Termometer. Benda yang berfungsi sebagai pengukur suhu tubuh ini sangat penting. Apalagi, jika memiliki anak kecil atau bayi di rumah, menurut saya wajib hukumnya memiliki termometer.
Seringkali di beberapa forum kesehatan, saya menemukan ada orang tua yang bertanya, “Anak saya demam, dikasi obat apa ya?”
Saat ditanya balik, “Berapa suhu tubuhnya?” Jawabannya, “Tidak tahu. Tapi saya pegang kepalanya anget.”
Kebayang kan, jika tidak tahu berapa suhu tubuh anaknya yang dikira demam itu, bagaimana bisa memberi tindakan yang tepat? Kan, kasian kalau ternyata anaknya sebenarnya nggak demam, tapi diberi obat penurun panas. Untuk itulah pentingnya setiap keluarga memiliki termometer.
Yup, Termometer. Alat pengukur suhu tubuh ini, menurut saya harus menjadi salah satu benda yang wajib dimiliki oleh keluarga, terutama yang memiliki anak balita. Anak balita masih rentan mengalami demam (common cold) sebab daya tahan tubuhnya masih relatif lebih rendah. Untuk itu dibutuhkan termometer untuk mengecek suhu tubuhnya. Jangan menggunakan tangan meter apalagi perasaan untuk mengukur suhu tubuh anak. Sebab sentuhan/ rabaan tangan apalagi perasaan sifatnya sangat subyektif dan sangat tidak akurat.
Suhu tubuh anak akan terbaca lebih akurat dengan menggunakan termometer. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,4-37,5 derajat Celcius. Jika suhunya sudah mencapai 38 derajat maka bisa dikatakan demam. Antara 37,5-38 derajat Celcius, Orang Jawa bilang “sumeng-sumeng”. Nah, yang termasuk kategori sumeng-sumeng ini sebenarnya tidak perlu diminumi obat penurun panas. “Don’t treat low grade fever!” adalah pesan para dokter anak untuk orang tua di seluruh dunia. Sebab, percuma saja menurunkan suhu sumeng-sumeng. Virus yang menginfeksi anak tumbuh subur di suhu rendah dan mati di suhu tinggi. Saat suhu sumeng-sumeng, maka tubuh anak sebenarnya sedang berupaya melawan virus tersebut. Jika kita meminumkan obat penurun panas seketika itu, bagaimana tubuh mampu melawan virus? Nah, kalau kita nggak punya termometer, kita nggak akan tahu tindakan tepat untuk mengatasi demam anak.
Termometer jenisnya bermacam-macam. Berikut berbagai jenis termometer yang akurat mengukur suhu tubuh anak:
- Termometer Air Raksa: Termometer air raksa, sesuai namanya adalah termometer yang dibuat dari air raksa yang dimasukkan ke dalam tabung kaca. Cara menggunakannya, pertama kita harus memastikan bahwa air raksa berada di reservoir atau di bawah angka 35 derajat Celcius. Bila air raksa belum berada di reservoir, maka kibaskan bagian ujung termometer yang tidak ada air raksanya. Baru kemudian, termometer ditaruh di lipatan ketiak anak. Tahan termometer sekitar 3-5 menit atau sampai air raksa tidak bergerak lagi, baru cek hasil pengukuran suhu anak. Disarankan sebelum dan sesudah pemakaian termometer air raksa ini untuk mengelapnya dengan alkohol.
- Termometer Digital: Termometer digital adalah termometer yang umum dipakai saat ini. Termometer ini membaca suhu tubuh ketika sensor termometer menempel pada kulit. Lokasi pemeriksaan suhu dengan menggunakan termometer digital antara lain di dubur, mulut, dan ketiak. Termometer digital lebih cepat dan akurat ketimbang termometer air raksa. Apabila termometer biasa digunakan di salah satu lokasi (misal, di ketiak saja) maka jangan gunakan termometer berpindah dari satu lokasi pemeriksaan ke lokasi lainnya.
- Termometer Arteri Temporalis: Termometer arteri temporalis adalah biasa dipakai di dahi kepala. Termometer ini membaca gelombang inframerah yang dihasilkan oleh panas dari arteri temporalis yang melintasi daerah di bawah kulit dahi kepala.
- Termometer Gendang Telinga: Sesuai namanya, termometer ini digunakan untuk mengecek suhu tubuh melalui pemeriksaan di liang telinga. Termometer ini membaca gelombang panas inframerah yang dihasilkan oleh gendang telinga. Kelemahannya, apabila ada kotoran telinga, maka tingkat keakuratannya berkurang.
- Termometer Empeng: Bentuk termometer ini memang mirip empeng bayi. Cara menggunakannya dengan cara diempeng/ diisap oleh balita.
Di antara kelima termometer tersebut termometer arteri temporalis, termometer gendang telinga, dan termometer empeng harganya cukup mahal, berkisar antara Rp. 100.000,- sampai Rp. 600.000,-an.
Jenis-jenis termometer. Sumber: www.medkes.com.
Kalau dulu, saat kita masih kecil, kebanyakan orang tua kita memiliki termometer air raksa. Tapi, seiring perkembangan jaman, termometer air raksa sudah tidak dianjurkan. Karena jika pecah, air raksa dapat mencemari lingkungan dan berbahaya jika merkurinya terhirup. Termometer yang paling mudah digunakan dan cukup akurat saat ini adalah termometer digital. Cukup dengan Rp. 20.000,-an bahkan kurang, kita bisa membeli termometer digital di toko obat/ apotek terdekat. Harganya nggak seberapa mahal bukan? Jadi, tidak ada alasan untuk tidak memiliki alat ini di rumah. Bagi yang belum menyediakan alat ini di rumahnya, yuk, segera beli! 😀
Depok, 25 April 2016
April Hamsa
Hai, mba. Dulu saya pas operasi pemeriksaan suhu tubuhnya pake termometer gendang telinga. Baru tau bentuknya gitu, hihi. Kalo buat anak kayanya lenih akurat yang digital ga sih mba daripada air raksa?
Iya Mbak Sri Luhur. Selain lebih akurat, termometer digital lbh aman kalau buat anak2. Termometer air raksa khawatir pecah. Saya inget pas saya msh kecil, mecahin termometer soalnya hehe.
saya biasa pakai di telinga yang hanya sedetik sudah bisa terdeteksi, karena Abraham yang selalu bergerak saat demam 39′ masih sulit diukur, ternyata sudah tinggi suhu demamnya. memang sudah stand by nih dirumah..hehe
Ooo iya sih ya, sama Mbak, soalnya anak saya jg kalau dipakein termometer dikira mau disuntik kyk imunisasi jdnya meronta2 banyak gerak jg :))
saya punya yg digital di rumah, membantu banget kalo ada anggota keluarga yg sakit di rumah 🙂
Idem Mbak Kania, saya juga punyanya yg digital. Ada tiga di rumah hehe.
wah sangat membantu sekali infonya, sangat lengkap dan di sertai cara pemekaiannya. Saya sebagai orang yang sangat awam dengan dunia kesehatan (kolot) sangat terbantu dengan artikel ini
Hehe, tapi menurut saya ini wajib dimiliki oleh semua keluarga lho Mbak thx 🙂
DAri semenjak punya balita, saya jadi punya termometer juga. Ada 2, yg digital dan air raksa. WAlaupun anak-anak sudah beranjak besar, si termo ini masih tetap menemani terutama jika mereka demam.
Iya Mbak. Berguna juga buat kita yg dewasa ini. Kan kdng2 suka kena common cold jg. Moga sehat2 ya anak2 🙂
Hmm saya dulu pernah mbak pakai begitu untuk mengecek suhu badan saya dan saya pertama kaget, benda apa ya itu takutnya bende seperti suntikan eh ternyata hanya ditempelkan saja.
Hehehe saya saat kecil jg ngrasa termometer itu kyk suntikan :))
di rumah masih pake yang merkuri, hehe. artikelnya informatif.
Di rumah saya sudah digital semua, krn khawatir pecah. Terima kasih sdh mau membaca 🙂
Aku cuma punya yang nomer 1 dan 2, yang sering dipakai buat anak-anak sejak mereka bayi. Sekarang sih udah nggak pakai lagi, udah gede semua dna bisa ngomong jelas apa yang dirasakan, hihiii
Moga anak2 sehat terus ya Mbak Hidayah aamiin 😀
sekarang udah jarang yah yang menggunakan termometer air raksa, udah lebih banyak yang menggunakan termometer digital 🙂
Iya, sebab tingkat akurasinya lbh tinggi dan lebih safety Mbak Ira 🙂
Saya, belum pernah pakai termometer, cuma nempelin tangan di wajah kalau angat berarti lagi sakit…hehe, ehm ternyata lebih pakai ya, Mbak, takutnya suhu subuhnya masuk kategori sumeng-sumeng 🙂
Hehe, ya Mbak khawatirnya tindakannya kurang tepat. Yuk beli termometer! 😀
Dulu aku juga punya yang air raksa, sekarang yang digital…dan baru tahu kalau ada yang bentuknya kek empeng dan difungsikan untuk diemut juga ya. Anak saya yang kecil, susah sekali diukur suhunya, jadi kudu sabar…jadi kepo kalau yang empeng ntuh
Iya Mbak Astin anak2 kalau ditermo yg ada takut dikira mau disuntik (vaksin) hehe. Bisa dibeli di toko alat kesehatan sepertinya, harganya lumayan mahal agaknya :D.
Di rumah,say sedia yang digital Mba.
Tooosss, saya juga Mbak Ety 😀
Dulu waktu melahirkan sama bidannya dianjurkan sedia termometer, jadi langsung beli yang digital. 🙂
Yang empeng saya belum pernah liat Mbak, harganya lumayan mahal juga ya
Kalau saya dua kali melahirkan dapat paket yg isinya ada termometer dari RS hihihi. Sama pernah beli satu lagi dulu, pas termometernya ketlisut 😛
Iya, Mbak Tarry lumayan mihil. Yg digital udah paling praktis dan terjangkau deh 😀
termometer kuping udah paling praktis dah 😀
Iya buat anak2 yg susah diem ya, Mas. Tapi mihil disini :))
Saya tahunya jenis termometer yang pertama dan kedua. Untuk yang ketiga dan kelima belum pernah lihat, mbak.
Kalau yang keempat Mbak Nurul? hehe
Wah manfaat banget ini mb
Secara aku taunya cuma yang buat ditempel di mulut hihi
Bisa ni buat jaga jaga pas kondisi badan kurang fit
Yang ditempel di mulut maksudnya yg empeng kah Mbak? 😀
saya punya yang termodigital model panjang bu, dapaet dari rumah sakit untuk dekbay, akurat sih dan otomatis, pakenya juga gampang
Saya juga dapat dari RS saat dua kali lahiran hehe
hahaha saya cuman pernah make yang termometer air raksa doang nih hehe
tapi infonya keren banget, lumayan nambah pengetahuan
Sekarang air raksa jarang dipakai hehe. Terima kasih sdh membaca, moga manfaat ya 🙂
Waktu anak2 kecil selalu sedia thermometer digital, sekarang mah pake feeling hehehe. *jangan ditiru ya
Sebaiknya sih tetap pakai termometer, meski utk yang dewasa 🙂
nice article! saya sempet ngukur suhu pake “feeling” 😛 pas termometer menghilang tanpa jejak bbrp waktu lalu. Tapi akhirnya jadi gak berasa solid, yakin, pasti–ketika mau kasih obat penurun panas pd anak2. Suka takut kecepetan kasih obat, atau malah telat, krn cuma pake ‘kira2’ doang ngukur suhunya. Akhirnya beli lagi deh termometer 🙂
Horeeee, akhirnya beli lagi. Moga gak menghilang lagi ya Mbk Sonya, termometernya 🙂
Aku suka pakai yang termometer arteri temporalis mba April, soalnya mudah dipakai untuk ukur panas, tinggal tempel di dahi dan hasilnya langsung terbaca 🙂
Waaaahh, perlengkapan wajib dokter, nampaknya ya, Mbak Manda?
Emang lbh mudah sih, tapi mihil buat org biasa kyk saya hehehe
adikku dokter anak, dan dia punya termometer yg utk di dahi itu mbak.. gampang dan cepet makenya.. krn kan anak2 suka rewel tuh ditempelin termometer kalo sdkt lama, dan mereka pasti gerak2. pertama kali nyobain pgn beli juga tuh. pas tau mahal bgt hihihihi, mundur teratur. ;p… punya di rumah cukup yg digital aja..
tapi memang kalo cuma rabaan ga akurat bgt.. aku pernah demam, dan ngerasa kalo bdnku ga anget2 bgt.. cuma batuk yg ga sembuh.. pas ke rs, diperiksa suhu, trnnyata 39. tp aku ga ngerasa panas malah. sjk itu ga berani lg deh andelin rabaan doang, apalagi kalo anak
Hihihi iya mahal, klau dokter mungkin emang krn itu peralatan tempurnya kali ya, jdnya punya. Kalau saya cukup puas sama yang digital.
Bener mbak, rabaan sangat gak akurat 🙂
saya pernah trauma make thermometer mbak,
waktu yang sulung sakit….suhunya sampai 42 derajat
saya jadi nervous dan takut….eh traumanya sampai sekrang
sampai sekarang pun saya gak pernah mau pake thermometer
kalau panas, sering saya kompres aja
Sebaiknya tetap pakai termometer Mbak Avy, sarn saya. Sebenarnya demam itu bukan penyakit, tapi reaksi alamiah tubuh. Justru demam itu baik, krn fungsinya sbg alarm bahwa tubuh sdng melawan virus/ infeksi. Moga sehat2 terus anaknya ya, Mbak Avy 🙂
termometer yang bentuk empeng itu lucu banget yaa, anak2ku punya riwayat kejang demam di rumah memang stand by termometer digital tapi si bungsu suka susah untuk diukur panasnya, mungkin harus nabung beli termometer telinga
kalau menurut saya beli yang arteri temporalis aja Mbak, lbh mudah dipakainya 😀
makasih bos infonya dan salam sukses