Lha kan aku enggak berencana melahirkan secara caesar, buat apa aku menjalani Tes Potensi Caesar?” Mungkin ada teman-teman atau ibu-ibu yang sedang hamil bertanya demikian? 🙂

Oh iya, sebelumnya, saya ucapkan selamat dulu ya atas kehamilannya. Semoga selalu sehat dan lancar hingga persalnan, nanti. Aamiin.

Ngobrolin soal Tes Potensi Caesar, mungkin masih ada yang belum tahu betapa pentingnya tes ini. Namun, menurut saya pribadi, tes semacam ini sangat penting, lho untuk berjaga-jaga aja, sih.

Ibu hamil memiliki risiko melahirkan secara caesar

Soalnya, walau selama cek ke dokter kandungan selama ini kehamilan kita baik-baik saja, namun ternyata saat trimester ketiga ada beberapa kondisi yang tak diduga muncul. Kebetulan, saya sendiri mengalaminya. Dahulu, saat kehamilan pertama.

Jadi, saat trimester pertama dan kedua kandungan saya baik-baik saja. Saya juga bisa melakukan aktivitas dengan normal. Begitu menginjak trimester terakhir, ternyata janin di dalam kandungan saya berhenti bertumbuh dalam rahim, walaupun alhamdulillah anaknya masih terlihat bergerak saat USG. FYI, kami juga sempat dirujuk ke Fetomaternal saat itu.

Webinar Bicara Gizi Danone.

Maka, pada saat sekitar minggu ke-38 atau ke-39 gitu, dokter kandungan saya menyarankan supaya si anak ini dilahirkan secara caesar. “Wuaduh,” pikiran saya galau bener kala itu. Namun, ya gimana lagi kan? Hanya bisa pasrah.

Akhirnya, operasi caesar dijadwalkan. Suami saya sudah menandatangani surat pernyataan tindakan operasi. Eh, qodarullah, tiba-tiba saya mengalami kontraksi dan bukaan sebelum jadwal operasi. Akhirnya, dokter memutuskan menunggu dulu, dan alhamdulillah-nya anak saya lahir spontan. Enggak jadi operasi, deh.

Namun, kasus seperti saya mungkin agak langka ya teman-teman. Ada faktor X yang menyebabkan saya enggak jadi operasi.

Nah, kalau faktor X itu enggak ada gimana? Risiko melahirkan secara caesar selalu ada kan?

Itulah sebabnya mengapa Tes Potensi Caesar sangat dibutuhkan oleh ibu hamil, supaya bisa lebih cepat mendeteksi apakah ada risiko melahirkan secara caesar atau enggak. Jadi, persiapan persalinannya juga bisa lebih matang lagi, enggak gendadapan seperti saya dulu.

Kelahiran caesar makin meningkat. Sumber gambar: materi webinar.

Apalagi saat ini, ternyata menurut data World Health Organization (WHO), prevalensi kelahiran caesar di seluruh dunia makin besar, meningkat hingga 22% (tahun 2015) dari sebelumnya yang cuma 13% (2000). Bahkan di Indonesia, data mengatakan 1 dari 3 ibu hamil melahirkan secara caesar.

Informasi tersebut saya ketahui dari Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K) (dr. Rima) yang menjadi narasumber di acara Bicara Gizi yang diselenggarakan oleh Danone Specialized Nutrition (Danone) pada tanggal 27 Oktober lalu.

Selain dr. Rima, hadir pula sebagai narasumber adalah:

  • Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Alergi Imunologi, dr. Molly Oktarina, Sp.A(K) (dr. Molly) yang menjelaskan tentang risiko kelahiran caesar pada bayi yang dilahirkan.
  • Digital Manager Danone Indonesia, Ibu Ceasyalya Tahara (Ibu Alya) yang menjelaskan tentang alat Tes Potensi Caesar yang di-develop Danone bersama tenaga kesehatan, khususnya di bidang Obstetri dan Ginekologi.

Beberapa risiko yang terjadi apabila ibu melahirkan secara caesar

Kembali lagi mengenai risiko operasi caesar, barangkali ada yang belum paham bagaimana sih operasi caesar itu dilakukan? Jadi, metode caesar ini adalah proses kelhairan di mana bayi dikeluarkan melalui sayatan di perut/ rahim ibu.

Nanti, si ibu akan dibius regional (epidural/ spinal) yang mana jarum akan ditusukkan ke area punggung ibu. Nanti, jika ibu sudah tidak merasakan nyeri maka akan disayat sekitar 10 cm untuk bayi yang cukup bulan atau lebih kecil lagi ukurannya untuk bayi yang belum cukup bulan untuk dilahirkan.

Setelah itu, sevara berturut-turut bayi dan plasenta akan dikeluarkan. Terakhir, dokter yang mengoperasi akan menutup rahim dan perut ibu.

Menurut dr. Rima, melahirkan secara caesar biasanya terjadi karena beberapa hal. Bisa karena kondisi kesehatan ibunya atau janinnya yang bermasalah atau karena request dari keluarga untuk melahirkan secara caesar karena faktor-faktor tertentu.

Ada ibu hamil yang berpotensi melahirkan caesar. Sumber gambar: Pixabay.

Contoh faktor kondisi kesehatan ibu hamil yang memiliki risiko tinggi untuk menjalani persalinan caesar, yakni:

  • Terjadi disporsi panggul dan kepala janin.
  • Memiliki hipertensi yang enggak terkontrol sehingga berisiko mengalami preeklampsia.
  • Ibu hami dengan infeksi akut seperti masalah genital atau ibu dengan HIV, sehingga khawatir menulari anak.
  • Pernah dioperasi caesar pada kehamilan sebelumnya (lebih dari 2 kali).
  • Persalinan macet, pembukaan tidak mengalami kemajuan/ tambahan.
  • Terjadi kehamilan multipel atau kembar 2 anak dengan kondisi janin kepalanya tidak di bawah atau kelahiran kembar lebih dari 2 anak.
  • Gagal saat induksi persalinan.
  • Terjadi robekan di rahim ibu pada saat bayi belum waktunya dilahirkan, dll.

Kelahiran caesar dilakukan dengan menyayat area perut ibu. Sumber gambar: materi webinar.

Contoh melahirkan secara caesar yang merupakan keinginan si ibu hamil atau keluarga:

  • Terdapat trauma dari riwayat melahirkan pervaginam sebelumnya.
  • Ada anggapan bahwa kelahiran caesar lebih aman.
  • Ibu cemas menghadapi persalinan pervaginam untuk pertama kalinya.
  • Merencanakan kelahiran karena ingin tanggalnya diketahui sebab ada kondisi tertentu, seperti suami tinggal di luar kota sehingga ingin kelahiran anaknya ditemani dll.

Sedangkan, contoh operasi caesar karena faktor kesehatan janin adalah:

  • Terjadi gawat janin, ini seperti kasus yang saya alami dulu, di mana salah satunya anaknya berhenti tumbuh di dalam rahim.
  • Berat janin lebih besar dari 4000 gram.
  • Presentasi bokong berada di bawah jalan lahir (padahal seharusnya kepala) atau posisi si janin melintang, tak kunjung turun kepalanya.
  • Terdapat kelainan tali pusat (prolaps) di mana tali pusatnya terhimpit janin sehingga janinnya tidak mendapat asupan makanan dalam rahim.
  • Ada kelainan plasenta seperti plasenta previa di mana plasenta menutupi jalan lahir. Ada juga solusio plasenta di mana plasenta menutupi jalan lahir. Kasus lain seperti plasenta akreta di mana penempelan plasenta terlalu dalam, sehingga plasenta akan sulit dilahirkan saat persalinan dan ibu berisiko mengalami pendarahan apabila melakukan persalinan normal.

Proses kelairan secara caesar. Sumber gambar: materi webinar.

Nah, itulah beberapa contoh kondisi yang menyebabkan ibu melahirkan caesar.

Kalau soal operasi caesar karena faktor keinginan sendiri, menurut dr. Rima sebenarnya itu tidak masalah karena termasuk hak ibu dan keluarga tersebut ya? Hanya saja, setiap ibu harus benar-benar memahami apa keuntungan dan kekurangan apabila melahirkan dengan operasi caesar. Soalnya operasi caesar bagaimanapun juga berisiko, bahkan risikonya lebih besar ketimbang bersalin pervaginam.

Ibu yang melahirkan secara caesar memiliki risiko seperti:

  • Penyembuhan luka operasinya tidak bagus.
  • Proses kelairan secara caesar. Sumber gambar: materi webinar.Vertilitas menurun, bisa sampai 9% lebih rendah.
  • Pada kehamilan berikutnya terdapat risiko plasenta previa, plasenta akreta, solusio plasenta yang lebih besar.
  • Risiko lain, ibu bisa mengalami keguguran kehamilan berikutnya, bisa mengalami kehamilan ektopik, bayi lahir mati, dll.

Risiko yang dihadapi janin saat dilahirkan secara caesar

Tidak hanya ibunya, bayi yang dilahirkan secara caesar juga memiliki risiko kesehatan.

Dr. Molly pada kesempatan tersebut menjelaskan latar belakangnya, yakni bahwa 70-80% sel-sel imun sebenarnya terdapat dalam usus yang ada di saluran cerna. Nah, sebenarnya bayi sejak lahir tuh sudah memiliki imun alami untuk perlindungan tubuhnya, misalnya cairan dalam lambung, dll. Imun tersebut adalah mikrobiota baik yang melindungi anak dari hipersensitivitas seperti alergi serta memerangi mikrobiota patogen (mikrobiota buruk).

Di dalam saluran cerna ternyata ada pola kolonisasi mikrobiota yang berbeda-beda sesuai usia si anak. Keragaman bakteri pun meningkat.

Kolonisasi mikrobiota. Sumber gambar: materi webinar.

Apabila yang terjadi adalah keragaman bakteri baik yang meningkat (homeostasis) maka si anak akan sehat. Sebalinya jika keragamannya mikrobiota baiknya kurang (disbiosis) maka imun anak akan rendah.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kolonisasi ini adalah bagaimana cara anak dilahirkan. Apakah melakui pervaginam atau melalui caesar.

Apabila dengan persalinan persalinan pervaginam, kata Dr. Molly si anak ini dilahirkan melalui jalan lahir/ lubang yang sudah ada di mana di sana terdapat mikrobiota baik. Bayi yang lahir akan langsung berkenalan dengan mikrobiota baik tersebut, sehingga memiliki imunitas lebih baik.

Pada bayi yang lahir dengan caesar mikrobiota yang baik menurun.

Sedangkan, pada anak yang lahir secara bedah caesar dilahirkan melalui sayatan perut dan rahim, sehingga tidak langsung berkenalan dengan mikrobiota baik. Bayi berkenalan dulu dengan mikrobiota kulit atau ruang operasi, sehingga terjadi gangguan pada kolonisasi mikrobiotanya yang menimbulkan risiko alergi dan tertundanya mendapatkan air susu ibu (ASI) lewat Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

Itulah sebabnya anak yang dilahirkan secara caesar ini berisiko terkena beberapa penyakit, seperti asma, alergi makanan, masalah saluran pencernaan, obesitas, dll.

Bayi yang lahir dengan operasi caesar berisiko terpapar mikrobiota buruk ketika lahir. Sumber gambar: materi webinar. 

Meski demikian, dr. Molly mengatakan risiko kesehatan si bayi bisa ditekan apabila nanti:

  • Si anak diberi ASI ekskusif hingga 6 bulan dan dilanjutkan ASI hingga 2 tahun. FYI, ASI ini bisa memingkatkan sistem imun anak karena memiliki prebiotik, probiotik, yang nanti bersatu membentuk sinbiotik yang bisa memperbaiki kolobisasi mikrobiota pada usus bayi.
  • Ketika sudah MPASI beri anak makanan dengan gizi seimbang.
  • Ibu wajib menjaga kesehatannya dengan tidak merokok, tidak minum alkohol, makan makanan bernutrisi.
  • Menjaga kebersihan lingkungan.

Nah, dari situ sekarang kita semua tahu kan kalau kelahiran caesar itu sangat berisiko?

Tentang Tes Potensi Caesar dari Danone

Maka, alangkah baiknya apabila potensi melahirkan caesar itu bisa diketahui lebih cepat.

Itulah sebabnya Danone kemudian membuat Tes Potensi Caesar bekerja sama dengan ahli kandungan.

Dr. Rima menjelaskan bahwa Tes Potensi Caesar yang dibuat oleh Danone ini dibuat berdasarkan penelitian dari jurnal-jurnal dari berbagai negara seperti India, Spanyol, Bangladesh yang intinya menyatakan bahwa kelahiran caesar bisa diprediksi. Beberapa negara yang saya sebut itu, kata dr. Rima sudah membuat tools untk prediksi.

Alat Tes Potensi Caesar.

Nah, kemudian dr. Rima bersama tim dan Danone juga melakukan penelitian, apakah di Indonesia bisa melakukan yang sama, memprediksi kelahiran caesar dengan mengamati faktor-faktir risijo yang ada pada ibu hamil.

Hasilnya dbuat manuskrip berjudul: Maternal and Fetal Characteristics to Predict C-Section Delivery: A Scoring System for General Population. Berdasarkan manuskrip ini di-develop alat Tes Potensi Caesar yang bisa teman-teman akses di: website Nutriclub bagian Tes Potensi Caesar (klik aja).

Tujuan alat ini adalah supaya bisa diakses oleh bidan/ tenaga kesehatan dan ibu hamil sebagai conversation starter dengan tenaga medisnya.

Mbak Alya dari Danone menjelaskan nanti alat ini akan menunjukkan presentasi level rendah, sedang, tinggi mengenai potensi ibu hamil melahirkan secara caesar. Hasil ini sudah teruji secara ilmiah dan sudah disempurnakan sebagai Tes Potensi Caesar 2.0 di mana pertanyaan-pertanyaannya lebih simple tetapi tetap akurat.

Terdapat 7 pertanyaan untuk ibu hamil.

Dengan demikian, kata Mbak Alya lagi, para ibu hamil bisa mengetahui kehamilannya berisiko akan caesar atau enggak, sehingga akan bisa mempertimbagkan metode kelahiran yang tepat untuk calon bayinya. Tujuannya mengjindari risiko kesehatan ibu dan anak yang sudah saya tulis di atas tadi.

Nah, jadi begitu teman-teman mengenai Tes Potensi Caesar dari Danone ini. Jadi, saran saya, sebaiknya teman-teman yang sedang hamil, lakukan saja tesnya. Soalnya semakin dini mengetahui ada potensi caesar akan lebih baik lagi untuk persiapan persalinan yang lebih tepat dan aman.

Doa saya supaya kehamilan dan kelahirannya nanti lancar. Syukur-syukur bisa bersalin pervaginam. Namun, tak ada salahnya deteksi dini dengan alat Tes Potensi Caesar ini ya 🙂 . Semoga informasi ini bermanfaat.

April Hamsa