknya tuh sudah berprestasi sejak dini? Apalagi kalau anaknya ada banyak. Berbeda dengan kita yang mungkin anaknya baru satu atau dua 😛 . Jadi bikin mempertanyakan ke diri sendiri gitu, enggah sih, bisa enggak ya kita juga punya anak-anak berprestasi? Hahaha.
Eh, tanpa kita sadari belum apa-apa kita mendadak jadi enggak percaya diri ya? Huhu.
-
Khawatir dipandang orang lain aneh
Beberapa teori parenting kan ada yang diadaptasi dari pengasuhan luar negeri. Mungkin, ada beberapa yang kalau diterapka di sini, masih akan dipandang aneh gitu sama orang-orang di sekeliling kita. Enggak usah jauh-jauh tetangga deh, orang tua sendiri atau mungkin mertua, misalnya, mungkin memandang cara pengasuhan kita tuh aneh. Enggak familiar.
Hal seperti itu memang kadang membebani diri ya, sehingga sering bertanya-tanya juga, cara kita udah bener enggak, sih, kok orang lain menganggapnya aneh?
-
Tidak memiliki support system
Nah, ini juga salah satu masalah nih. Masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa yang perlu banyak belajar tentang parenting tuh ya ibunya aja, ayahnya enggak perlu. Duh. Jadi, seolah-olah membebani mommy-mommy untuk belajar dan merumuskan konsep pengasuhan sendiri.
Itu satu kasus ya? Kasus lain yang agak berat adalah ternyata pasangan atau mungkin kakek neneknya tidak memberikan dukungan, sehingga agak berat menjaga konsistensi penerapan pola asuh yang diinginkan di keluarga, huhu.
Apa yang harus dilakukan supaya belajar teori parenting enggak bikin pusing?
Lalu, gimana donk, supaya enggak merasa pusing saat belajar dan mempraktikkan teori parenting?
Menurut saya, berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya kita lakukan ya moms:
-
Tetapkan tujuan, namun sesuaikan dengan kondisi
Setelah “mengkoleksi” begitu banyak teori parenting, sebaiknya jangan semua ditelan mentah-mentah, ngrasa semua harus diterapkan. Soalnya, setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda-beda. Mungkin teori A cocok diterapkan untuk keluarga A, namun kurang cocok diterapkan di keluarga B, begitu pula sebaliknya.
Maka, sebaiknya, setiap kali kita belajar tentang sesuatu yang baru di bidang parenting, kita bisa mempertimbangkannya, apakah ini cocok untuk ditiru plek-ketiplek atau perlu dimodifikasi dikit-dikit atau malah enggak cocok untuk dipakai sama sekali?
Supaya enggak terlalu puyeng, bisa juga bersama-sama dengan pasangan (suami/ istri) dan mungkin support system lainnya yang ada di rumah bersama-sama merumuskan tujuan apa yang ingin dicapai dari gaya parenting yang kita jalankan. Dengan menetapkan tujuan seperti ini, maka menurut opini saya, orang tua akan lebih gampang menyaring segala informasi terkait teori parenting yang didapatkannya.
-
Percaya diri
Pada saat kita merasa ada teori atau gaya pengasuhan yang sepertinya tepat diterapkan di keluarga, maka sebaiknya percaya dirilah. Memang, ada kalanya, mungkin ada orang-orang di lingkungan kita menganggap gaya pengasuhan kita agak aneh. Ya, mungkin dipandang aneh karena sekeliling kita belum familiar aja kayaknya ya? Misalnya, saat kita mengadopsi sistem pengasuhan dari negara bule-bule, gitu. Namun, kalau kita yang menjalaninya sehari-hari merasa nyaman, ya mengapa tidak terus dilakukan?
Selanjutnya, kadang rasa tidak percaya diri muncul, saat melihat orang tua lain begitu perfect. Misalnya, seperti yang saya sebut tadi, gaya bicaranya lemah lembut ke anak, sepertinya enggak pernah ngegas, enggak kayak kita ((KITA))? #uuppss 😛 . Yaaa, siapa tahu pas enggak ada kita di dekatnya, si ibu ngegas juga?
Hahaha maaf-maaf bukan berarti nuduh ya, cuma kasi contoh aja. Soalnya saya yakin, setiap orang tua, khususnya ibu tuh masing-masing punya hal yang bikin struggle dalam hal pengasuhan anak. Jadi, sebaiknya kita enggak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain, ya moms 😀 .
Marilah kita bersama-sama berusaha menjadi orang tua atau mommy yang terbaik versi diri kita sendiri. BTW, usaha moms saat mau meluangkan waktu belajar tentang teori parenting dari berbagai media itu aja artinya moms memang tengah berjuang menjadi ortu yang baik untuk anak-anak. Moms, kereeen! 😀
-
Bangun support system
Yang namanya support system memang penting ya, entah itu pasangan atau kakek nenek atau mungkin om tante, dll. Idealnya, kita bisa membicarakan pengasuhan anak sejak memutuskan untuk melakukan pernikahan hehe. Namun, kalau udah terlanjur menjadi suami istri ya enggak masalah, malah enak bisa belajar bareng-bareng, ikutan seminar/ webinar atau membaca buku/ tabloid parenting bersama pasangan dan support system lainnya.
Waktu merumuskan tujuan tadi, juga bisa dilakukan bersama support system, sehingga nanti saat anak-anak lahir, kita bisa kompak menjalani pola pengasuhan yang sama. Memang sih secara teori ini gampang, namun praktiknya enggak. Apalagi, kalau support system susah diyakinkan bahwa gaya parenting yang kita pakai itu bagus.
Menurut saya ini memang tantangan ya moms. Gimana caranya supaya kita bisa membangun support system yang solid untuk mengasuh anak-anak kita. Namun, masih bisa diupayakan kok. Salah satu caranya dengan menjalin komunikasi yang baik dan menjelaskan perlahan-lahan, bahkan jika perlu menunjukkan contoh keberhasilan pengasuhan seperti itu.
Cara lainnya, seperti yang saya sebut tadi. Kita bisa mengajak support system kita menghadiri seminar/ webinar atau baca buku parenting bersama. Kemudian, mempraktikkannya bersama. Hehe, good luck ya, moms.
Begitulah moms, pendapat saya mengenai gimana caranya agar kita enggak pusing saat kebanyakan belajar teori parenting. Intinya adalah tetapkan tujuan dan dapatkan satu suara bulat dalam sistem/ keluarga untuk membantu kita. Jangan lupa jadi diri sendiri dan enggak memaksakan diri kalau ada hal-hal yang mungkin enggak bisa kita kontrol ya. Nikmati saja masa-masa kita menjadi orang tua dari anak-anak kecil yang masih butuh bimbingan saat ini. Semangat yaaa! 😀
April Hamsa
Dari ngeblog akupun jadi banyak belajar teori parenting Mbak, tapi gak semua juga dipraktekkan. Karena ponakan saya banyak dengan usia sepantaran, saya cenderung memahami dulu karakter mereka satu persatu dan berusaha memposisikan diri ‘setinggi’ jalan pikirannya. Tapi seru sih belajar parenting, walaupun ada yang ilmunya bikin pusing tinggal ambil sisi baiknya aja
Semakin banyak belajar parenting saya semakin pusing, Mba. Dan semakin kepikiran apakah yang saya lakukan sudah sesuai dengan dengan “yang seharusnya” akibatnya malah jadi stres
Anakku kemarin curhat mbak, kasian sama temennya yg ortunya serba perfect. IP anaknya bagus padahal tapi masih dimarahin suruh sama kaya kknya. Anaknya yg tadinya belajar itu seneng malah jadi beban. Hal ini yang sebenarnya orangtua harus belajar parenting bahwa ilmu itu gak hanya memprioritaskan nilai. Kasian anaknya
Sebenarnya ada byak cara belajar ya mba..bisa dipilih yg paling sesuai dan gak bikin pusing..haha.. Terima kasih sharingnya mba..bisa nih kuteruskan infonya ke kerabat yg sedang mencari-cari info ttg parenting ini..
Setuju banget nih kak April, teori parenting yang mumet menjelitet kadang buat saya poning makanya banyak juga teori parenting yang gak bisa saya terapkan di rumah soale memang beda kondisininya.
Aku dulu berguru pada siapapun yang memberikan ilmu parenting pas di Bandung, kak April.
Karena waktu anak-anak balita tuh berasa fase emas yang kudu aku balap untuk hutang-hutang pengasuhan yang belum aku lakukan.
Lalu, ngobrol sama temen yang sama-sama blogger di Bandung.
Doi santuy banget dan gak peduli sama apa kata orang. Karena anaknya uda pada gede-gede, aku diskusi gitu, tanya-tanya… begini dan begitu.
Alhamdulillah,
Aku cocok sama teorinya beliau. Beliau bilang “Len, boleh aja ambil ilmu dari banyak guru parenting, tapi satu hal Len.. Kalau keluarga Lendy gak sama seperti beliau-beliau ini…”
Kerasa ketonjok juga sih..
Iya juga yaa… Aku cukup tahu basic parenting. Setelah itu yang penting adalah aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Bareng-bareng belajar bersama support system ini menurutku memang penting. Supaya kita juga bisa menyampaikan apa yang kita sampaikan atau inginkan kepada support system kita. Dan diskusikan juga supaya bisa sejalan
Yuhuuu… itulah namanya jadi orangtua ga ada sekolahnya, tapi ada ilmu yang bisa terus dipelajari. Disesuaikan aja dengan kondisi keluarga kita, ga perlu ngoyo untuk jadi seperti keluarga A atau B yang terlihat perfect. Belum tentu juga yang kita lihat perfect itu tidak ada duka di baliknya kaaan…