“Aku belum siap toilet training anakku. Soalnya masih repot nih.”
“Ntar-ntar aja toilet training-nya, soalnya anaknya masih suka ngompolan kalau dilepas popoknya.”
Hmmm, ntar dan ntar aja, xixixi…
Eh-eh, maaf saya enggak ngejudge, lho. Soalnya saya dulu juga gitu, maju mundur saat mau melatih anak toilet training. Anak-anak saya, baik Maxy maupun Dema itu usianya juga lumayan udah “tuaan” ketika saya mengajari mereka toilet training. Proses toilet training mereka juga cenderung banyak dramanya, bahkan unik. Kalau diingat-ingat kembali bikin saya senyum-senyum sendiri, hehe 😀 .
Toilet training anak memang penuh tantangan. Sumber: Freepik.
BTW, adakah yang penasaran bagaimana pada akhirnya saya berhasil melatih anak-anak toilet training? Baeklah, melalui postingan kali ini, mumpung sempet, saya mau cerita pengalaman saya mengajari anak-anak toilet training yaaa 🙂 . Barangkali para moms dads yang masih galau mau ngajarin anak toilet training bisa terinspirasi 😀 .
Alasan orang tua menunda toilet training anaknya
Emang ngajarin anak pipis dan buang air besar (BAB) di toilet itu tak mudah yaaa. Seperti yang saya bilang tadi, saya juga sempat menunda toilet training anak-anak saya. Baik Maxy maupun Dema, sepertinya baru mulai toilet training saat usia mereka 3 tahun lebih. Itu pun enggak berjalan mulus, hehe. Sempet beberapa kali kepengen nyerah aja ngajarinnya 😛 . Ntar, saya ceritain di bawah cerita toilet training Maxy dan Dema ya 😀 .
Waktu itu alasan saya menunda toilet training antara lain karena (BTW, pssstt, alasan ini kayaknya hampir sama dengan alasan orang tua kebanyakan :D):
-
Orang tua belum siap mental
Iyes, saya belum siap mengajari anak untuk toilet training. Waktu anak saya masih satu (Maxy aja), saya udah terlanjur nyaman makein Maxy clodi dan popok sekali pakai (pospak).
Baca juga: Maxy Ber-Clodi
Enggak kebayang kan? Kondisinya anaknya udah enak diajak maen, namanya balita ya, biasa digoda-godain gitu. Lagi fase lucu-lucunya, masa harus “dirusak” dengan keriweuhan bawa anak bolak-balik ke toilet hanya untuk memastikan dia mau pipis apa enggak?
Belum lagi, waktu itu, sebagai pasangan muda dan anak baru satu, kami juga sering bepergian, rasanya pengen menikmati waktu bersama seperti itu tanpa gangguan pipis dan pup, hahaha. Yaaa, akhirnya toilet training-nya Maxy tertunda deh.
Nah, kalau toilet training-nya Dema, waktu itu juga tertunda karena kan Maxy masih kecil (jarak usia mereka cuma 2 tahun lebih). Saya udah mumet duluan mbayangin bagaimana melatih Dema toilet training, sementara Maxy masih kecil dan butuh perhatian. Intinya saya belum siap mental. Soalnya, saya menganggap belajar toilet training pada waktu itu merepotkan xixixi.
Setiap anak punya cerita toilet training yang unik. Sumber: Freepik.
-
Khawatir tidak bisa konsisten
Nah, ini juga saya khawatir. Kan ada kalanya saya tuh sibuk ngapain gitu ya, ngerjain kerjaan rumah, dll. Maka pernah ada masa saya itu on off gitu, kadang melepas popok anak-anak, kadang juga memakaikannya kembali saat saya sibuk. Juga, pada saat bepergian, karena saya enggak mau repot, anak masih saya pakaiin popok saat di luar, namun begitu di rumah popoknya saya lepas lagi.
Kadang saya khawatir ini malah bikin anak bingung. Sehingga, yawdalah, saya tunda lagi sampai saya merasa bahwa diri saya sendiri bisa konsisten melepas popok anak-anak.
-
Khawatir terjadi insiden yang tidak diinginkan
Ini yang suka bikin geregetan, yakni kalau ada insiden seperti ngompol, BAB di celana atau lebih parah lagi di lantai wkwkwk. Oh, nooo, saya belum siap. Plus, males membersihkannya. Pasti ya butuh waktu, tenaga, belum lagi menguras esmosi (emak macam apa saya ini? Wkwkwk).
-
Anak belum bisa diajak berkomunikasi
Yes, anaknya masih belum jelas ngomongnya, sehingga enggak bisa diajak berkomunikasi. Kalau anaknya udah bisa bilang: “Bunda mau pipis” kan lebih enak yaaa.
Hehehe, ya gitu deeeh, akhirnya saya menunda ngajarin anak toilet training. Kalau moms and dads alasannya apa? #eh
Kapan waktu yang pas untuk toilet training?
Jadi, kapan sih sebaiknya kita mulai mengajari anak toilet training? Saya pribadi enggak bisa menyebutkan kapan pastinya anak-anah siap untuk pipis dan BAB di toilet. Dulu, pernah baca artikel yang menyebutkan bahwa anak usia setahun, khususnya yang udah bisa berjalan, sudah bisa diajarin melepas popoknya.
Namun, ada beberapa kasus teman yang mengajari bayi yang usianya bahkan lebih mudah lagi untuk disiplin ke toilet, lho. Jadi, misal saat bangun tidur gitu, si bayi dibawa langsung ke toilet buat pipis. Orang Jawa menyebutnya dengan istilah “tatur”.
Jadi, saya simpulkan, sepertinya usia anaknya fleksibel ya. Justru, problemnya biasanya di orang tuanya, kayaknya (dalam kasus saya begituh permirsah 😛 ). Maka, menurut saya, waktu yang paling tepat untuk mengajari anak pergi ke toilet saat ingin buang hajat adalah:
-
Ketika anak sudah siap
Yes, anak sudah siap baik secara fisik maupun emosional. Secara fisik, kalau menurut saya si anak ini udah bisa duduk di dudukan toilet atau jongkok kalau bentuk toiletnya begitu. Kemudian, si anak ini bisa menahan/ mengendalikan dirinya pada saat ingin pipis/ BAB (enggak langsung brul, ambrol di tempat dan saat itu juga, gitu). Trus, ciri berikutnya adalah si anak sudah bisa melepas bajunya/ celananya ketika ada hasrat ingin ke toilet atau minimal menunjukkan keinginan buat melepas bajunya kepada orang tuanya.
Sedangkan, secara emosional adalah ketika si anak bisa mengungkapkan perasaannya kepada kita, orang tuanya, bahwa dia ingin pipis atau BAB. Kemudian, ciri-ciri yang lain adalah anak juga terlihat bersemangat saat kita menuntunnya/ membantunya ke toilet.
Beli potty seat yang lucu supaya anak tertarik pipis/ BAB di toilet. Sumber: Freepik.
-
Ketika orang tua siap
Orang tua siap melatih anak untuk toilet training apabila:
- Bisa melihat ekspresi anak saat anak kebelet.
- Memahami jadwal pipis dan BAB anak. Soalnya biasanya anak-anak tuh, tanpa kita sadari, sebenarnya jadwal pipis ma BAB-nya tuh ya sekitar jam itu-itu aja, lho. Coba deh amati.
- Tidak merasa terbebani kalau si anak meminta ke toilet. Ini emang sangat menguras emosi, soalnya kadang anak tuh pas nyampek toilet, udah duduk, eh malah pipisnya enggak keluar, wkwkwk. Belum lagi pas si anak mau pipis/ BAB kita sedang makan atau lagi asyik-asyiknya nonton drakor, yekaaan? 😛
- Sudah ikhlas kalau anaknya ngompol atau BAB sembarangan saat enggak bisa menahan. Ini juga termasuk ikhlas mencuci sprei, membersihkan karpet, lantai, sofa, bahkan mungkin kursi mobil #eh.
- Berkomitmen untuk selalu konsisten melatih anak menjalani toilet training.
- Mampu bersabar dan tidak memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi. Yaaa, namanya anak-anak baru belajar memakai toilet, jangan berharap kita ngajarin sehari, esoknya udah langsung berhasil. Soalnya pasti deh ada drama-dramanya, hehehe.
Yap, jadi begitulah moms dads, jawaban atas pertanyaan, “Kapan waktu yang pas untuk mengajari anak toilet training?” Jawaban tersebut tentu saja berdasarkan atas pengalaman saya pribadi. Kalau ada yang memiliki pendapat lain, monggo sharing di kolom komentar ya 🙂 .
Selanjutnya, cerita soal toilet training anak-anak saya yaaa…
Cerita toilet training Maxy
Tentang Maxy yaaa, hmmm, karena udah lama sekali saya kok agak lupa xixixi. Tapi, yang pasti Maxy tuh udah bisa pipis di toilet tak lama setelah adiknya lahir. Iyes, pas ada adik, dia masih pakai clodi atau pospak, kebayang kan pengeluaran buat pospak buat dua anak hahaha.
Awalnya, saya melepas pospak Maxy saat tidur malam saja. Soalnya menurut pengamatan saya, kalau tidur, pospak Maxy selalu kering, jadi enggak ada pipis saat bobo. Maka, sebelum tidur malam, saya giring ke toilet supaya Maxy pipis. Alhamdulillah, sukses. Free pospak saat tidur malam.
Tahap berikutnya adalah melepas pospak Maxy saat siang hari. Caranya setelah bangun tidur saya langsung bawa anaknya ke toilet. Abis makan, abis minum, abis nyemil, saya bawa juga ke toilet. Kadang, ada waktu tertentu misal sejam sekali saya bawa anaknya ke toilet supaya dia pipis. Tapi seringnya saat udah di toilet dia enggak pipis, hehe.
Maxy sudah bisa pipis di toilet sejak usia jelang 3 tahun. Sumber: Freepik.
Oh iya, untuk urusan pipis, kalau Maxy ini cukup dicontohin aja sama ayahnya untuk pipis berdiri (baru beberapa tahun belakangan saya ajari Maxy kalau pipis harus duduk). Sebenarnya sejak awal saya sudah membelikan Maxy kursi buat pipis/ BAB yang khusus itu (potty seat), eh anaknya enggak mau. Lalu, saya belikan alas untuk dudukan di toilet, anaknya juga enggak mau pakai. Katanya dia takut sama lubang. Jadi yawda deh, terpaksa pipisnya berdiri dulu. Wes, yang penting dia mau masuk toilet dulu lha.
Sedangkan, untuk urusan BAB, seperti yang saya bilang, Maxy takut sama lubang, jadi dia enggak mau duduk. Terpaksa tiap BAB kami masih pakaikan dia pospak. Kami beli tuh pospak merek minimarket yang murce-murce itu. Toh, cuma buat di-eek-in aja kaaan? 😛
Baca juga: Pengalaman Menyapih Anak dengan Weaning With Love (WWL)
Sampai akhirnya saat usianya 4,5 tahun, Maxy saya masukkan ke TK A dekat rumah. Di sana karena Maxy udah mulai mengenal teman, saya coba sounding lagi supaya Maxy enggak takut lagi sama lubang toilet. Saya bilang ke Maxy kalau enggak ada anak TK yang eek-nya di pospak 😛 .
Hingga pada suatu waktu saya coba dudukkan Maxy ke dudukan toilet yang atasnya udah dikasi alas yang saya beli sebelumnya, dulu. Maxy awalnya masih takut-takut, tapi saya pegangin tangannya sambil nyanyi-nyanyi dan cerita-cerita gitu deh. Namun, ini juga enggak mulus, kadang Maxy berhasil BAB, kadang dia nyerah dan pengen BAB di pospak lagi hahaha. Dan saya nurutin kemauannya, wkwkwk. Maklum, emak-emak kurang sabaran 😛 .
Namun, Maxy baru bisa BAB di toilet saat usianya 4,5 tahun. Sumber: Freepik.
Namun, perlahan tapi pasti, mungkin karena pengaruh teman atau guru di sekolahnya, lama-lama Maxy mau juga lho BAB di toilet. Lama-lama dia juga enggak takut lubang lagi, karena udah paham kalau alas di dudukan toilet mampu menahan bokongnya supaya tidak kecemplung lubang yang ditakutinya itu.
Semenjak itu alhamdulillah Maxy udah bisa BAB dengan lancar di toilet. Saya juga udah enggak menemaninya sepanjang proses dia sedang pipis atau BAB di toilet. Jadi, saat udah yakin dia aman di dudukannya, saya tinggal keluar. Kalau udah selesai dia tinggal panggil saya buat nyebokin.
Cerita toilet training Dema
Lain Maxy, lain Dema. Karena saya merasa repot ngurusin dua anak balita, maka saya baru melatih Dema toilet training saat usianya sudah 3 tahun lebih. Pada usia 3 tahun, Dema sudah bisa mengemukakan apa yang dirasakannya kepada kami. Hal ini berbeda dengan Maxy dulu yang cenderung diem aja kalau kebelet pipis/ BAB.
Jadi, buat Dema, saya cuma perlu menyiapkan mental saya aja kayaknya hehe. Kemudian, saya sounding dia untuk mau pipis dan BAB di toilet. Sampai akhirnya ya saya lepas pospaknya. Dema sudah bisa bilang ke saya saat kebelet, walau ya kadang bocor juga hehe.
Dema baru saya latih toilet training saat usianya 3 tahun. Sumber: Freepik.
Oh iya, kalau Dema ini tantangannya adalah pada saat membawanya bepergian. Jadi, kalau bepergian dia tetap saya pakaiin pospak gitu deh. Hingga pada suatu hari, saya siap dan percaya diri membawa Dema bepergian tanpa pospak, ada cerita lucu. Jadi, waktu itu kami abis dari bank, trus berencana langsung pulang ke rumah dengan mobil taksi online gitu. Ndilalah di tengah jalan Dema kebelet BAB huwaaah. Mana jalanan lagi macet pula dan saya pede enggak bawa pospak sama sekali. Akhirnya, Dema BAB di celana. Ketahuan dari baunya wkwkwk 😛 .
Udah ngrasa enggak enak aja sama Pak Driver, akhirnya pas hampir melewati mall, kami minat diturunin di sana aja di mall. Nyampek mall, langsung kami ke toilet, dan benar deh, Dema udah eek. tapi BAB-nya kayak eek kambing gitu. Pas kayaknya dia lagi kurang makan sayur. Bersyukur enggak yang kayak gimana-gimana bentuk kotorannya (enggak usah dibayangin hahaha).
Pernah terjadi insiden Dema BAB di taksi online ketika awal-awal toilet training 😛 . Sumber: Freepik.
Yowes, akhirnya saya gantiin dia celana di sana. Celananya yang kena kotoran saya bilas, saya masukkan kresek, trus kami lanjut pulang ke rumah.
Tapi, meski demikian, untungnya mental saya enggak ngedrop untuk mengajari Dema toilet training. Mungkin juga, karena kakaknya udah makin besar dan bisa kooperatif saat bundanya ngurus si adik kali ya? Jadi, ya alhamdulillah, proses Dema belajar pipis dan BAB lebih cepat dibanding kakaknya dulu.
Tips mengajari anak toilet training
Nah, itulah teman-teman cerita tentang pengalaman saya melatih anak-anak saya toilet training. Saya coba simpulkan, sekaligus saya rangkum menjadi tips mengajari anak toilet training ya. Berikut adalah tips toilet training anak berdasarkan pengalaman saya:
- Pastikan kedua pihak, baik anak maupun orang tua sudah siap (ciri-ciri kesiapannya kayak apa sudah saya bahas di atas ya).
- Jangan memaksa anak, santuy aja. Jangan bikin anak trauma. Kalau anaknya kelepasan ngompol atau BAB di celana jangan dimarahi yaaa. Yang suabaaarr!
- Harus konsisten. Sekalinya enggak konsisten ntar ngulang lagi dari awal dan prosesnya jadi lebih lama lagi (pengalaman begitu 😛 ).
- Jangan menyediakan pospak lagi. Soalnya kalau kita masih ada persediaan pospak, kita akan mudah menyerah, “Ah, besok aja mulai lagi toilet trainingnya” (berkaitan sama “konsisten” di atas). Dalam kondisi kepepet biasanya kita akan lebih termotivasi melatih anak-anak kita pipis/ BAB di toilet.
- Belikan alas dudukan toilet atau potty seat yang motif dan modelnya lucu, supaya anaknya semangat tiap mau pipis/ BAB.
- Beli sprei waterproof untuk mengalasi/ mengcoveri bed dan sofa, supaya saat anak ngompol, kita enggak pusing-pusing amat 😛 .
- Berikan pujian ke si anak saat dia berhasil pipis atau BAB di toilet. Kalau saya dan suami bukan penganut sistem reward, kalau berhasil nanti diberi hadiah apa gitu. Supaya anak ke toilet ya karena emang “panggilan alam” bukan karena “hadiah”. Menurut kami, pujian sederhana seperti “Wah hebat udah bisa pipis di toilet!” itu saja sudah cukup.
Apa lagi yaaa? Itu aja sepertinya ya? Slakan kalau ada yang mau menambahkan atau mau sharing pengalaman/ cerita tentang toilet training anaknya juga. Tulis di kolom komentar ya 😀 .
April Hamsa
dan lucunya aku beliin anakku potty training itu, sama yang ditempel di closet malah gak kepake, akhirnya dia nyaman langsung
Ahahah anakku bokongnya msh belum bisa nempel ke dudukan toiletnya, msh nyemplung gtu, lubangnya kegedean, jd sampai skrng masih kepakai itu poty seatnya 😀
Iya nih, pengalaman lambat melaksanakan toilet training pada anak ke 2, mengakibatkan anakku sering ngompol dan bab di celana…. hiks hiks
pada saat si bontot, sejak awal kebetulan dia tidak suka menggunakan pospak, sehingga malah jauh lebih mandiri
Repot? duh, lebih repot lagi kalau si kecil tidak bisa ke toilet, loh moms
Wah sampai gtu mbak? Ini anak2 baru belajar 3 tahunan tapi alhamdulillah gak ngompol dan BAB lg sih di celana
Sid punya potty seat juga ga pernah dia pakai. Ga mau.
Kenapa yaa padahal kan lucu ada mainannya. Malah sekarang dijadikan tempat ngekum umbah-umbahan bayi.
Kalau potty seat itu anak2 juga gak mau, tapi mereka mau pakai alas dudukan di toilet. Sampai skrng masih mereka pakai hehe
Memang PR terbesar toilet training (biasanya) pada ortu sih
Kadang ngga tega, kasihan dan yg paling sering (ini akuu) MLZ 😀
Semangaatt buibu semuanyaaaa
Haha idem yang paling sering dulu ya malesnya, kan udah enak pakai pospak haha
Toilet training pada anaknya tuh yang pertama kudu siapin mental orangtua dan kudu mau repot. Lalu baru deh pada anak. Kalau ortunya malas atau gak mau ribet, ya gak kelar-kelar
Iyeeeesss bener sekali
Akupun kurang lebih sama sih Mbak, nunggu anak siap dulu. Ciri-cirinya kaya yang disebutin Mbak tadi. Kalau aku justru ngelatih BAB dulu Mbak haha, soalnya kalau udah mau ngeden2 gitu keliatan dari wajahnya. Buru2 deh dibawa ke toilet. Btw lucu juga ya Maxy takut sama lubang. Mirip aku waktu kecil, suka takut ada yang muncul dari dalem lubang. hahaha
Iya kalau BAB keliatan ya tanda2nya. Haha kalau Maxy lbh takut kecemplung lubang 😀
drama banget memang saat toilet training si kecil. Apalagi kalo udah dibawa ke luar rumah wkwk. Anakku dua duanya termasuk cepat sih, mereka jarang pake popok karena ruam. jAdi lebih mudah aja ajari Toilet trainingnya karena ngerasa ga nyaman pup di celana
Iyaaa Dema pernah BAB di mobil orang seperti yg kuceritakan di atas wkwwkk
Kalau pengalamanku karena Najwa dulu mulai TT umur 20 bulan menjelang nursery jadi lebih gampang. Anakna dah paham banget. Kalau Najib sebenernya mulai 1 tahun , jadi yo drama. Mana anak lakik tau sendiri kan, kadang suka gak nahan kalau pipis. Tapi alhamdulillah nggak parah banget dramanya.
Hihihi keren nih, anakku rata2 usia 3 baru TT 😀
Anakku dulu sebelum toilet training sengaja lepas popok sekali pakai mbak, sama sounding terus “kalau kerasa mau pipis bilang ya”. Walaupun kalau di rumah sering bocor-bocor duluan, lama-lama dia paham. Hehehe
Kesiapan mental kedua orang tua untuk ngajarin anak toilet training juga harus sinkron ya, biar anak ga bingung. Btw lucuu banget sih potty seat-nya buat toilet training 😁
Bener kesiapan ortunya nih penting. Sama bocor2 udah risiko haha
Salah satu tahap punya anak yang melegakan setelah berhasil, buatku ya toilet training dan anak lepas diaper sepenuhnya. Karena waktunya panjang banget dan harus konsisten kalau mau sukses. Tetap semangat ya yang masih harus melewati ngajarin toilet training sama anaknya ❤
Bener abis lepas diaper tu lega soalnya lumayan anggaran diapernya wkkwk kan bisa dialihkan buat yang lain yaaa 😀
Putriku Yasmin, toilet trainingnya mulai sejak usia setahun.
Ini lebih kepada dana yang mempet untuk beli pospak, hahaha.
Setuju, mental orang tua yang kudu disiapkan pertama kali, hihihi.
… kudu siap memperhatikan ekspresi dan waktu BAB yang sama, itu juga aku alami.
Rasanya seperti dapat trofi, kalau berhasil membawa buah hati menuntaskan hajatnya tanpa kecolongan, Hayati!
Sesederhana itu, bahagiaku!
Wahaha ya ampon, saya jadi belajar bagaimana membiasakan anak untuk toilet training :’)
butuh proses memang ya
Aku dulu ngajarin anak toilet-training itu pas usia 2 tahun. Anak siap, orangtua siap. Kebetulan waktu itu anakku bisa jalan lancar usia 2 tahun, jadi aku siapnya di usia itu. Datinyang paling sederhana, lepas popok di rumah, sejam sekali rutin tatur anak. Alhamdulillah nggak nyampe 2 bulan tt nya sukses.. Seneng banget rasanya
Aku kebetulan TT nya semua nyambung sama lahiran :v. Jadi sebelum lahiran kudu bisa TT. Rata-rata di 2,5 tahun aman. Yang lucu pas kemaren si Rafif mpup aku dah nyobek dieapersnya eeeeeeeeeeeeeeeehh si Raffa mpup dong ceprol ceprol gitu ke lantai. wkwkwk nangis sampe aku bingung yang mana duluan xD
Horeee lulus ya mak TT akhire
Wah.. Bahas toilet training nih. Aku donk kemarin sukses ngajarin pas anak umur 7 bln tp pas udah 16 bulan lengah lagi.. Hahahaha.. Ini sejak corona. Salahkan corona yg maksa kondisi harus homeschooling.. Halah.. :D. Tp serius memang butuh banget konsisten dr orang tuanya. Padahal kemarin anaknya tiap mau pup pasti lari ke potty. Sekarang gara2 lengah anaknya lbh suka pup di diapers.. Hiks..
Sejak umur 2 tahun anakku juga udah dilatih ke toilet dan Alhamdulillah umur 4 tahun udah bisa sendiri. Tapi karena menurutku masih terlalu kecil jadi aku suka dampingi terus dan periksa apakah bersih atau belum.
seru ya mak ngajarin anak-anak toilet training ada suka dukanya.. ponakanku malah susah banget diajarin ke toilet ujung-ujungnya dijanjiin mainan baru deh nurut hehe
Anasya, sukses toilet training selama di rumah aja, hahaha, jadi bisa hemat diapers juga. memang setiap anak itu berbeda, kita support aja nanti pasti bisa
Kalau dilihat ini kok lucu juga yaa kalau anak kecil pup di tmpt itu 😀 yaa tapi ini sbg pembelajaran sblm ke toilet sesungguhnya ehehe
waktu anak – anak potty training di Geneve dan NYC, kami punya toilet seat anak – anak khusus yang lucuuu banget. Jadi mereka tuh sukaa dan happy di toilet hehehe
Jadi inget jaman bocah pada bayi.. haha.. urusan ke toilet ini gampang2 susah ya.. ortu emang harus sabar dan jeli..
Jadi ingat dulu waktu toilet training marwah, need more effort dan kesabaran banget intinya tuh hehe .
senangnyaaa yg bs taturin anak ..kalau anak saya tipe yg gak mau dipaksa. tapi sejak usia 18 bulan, udah saya bilang kalau mau BAK dan BAB itu di belakang. jd gk pakai istilah pipis2… dan dia mau. kalau kebelet, manggil2 dan saya harus selalu sigap, sengantuk apapun
Aku senang karena Salfa dulu toilet training cuma berlangsung sehari
Semua karena dia ga suka sama bau yang aneh aneh
Bahkan aku merasa, terlalu cepat beli seprei anti air haha
hehe, anak saya sudah mulai usia 1 tahun dikasih toilet training.. alhamdulillah sedikit agak paham ketika mau bab minta ke mamanya
Anak saya lahir tahun 2002 dan belum ada istilah toilet training, bahkan pospak juga masih langka, jadi saya nggak pernah pakaikan pospak. Kalau mau ngompol dan pup ya udah di celana hehe. Jadi alas tidurnya tebal, ada sarung dan perlak juga, dan tiap hari nyuci ompol.
Waktu usia 3 tahun anak saya minta beli springbed, tapi saya ‘ancam’ kalau pakai springbed nggak boleh ngompol nanti dikembalikan ke toko lagi. Ehh, beneran sejak beli srpingbed dia nggak ngompol lagi. Tiap mau tidur pipis dulu di kamar mandi dan kalau kebelet pipis pasti bangunin saya, jadi nggak ngompol lagi deh. Ehh, ini termasuk toilet training nggak yaa?? 🙂
waduh kok dicontohin pipis berdiri. laki2 pun harus pipis jongkok bun. agar tdk najis kemana mana.
Dibaca lengkap kalimatnya ya buunn, hehe 😀
Ada alasannya knp pipis berdiri, anak saya awalnya gak biasa, krn sejak kecil ngompol dengan berdiri. Masuk toilet aja takut 🙂
Saat dia udah paham baru saya ajarin pipis duduk/ jongkok 🙂