“Aneh deh, masa tagihan listrik naik, padahal pemakaian biasa aja, lho.”
Suatu kali saya menjumpai postingan bernada keluhan tentang pemakaian listrik di beranda medsos saya.
“Gimana sih Min? Listrik rumah saya berdaya 2200. Biasanya tagihan 900 ribuan kok sekarang sejuta lebih? Padahal pemakaian sama saja seperti bulan-bulan sebelumnya. Mohon penjelasannya Min!”
Trus, nemu juga komplain yang ditujukan kepada Mimin PLN di Twitter kayak gitu (postingan semacam ini beberapa kali terlihat kayaknya karena saya cukup sering ngetwit ke Mimin PLN kalau rumah saya mati listrik dadakan haha 😛 ).
Siapa yang merasa tagihan listriknya meroket? Sumber: Pixabay.
Tak cukup di medsos, di WAG komplek juga satu dua ibuk-ibuk curhat soal token listrik yang bunyi lagi bunyi lagi, padahal baru kemarin diisi ulang. Hyaaahh.
Oh iya, kalau teman-teman gimana nih, tagihan listriknya? Ikutan naik atau B aja atau malah ajaib jadi turun? 😀
Eh, BTW, mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa saya mendadak ngobrolin tentang “tagihan listrik”? Hihihi, soalnya lagi kepeikiran aja sih, setelah kapan hari (tanggal 15 Mei lalu) nyimak obrolan di LIVE Talkshow Ruang Publik di channel Kantor Berita Radio (KBR). Temanya cukup menarik yakni tentang “Bijak Pakai Energi di Tengah Pandemi” yang menghadirkan dua narasumber yakni Mbak Verena Puspawardani (Direktur Program Coaction Indonesia) dan Mas Andrian Pramana (Komunitas Earth Hour Cimahi).
Silakan yang mau “menonton” talkshow-nya berikut videonya:
Sumber: YouTube Channel KBR.
Saya tergelitik ketika menyimak LIVE Talkshow ketika narasumbernya membahas listrik, sembari mengingatkan kalau belakangan ini kan kita emang kebanyakan aktivitasnya “di rumah aja”. Yaaa, karena lagi masa pandemi ini kan, maka ada kebijakan pemerintah yang meminta semua orang untuk stay at home aja, kerja, belajar, bahkan ibadah juga sebaiknya di rumah aja.
Jadi, tagihan listrik di rumahmu naik atau B aja?
Di rumah saya juga begitu. Suami saya udah work from home, entah dari kapan itu yaaa, pokoknya udah 3 bulanan keknya. Anak-anak (belum sekolah) yang biasanya les baca 3 kali seminggu, juga sekarang lesnya learning from home, pakai aplikasi video call sama bu guru-bu gurunya. Kalau saya, yaaa, emang sehari-hari sejak sebelum pandemi emang lebih banyak aktivitas di rumah sih, jadi enggak terlalu banyak berubah. Bedanya paling saat wiken, udah tak lagi bisa ngemall, ketika bosan di rumah hehe.
Point-nya adalah ketika ada anggota keluarga yang kemudian jadi lebih banyak di rumah aja, ya kemungkinan besar sih ada perubahan perilaku, khususnya untuk pemakaian alat-alat yang membutuhkan listrik di rumah. Contoh, biasanya suami saya kerja di kantor, saat di rumah ya ketambahan pemakaian laptop-nya, nyala terus deh.
Jawaban mengapa tagihan listrik naik. Sumber: https://lokadata.id/artikel/infografik-tagihan-pln-yang-melonjak-selama-kdr-covid-19.
Begitu pula gadget buat fasilitas video call anak-anak, itu juga bisa nyala karena pakai listrik kan? Trus, saya, yang udah enggak bisa rekreasi (ngemall) lagi, hiburannya biar enggak sumpek ya akhirnya nonton TV lha, langganan aplikasi movie/ drama lha, cuci mata di mall virtual (baca: online marketplace) lha, dll. Eh, iya, kursus yang saya ikuti juga sekarang via online belajarnya, jadi memanfaatkan aplikasi video call juga.
Nah, dari “contoh kecil”, pemakaian gadget-gadget itu saja udah terlihat perbedaan perilaku dalam hal pemakaian listrik kan? Trus, kadang kita (eh, atau saya aja nih?) kelupaan mencabut colokan charger henpon atau leptop. Abisnya, batereinya abis mulu siiihh, jadi lebih sering dicolokin deh, #alesyan 😛 .
Belum lagi kalau di rumahnya ada AC, mungkin yang biasanya nyala cuma malam, kini siang juga terpakai selama WFH atau beraktivitas lainnya. Trus, “ruang kerja” di rumah enggak dapat cukup cahaya, mau tak mau lampu akhirnya nyala juga saat siang hari, deh.
WFH dan di rumah aja mempengaruhi pemakaian listrik di rumah. Sumber gambar: Pixabay.
Daaan, nyadar enggak sih, selama di rumah aja tuh, kita yang punya kulkas juga makin sering buka tutup kulkas. Tujuannya ya buat cari camilan, apa lagi, kalau bukan karena kita bosen banget hehe. Camilan (kalau saya pribadi sih) merupakan hiburan juga. Ini nih, suami saya yang biasanya suka ngedumel ke anak-anak dan saya (wkwkwk):
“Jangan membuka kulkas lama-lama, cepet tutup!”
Mbatin: “Kan masih mau milih mau ambil makanan apa…” (Hallah, gayamu, kek isi kulkasmu banyak aja sih? Hahaha :p ).
Jangan keseringan buka tutup kulkas. Sumber gambar: Pixabay.
Omongan suami saya sebenarnya ada betulnya juga, soalnya menurut doi ((DOI)) yang lulusan elektro, kalau kita membuka kulkas terlalu lama nanti suhu kulkas akan berusaha menyamakan sama suhu luar. Nah, saat kita tutup kembali, kompresornya kulkas akan bekerja keras mbalikin suhu kulkas seperti semula. Makin si kompresor bekerja keras, maka energi listrik yang dipakainya semakin gede. Begitu kira-kira alasannya, teman-teman. Berlaku juga buat yang hobi buka tutup kulkas, enggak jelas mau ngapain, hehe. Eh, kalau penjelasan saya kurang bisa dimengerti coba tanya aja ke tukang reparasi kulkas deh hehe 😀 .
Jadi, yaaa gitu deh, kemungkinan ada kenaikan tagihan karena karena bocor-bocor alus yang enggak kita sadari (merenung bersama, mulai!).
Tak cuma pemakaian listrik yang tambah banyak, kayaknya ya?
Trus, sepertinya, enggak cuma pemakaian listrik saja yang bertambah. Ada pula beberapa produk energi di rumah yang juga terasa cepet banget abisnya, antara lain seperti:
-Air
Soalnya kita walau di rumah aja, jadi lebih sering menjaga kebersihan. Keluar rumah buat ke minimaket aja, nyampek rumah mandi lagi, keramas lagi. Abis terima antaran paket dari kurir aja, kita juga langsung cuci tangan kaaan? Trus, karena sering makan atau minum, jadinya bolak-balik mencuci peralatan makan/ minum itu. Makanya, tak heran air juga ikutan naik tagihannya (buat yang makai PDAM), toren juga bolak balik auto ngiiiing, ngisi sendiri.
-Gas
Suami atau anak atau kita sendiri (buat ibuk-ibuk yang ngantor) biasanya saat beraktivitas seperti biasa mungkin ada masanya makan di luar. Namun, begitu di rumah aja, mau tak mau minimal 3 kali makan besar ya di rumah. Kalau beli mulu, bikin jebol kantong, maka ya pilihannya adalah memasak sendiri, yekan? Jadi, gas juga salah satu sumber energi yang lumayan cepet abis juga.
-Kuota internet
Yang namanya jaringan internet, udah kayak kebutuhan pokok aja deh, di masa sekarang. Buat yang masih mengandalkan kuota pasti terasa berat. Modem/ gadget juga jadi lebih sering dicharge, trus sering beli-beli kuota pula. Buat yang di rumah pakai WiFi, modemnya juga kayaknya menyala 24 jam hehe.
Apa lagi yaaa, yang kira-kira kita (rasa) pengeluarannya jadi lebih banyak saat di rumah aja pada masa pandemi seperti sekarang ini?
Uang buat belanja bulanan atau dana e-wallet buat delivery makanan? #tutupmuka.
Waktu yang tepat untuk mengevaluasi penggunaan energi kita selama ini
Padahal, kalau dipikir-pikir justru karena kita di rumah aja seperti sekarang, bukannya waktu yang tepat untuk memikirkan kembali mengenai penggunaan energi, khususnya di skala rumah tangga kita ya?
Saat ini, pada saat di rumah aja, ternyata ada beberapa pos pengeluaran rutin yang bisa kita hemat lho. Nah, penghematan di beberapa pos anggaran itu adalah salah satu “blessing in disguise” yang bisa kita syukuri saat ini. Kita dipaksa untuk berhemat dan mengevaluasi pengeluaran-pengeluaran kita selama ini.
Kira-kira apa saja ya anggaran yang terpangkas saat kita di rumah aja? Catatan saya sih hal-hal berikut ini:
-
Anggaran transportasi
Karena kita enggak ke mana-mana otomatis anggaran ini enggak terpakai ya teman-teman.
Khusus untuk penghematan anggaran transportasi, saya pribadi bisa melihat dampaknya secara nyata. Enggak cuma uang bensin yang utuh, karena enggak ngantor, enggak antar anak les, enggak pergi kursus, ngemall, dsb, namun juga berkah langit yang semakin biru.
Yeah, orang-orang banyak yang komen katanya kini langit terlihat semakin cerah, bahkan yang di Ibu Kota katanya bisa melihat Gunung Salak dengan jelas (kalau di rumah saya sih kelihatan terus kalau enggak tertutup awan hehe). Konon penyebabnya adalah emisi kendaraan bermotor berkurang, sehingga polusi udara menurun juga. Tak dapat dipungkiri bahwa emisi dari kendaraan adalah salah satu penyumbang efek pemanasan global yang sangat mempengaruhi perubahan iklim.
Eh, hal ini enggak cuma terjadi di negara kita sih, namun juga di seluruh dunia, seperti gambaran infografis di bawah ini:
Polusi udara menurun saat pandemi. Sumber: https://www.liputan6.com/global/read/4217476/headline-polusi-udara-sejumlah-negara-turun-saat-pandemi-corona-bagaimana-indonesia.
Menurut saya hal semacam ini bisa membuat kita memikirkan kembali penggunaan BBM kita selama ini. Mungkin, kalau pandemi usai, kita bisa mulai lebih sering menggunakan transportasi massal, supaya kondisi bumi akan tetap sebagus sekarang kali ya?
-
Anggaran makan di luar rumah
Kalau yang biasanya ada waktu me time ke kafe, pas ngantor makan siangnya di kantin/ resto, atau keluar makan sama keluarga saat weekend, anggaran ini juga bisa dipangkas.
-
Anggaran liburan
Mau liburan ke mana? Lha wong tempat rekreasi tutup. Mau ke luar kota juga dilarang kan sama pemerintah?
Apa lagi yaaa, kira-kira?
Nah, dengan adanya anggaran-anggaran yang bisa kita hemat itu alangkah indahnya kalau pada saat kita di rumah aja, kita bisa menjadi jauh lebih hemat lagi. Jangan mentang-mentang kita di rumah aja dan alhamdulillah ya rezekinya punya fasilitas lengkap di rumah, kita jadi manfaatin segala yang ada di rumah dengan seenaknya. Tetep ya, sebaiknya walau di rumah aja, ada perhitungan penggunaan fasilitas di rumah supaya enggak boncos di akhir bulan.
“Ya suka-suka donk, kan saya masih bisa bayar tagihan listriknya?”
Yaaa, bener sih, hak anda, namun, ingat-ingat saja, segala sesuatu yang kita miliki tak ada yang abadi. Hari ini roda kehidupan kita di atas, esok bisa jadi berada di bawah. Bukanya mendoakan yang buruk, tapi bersiap-siap untuk kemungkinan-kemungkinan buruk tak ada salahnya kan?
Apalagi pada masa sekarang, ada yang merasa hidupnya udah enak, tiba-tiba kena PHK, padahal cicilan masih banyak. Ini kejadian nyata di sekeliling kita, lho. Maka, tetep saran saya, mumpung suasana seperti sekarang, tutup pintu-pintu pengeluaran yang enggak kita perlukan.
Selain menghemat anggaran pengeluaran di masa sekarang, kalau kita menghemat energi khususnya Bahan Bakar Minyak (BBM) dan listrik, maka kita juga secara tak langsung kita sudah memberi manfaat kepada anak cucu kita kelak, yakni:
- Menjaga bumi bebas dari polusi udara berlebih.
- Mewariskan kebiasaan hidup hemat.
- Mewariskan sumber daya alam, di mana kalau saat ini kita menghemat energi, maka anak cucu kita kelak masih bisa menggunakannya. Syukur-syukur pada masanya kelak, anak cucu kita tidak lagi tergantung pada energi dari fosil (sumber bahan bakar sekarang), namun bisa memakai sumber energi lain seperti sinar matahari, air laut, dll.
Lalu, bagaimana cara menghemat pemakaian energi (listrik, gas, air, dll) selama di rumah aja?
“Huweeehh, dari tadi curhat melulu masalah energi cepat abisnya, mana nih tips yang dijanjikan sesuai judul artikel?”
Howalaaah, iya iya maap maap…
Saya cerita panjang lebar di atas itu maksud dan tujuannya supaya kita merenung bersama gitu, teman-teman, mengenai “Apa betul uang kita cepat habis buat bayar-bayar tagihan listrik, air, bolak balik beli tabung gas, dll, itu disebabkan karena sengaja dinaikkan sama yang di onoh atau karena kekeliruan kita sendiri yang mungkin secara enggak nyadar, selama di rumah aja ini, jadi lebih boros?”
Nah, saya punya usulan nih, bagaimana kalau kita melakukan evaluasi bersama-sama terhadap energi-energi apa saja yang kita konsumsi. Bisa melakukan semacam cek list sederhana terhadap beberapa perubahan perilaku.
Berikut adalah beberapa hal yang saya rekomendasikan, yang semoga saja bisa membantu teman-teman menghemat energi selama kita beraktivitas di rumah aja:
-Bertanggungjawab terhadap penggunaan listrik
Berikut adalah beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk penghematan listrik:
Hindari vampir listrik
Tadi di atas saya sudah menuliskan kemungkinan bocor-bocor alus dalam penggunaan listrik sehari-hari. Ada yang menyebutnya sebagai “vampir listrik” karena terus-terusan mengisap energi listrik, walau sebenarnya kita enggak pakai. Cara sederhananya bisa dengan mencabut semua colokan apabila enggak dipakai. Charge gadget kita sampai 100 persen setiap kali mau memakainya, sehingga saat digunakan enggak ngecharge-ngecharge lagi apalagi nyolok terus kabel dayanya.
Kalau sudah tak terpakai sebaiknya dicopot ya.
Jangan lupa juga, matikan lampu kalau kita tidak butuh penerangan. Kalau di rumah saya, begitu terlihat mentari pagi muncul, semua lampu di luar/ teras wajib dimatikan, begitu pula di ruangan yang sudah dimasuki oleh cahaya.
Pakai AC seperlunya
Di rumah saya kebetulan enggak pakai AC, hehe. Namun, saudara atau teman yang memiliki AC sih kalau soal penghematan AC biasanya memberi saran untuk menghindari pemakaian AC saat siang hari. Kalau misalnya WFH seperti sekarang ya cukup pindahin saja meja kerjanya dekat jendela atau pintu di mana udara/ angin bisa masuk.
Pilih ruang di rumah yang terang dan dekat jendela untuk beraktivitas selama di rumah. Sumber: Pixabay.
Kalau terpaksa pakai AC sebaiknya atur suhu di atas 20 derajat Celcius. Trus, kalau dirasa ruangan sudah cukup sejuk, bisa kita naikkan suhunya atau matikan (biasanya kalau di rumah neneknya anak-anak itu yang dilakukan hehe).
Jangan pakai lampu saat siang hari
Yaaa, sama sih, seperti pemakaian AC, sebaiknya hindari pemakaian lampu saat siang hari. Pindahkan aktivitas kita ke area ruangan yang lebih terang. Biasanya kita bisa memanfaatkan area ruang tamu atau ruang keluarga.
Matikan perangkat elektronik saat tidur
Matikan lampu dan perangkat elektronik lainnya saat kita tidur atau tidak dipakai. Sumber gambar: Pixabay.
Yes, matikan lampu atau kalau enggak bisa tidur dalam kondisi lampu mati, minimal ganti lampunya dengan lampu tdur yang lebih redup. Jangan lupa matikan semua gadget kita. Oh iya, biasanya ada juga yang ketiduran saat nonton TV, saran saya setting televisinya supaya bisa off sendiri yaaa.
Stock camilan yang bisa tahan lama walau enggak disimpan di kulkas
Tadi di atas saya udah jelasin ya bahwa keseringan buka tutup kulkas juga bisa mengundang vampir listrik. Saran saya sediakan saja stock makanan atau camilan yang awet/ bisa tahan lama walau enggak kita simpan di kulkas. Misalnya, seperti kue-kue kering, keripik-keripik, dll, yang kering-kering gitu lha.
Perbanyak aktivitas tanpa gadget bersama keluarga
Perbanyak aktivitas tanpa gadget selama di rumah aja.
Saat hari libur misal weekend kan otomatis enggak “ngantor” atau “sekolah” tuh, nah, kita bisa mengajak seluruh anggota keluarga buat beraktivitas tanpa gadget. Misalnya bikin DIY-DIY apa gitu, main permainan tradisional, memasak bersama, berkebun bersama, atau bahkan gotong royong beres-beres rumah hehe, yang penting seharian itu penggunaan gadget-nya diminimalisir.
-Berkebun atau bahkan beternak dari rumah
Siapa suka bercocok tanam? Di rumah saya, sengaja halaman saya tuh enggak saya tanemin bunga, tapi lebih ke tanaman kayak pohon belimbing wuluh, jeruk purut, cabe, yang bisa dinikmati buahnya atau dipanen gitu.
Belakangan, saya tertarik dengan ide untuk berkebun dan bahkan beternak di rumah dengan media yang cukup gampang yakni “ember”. Teman-teman bisa googling deh caranya. Tapi saya yakin udah sering muncul di timeline medsos ya hehe. Saya tunjukkan fotonya aja yaaa.
Sumber: Facebook Hidroponik Sawi Sekaligus Ternak Lele.
Nih, saya berminat pengen bikin ginian, teman-teman gimana?
Lumayan kan kalau bisa panen bahan pangan sendiri di rumah, walau lahan terbatas, bisa lebih hemat. Saya yakin, buat teman-teman yang lahannya lebih luas, pasti lebih banyak nih tanaman atau hewan-hewan ternak yang bisa dibudidayakan 😀 .
-Pilah dan ubah sampah jadi sesuatu yang berguna
Di rumah saya, sampah kami pisahkan jadi sampah kering dan sampah basah. Khususnya untuk kardus kemasan makanan atau minuman dll yang masih bagus, biasanya kami kumpulkan jadi satu kantong, supaya lebih mudah diambil oleh pemulung atau kami deliver ke bank sampah. Sehingga sampah-sampah yang masih bisa didaur ulang atau mungkin dijual lagi sampai ke pihak yang tepat, enggak terbuang percuma. Jangan lupa, untuk sampah bekas kemasan makanan dan minuman sebaiknya kita bersihkan dulu, supaya pemulung/ pendaur ulang sampah bisa memanfaatkannya lagi/ menjualnya. Sehingga, sampah-sampah itu berguna, tidak terbuang sia-sia. Kalau terbuang gitu aja, yang ada malah akan menjadi polusi untuk tanah/ bumi.
Pilah sampah rumah tangga kita. Sumber gambar: Pixabay.
Buat yang kreatif nih, sampah-sampah kering tersebut bisa lho dijadikan kerajinan DIY apa gitu. Syukur-syukur kalau hasilnya bagus bisa dijual lagi kan?
Sedangkan untuk sampah basah, kita juga bisa menimbun dan memanfaatkannya sebagai pupuk di lahan kita menanam tanaman. Atau bisa juga pakai metode keranjang Takakura (googling aja) untuk membuat kompos.
Meski sampah basah bisa diolah semacam itu, namun alangkah baiknya kalau kita juga menerapkan untuk berhemat makanan. Caranya adalah dengan tidak mengambil makanan secara berlebihan sehingga ada potensi untuk dibuang sia-sia. Sebaiknya ambil makanan sesuai kebutuhan/ porsi kita sehingga benar-benar habis dan tidak bersisa. Tanamkan mental ini selalu ke keluarga kita, khususnya anak-anak, supaya kalau mereka keluar ke masyakarat mereka akan membawa kebiasaan itu. Jadi, enggak ada lagi cerita datang ke kondangan, ketika makan prasmanan, lalu makanan enggak habis dan dibuang-buang (duh, kapan yaaa, kita bisa ke pesta kondangan lagi? Hiks).
-Sebaiknya, beli barang karena butuh, bukan sekadar karena ingin
Ketika enggak bisa keluar rumah, seperti ngemall, jenuh yaaa. Khususnya kaum ibuk-ibuk nih, xixixi. Maka, kadang pelampiasannya lihat-lihat online marketplace. Ya, kalau menurut saya tak masalah sih cuci mata gitu. Namun, pada saat keinginan untuk memasukkannya ke keranjang belanja, sebaiknya kita pertimbangkan lagi yaaa:
“Saya beli karena butuh atau karena ingin?”
Emang, beli baju, sepatu, tas, enggak boleh?
Yaaa, monggo aja, sih, kalau butuh, cuma saat masa pandemi seperti sekarang ini, apa masih butuh? Hehe.
Belanja dengan bijak. Sumber: Pixabay.
Kalau di rumah kami, belanja online untuk saat ini terus terang juga masih kami lakukan, tapi lebih ke kebutuhan makanan pokok dan camilan hehe. Justru, karena sedang di rumah aja, kami bisa lebh berpikir jernih, bahwa barang-barang yang kami miliki yang sekarang enggak bisa dipakai itu, seperti baju, sepatu, dll, rasanya jadi percuma, hehe. Ini opini saya pribadi aja sih ya.
Oh iya, untuk beli-beli online ini, kemarin juga narasumber LIVE Talkshow KBR yang saya singgung di atas tadi juga memberi tips nih, teman-teman. Tujuannya lebih berkaitan dengan supaya sampah enggak numpuk dan bisa lebih hemat ongkir. Tipsnya kurang lebih begini:
- Sebelum belanja bikin list apa saja yang akan dibeli dan kita udah punya bayangan mau belanja di online seller/ marketplace yang mana, sehingga enggak ada kesempatan browsing-browsing yang nanti malah bikin laper mata apalagi kalap.
- Belanja dalam jumlah banyak sehingga packaging belanjaan walau besar tapi cuma satu dua aja. Sehingga kita bisa menghindari printilan tumpukan sampah saat belanja dikit-dikit yang dapat banyak box/ kemasan itu.
- Belanja banyak di satu penjual supaya lebih bisa menghemat ongkos kirim. Karena disatukan kan pengirimannya, sehingga ongkos kirimnya sekalian.
- Bekas kemasan/ box atau bahkan bubble wrap paket yang masih bagus, sebaiknya kita pergunakan kembali andai suatu saat kita mengirim paket untuk orang lain. Sehingga, enggak jadi sampah gitu aja, melainkan bisa kita manfaatkan kembali. Lebih hemat juga kaaan?
Manfaatkan limbah sampah dari paket belanjaan online yang ada untuk dipakai kembali. Sumber gambar: Pixabay.
Hal tersebut tentu saja berlaku pula apabila kita beli barang-barang kebutuhan secara offline ya teman-teman. Tentu saja butuh kedisiplinan dari diri kita sendiri supaya enggak mudah goyah sih, hehehe.
Kemudian, yang tak kalah penting, jangan sekali-sekali berpikir tentang “berutang” walau ada promo-promo murah. Masa seperti sekarang bukan saatnya untuk nambah cicilan, bahkan kalau bisa malah harus melunasi cicilan, syukur-syukur bisa investasi atau menabung lebih banyak.
Well, jadi begitu teman-teman mengenai bagaimana cara atau tips menghemat energi yang terinspirasi dari LIVE Talkshow-nya KBR kapan hari itu. Maafkeun, kalau saya sekalian tjurhat tentang penggunaan energi di rumah saya melalui postingan ini ya. Semoga yang teman-teman anggap bermanfaat bisa dipraktikkan 🙂 .
Ingat-ingat dengan perubahan perilaku kita terhadap penggunaan energi seperti listrik, gas, dll, maka artinya kita telah melakukan langkah nyata mengurangi pembakaran bahan bakar dari fosil yang merupakan sumber emisi penyebab krisis iklim. Harapannya, dengan menghemat energi di masa sekarang, kita bisa mewariskan langit yang tetap cerah bahkan lebih cerah lagi untuk anak cucu kita kelak, aamiin.
Langit cerah yang semoga bisa kita wariskan untuk anak cucu kita.
April Hamsa
Saya sudah berbagi pengalaman soal climate change. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Climate Change” yang diselenggaraakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis”. Syaratnya, bisa Anda lihat di sini: https://bit.ly/LombaBlogPerubahanIklimKBRIxIIDN
Memang kudu kreatif bgt menghemat di banyak pos, terutama sejak pandemi corona ini ya.
Aku di surabaya yg panasnya koyok gini, ENGGA pakai AC lho 🙂 Ini mayan bgt bikin listrik irit
Tapi selama 2 bulan ini bayaran listrikku relatif aman, bahkan turun sedikit. Mungkin karena kita lebih sering aktifitas tanpa menggunakan listrik. Karena memang selama di rumah saja yang paling sering nyala tuh AC dan kita ngakalin banget gimana caranya biar gak semua AC nyala di rumah. Heheheheee
biasanya sih, aku melakukan hemat energi gak nyalahin tv sama lampu di siang hari. terus kalo ke luar rumah harus matikan semua kecuali kulkas,
Betul banget ya, tanpa kita sadari kegiatan saat stay at home ini bikin listrik melonjak. Harus pinter-pinter menghemat ya. Kebetulan aku di rumah juga gak pake AC adanya AC (Angin Cendela) hehe..Tapi suamiku sangat strict soal menghemat energi ini, seperti matiin lampu kalo sudah ngga dipake, nyabut colokan kalo pas nggak dipake, dan lain-lain. Akunya yang kadang suka lupa..ups..
What? Bayar listriknya sejuta? Mayan bikin nyesek. Kalau aku rata-rata di 400an dan naik turunnya ga jauh beda. Mau turunin tagihan kayak lagi diet. Susah hahaha
Akhirnya diakali aja. Matikan perangkat listrik kalau ga dipake terutama lampu di malam hari pas tidur
Mba terima kasih sudah berbagi tipsnya mba. Iyap aku sering tuh mba matiin listrik aja kalau udah mau tidur. Lebih tenang dan hemt listrik juga
Menghemat listrik juga merupakan bagian dari memelihara lingkungan dan mengatasi masalah perubahan iklim secara tidak langsung. Btw, tagihan bulan lalu dimana kami banyakan di rumah yang notabene memerlukan banyak sumber daya listrik ternyata masih sama tagihannya dengan bulan-bulan sebelumnya.
Aku baru tau loh Mak kalau sering buka pintu kulkas itu jadi malah makin boros listrik gitu deh aku soalnya sering banget dan gak ngeh
Salah satu mnghemat listrik cat tembokku semua warna Putih mba dah gitu jendela disisi kanan dan Kiri jadi klo siang matahari sinarnya masuk keseluruhan gk perlu pakai lampu
wah tipsnya mantul banget nih kak.. jadi pengen bikin sendiri nanti. Listrik harus dihemat yaa..
Aku sering ribut nih kalau orang rumah kelamaan nyalain AC atau tidak matikan lampu atau TV yang ngga dipakai, bukan masalah tagihan aja tapi hemat energi buat masa depan, ya…
Alhamdulilah di rumaj stabil mba karena emg aku samgat disiplin untuj menghemat listrik bukan apa2 sih sayang aja gitu ga kepake tp nyala misal.kyk lamlu terus tv jg akj biasain cabut klo ga ditonton
Iya nih, jadi cepet abis token listriknya. Makanya sekarang aku lagi evaluasi lagi, kira2 pemakaian apa yang bisa dikurangi.
Vampire listrik nih kadang aku juga suka lupa cabut charger padahal itu bisa nyedot listrik juga ya, harus mulai dibiasakan nih
Pas baca jangan sering buka tutup kulkas aku jadi guyu sendiri.. Ini kan kegiatan aku kalo di rumah udah gak ada kerjaan.. Hahaha.. Tp bener dah.. Harus di hemat listrik dr sekarang. Kalo inget video sexy killer dulu suka meringis mikirin nasib anak cucu nanti
Yang bagian bayar listrik, Abinya anak-anak. Jadi penasaran setelah baca blognya kak April. Tagihan listrik kami selama WFH tetep atau naik yaah…?
Mana anak-anak keseringan setel AC karena sumuk, katanya.
Hwaad…??
Bandung gitu lo…((meskipun aku tinggal di Bandung daerah sahara, tapi tetep, buat aku mah…Bandung adeemm))
Bener juga yaa… di rumah terus gini memang penggunaan listrik jadi meningkat. Semua orang online dan memanfaatkan peralatan listrik untuk mengisi kesibukan. Memang harus punya kesadaran untuk mengurangi penggunaan listrik di beberapa pos tertentu.
Aku udah mulai bertanam sayuran dan cabe nih, Pril. Lumayan kan bisa menghemat uang belanja. Dari sedikit mungkin nanti bisa nambah banyak tanamanku. Kalo listrik, udah sejak 6 tahunan selalu cabut kabel misal udah nggak kepakai, mayan banget penghematannya
Selama di rumah saja bukan cuma badan aja yang bengkak tapi tagihan listrik Juga bengkak bahkan melambung hingga Tinggi
Selama di rumah aja kayaknya sy paling boroa kuota. Air hemat krn cucian jd dikit anak2 ga sekolah. Gas sama aja krn memang masak. Alhamdulillah listrik juga hemat.
Aku di rumah mertua listrik biasa aja. Mamakku yang cuma berdua sama bapakku, listrik naik drastis. Padahal penggunaan normal. Kulkas, lampu, nasi aja masaknya make kayu.
bener banget nih mba, kita emang harus bisaa menerapkan listrik pintar sih..
Setuju mba.
Mari kita mulai menghemat energi dari diri kita sendiri, dan mulai sekarang juga.
Bayangkan jika setiap orang melakukannya, bisa menjadi hal besar untuk menyayangi bumi!
Listrikku juga naik nih sekitar 50% hiks. Langsung aku ceramahin anak2 utk hemat energi. Mudah2an bulan depan udah normal lagi deh.
kadang emang ada yg gitu mba, katanya sih subsidi silang hehe