Alhamdulillah, Ya Allah, setelah sekian lama menanti akhirnya anak-anak saya Maxy dan Dema memperoleh vaksin Covid-19 anak usia 6-11 tahun. FYI, anak-anak telah menerima vaksin dosis pertama tepatnya pada tanggal 23 Desember lalu di RSAU Dr. M. Hassan Toto Lanud Atang Sendjaja kota Bogor. Vaksin yang mereka terima adalah Sinovac.

Alhamdulillah anak-anak sudah menerima dosis pertama vaksin Covid-19.

Terus terang, begitu pemerintah mengumumkan bahwa vaksin Covid-19 tersedia untuk mereka yang berada di rentang usia 6-11 tahun saya excited banget. Namun, selang beberapa lama kemudian saya jadi agak bingung, anak-anak saya sebaiknya vaksin di mana ya?

Kebingungan saya itu lebih karena kondisi anak-anak yang saat ini tidak bersekolah di sekolah formal. Sementara saya dengar anak-anak dari beberapa kenalan saya bisa dengan mudah memperoleh vaksin di sekolah (formal) masing-masing. Puskesmas di dekat rumah saya juga sepertinya masih adem ayem, gitu.

Kayaknya, memang di kabupaten Bogor masih belum terlalu banyak info di mana anak under 12 tahun bisa menerima vaksin Covid-19. Berbeda dengan beberapa tempat lain seperti Depok, Jakarta, Tanggerang yang sepertinya sudah mulai riuh kegiatan vaksinasi untuk anak. Eh, tapi ya enggak tahu kalau saya yang enggak denger kabar ya? Namun, yang jelas puskesmas dekat rumah belum ada program vaksin anak minggu-minggu kemarin itu.

Lokasi vaksin di halaman RSAU Dr. M. Hassan Toto.

Hingga pada suatu hari, di grup WhatsApp Blogger Bogor, seorang teman blogger, mbak Arni, menginformasikan bahwa di RSAU Dr. M. Hassan Toto Lanud Atang Sendjaja mengadakan vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun. Anaknya, Prema, sudah terlebih dahulu vaksin di sana.

Baca juga: Cerita Menerima Vaksin Covid-19 saat Menstruasi di ITC Depok

Kemudian, saya mengecek info tersebut di Instagram RSAU Dr. M. Hassan Toto. Ternyata benar, setiap Senin sampai Jumat rumah sakit tersebut melayani suntik vaksin anak usia 6-11 tahun. Katanya sih terbatas 200 anak per hari.

Syaratnya pun gampang. Tinggal datang langsung ke sana (on the spot) dengan membawa fotokopi Kartu Keluarga (KK). Kami bawa dua lembar fotokopi KK karena yang menerima vaksin ada dua anak.

Saat mengantre untuk dipanggil vaksin.

Oh ya, untuk domisili warga yang boleh vaksin di sana bisa KTP nasional ya, enggak harus warga Bogor. Syukurlah syaratnya demikian, soalnya kami belum bener-bener resmi jadi warga Bogor. KK kami masih terdaftar sebagai warga Jakarta.

Saat hari H, kami berangkat pagi, karena vaksinasi dimulai sejak pukul 08.00 WIB. Beberapa hari sebelumnya bahkan malam harinya, anak-anak sudah saya sounding akan divaksin, supaya enggak kaget.

Saat proses verifikasi data.

Kami sampai rumah sakit sekitar pukul 08.30 WIB. Awalnya saya kira vaksinasi ada di dalam gedungnya, ternyata saya keliru. Vaksinasi anak di RSAU Dr. M. Hassan Toto Lanud Atang Sendjaja diselenggarakan di area terbuka, tepatnya di samping parkir motor. Terlihat ada tenda di sana.

Kami pun langsung menuju ke sana, terlihat beberapa anak dan orang tua sudah mengantre. Namun, enggak crowded juga sih. Disediakan tempat duduk juga dan semua tertib.

Kemudian, kami langsung diarahkan ke petugas pendaftaran. Di meja pendaftaran kami diberi formulir yang wajib diisi. Isinya lebih banyak pertanyaan mengenai data dan status kesehatan si anak.

Setelah itu, kami menunggu giliran dipanggil untuk pemrosesan data anak-anak. Di sini petugas memverifikasi data anak-anak, apakah sudah sesuai dengan KK atau belum. Prosesnya cepat, kayaknya cuma memverifikasi nama dan NIK doank.

Selanjutnya, kami diminta menunggu lagi. Enggak lama sih, paling sekitar 10-15 menitan untuk cek tensi darah. Anak-anak tensinya agak rendah waktu itu, namun menurut petugas masih dalam kondisi bisa menerima vaksin.

Ketika ditensi, karena enggak biasa, anak-anak awalnya mengira udah akan disuntik, padahal belum, hehe. Saya pun menjelaskan ke anak-anak tujuan ditensi itu apa, supaya mereka enggak terlalu tegang.

Maxy saat ditensi.

Terus terang, awalnya yang paling saya khawatirkan tuh Maxy, karena sejak kecil tiap vaksin atau ke dokter, anaknya agak heboh. Bahkan, sebelum kami berangkat, Dema beberapa kali ngledekin kakaknya, “Maxy jangan nangis, ya!” Eh, enggak tahunya yang tegang saat hari H di lokasi justru si Dema, hehe. Rupanya pada saat giliran dipanggil buat suntik, dia melihat ada anak seumuran dia yang nangis-nangis menolak disuntik.

Dema ngiranya udah akan disuntik padahal belum.

Baik petugas maupun orang tua si anak enggak kunjung berhasil membujuk si anak ini untuk disuntik. Akhirnya, giliran si anak ini diselak (apa bahasa Indonesianya “diselak”? Hahaha 😛 ) oleh anak lain.

Sayangnya si anak lain ini suntiknya juga enggak smooth. Si anak ini yang juga sepertinya sempat diminta cooling down dulu oleh petugas sebelum akhirnya benar-benar siap untuk divaksin.

Pada saat si anak memutuskan siap divaksin, Maxy dan Dema sudah menunggu giliran. Terlihat si anak saat disuntik sampai kayak gemetaran gitu. Lalu, setelah anak itu selesai, saya mencoba menenangkan Maxy dan Dema.

Pertama, Maxy dulu yang dapat giliran disuntik. Awalnya Maxy cool duduk di sebelah petugas yang mau nyuntik. Eh, begitu jarum udah keluar, Maxy mulai agak takut. Akhirnya, bapaknya maju dan megangin Maxy. Alhamdulillah enggak banyak dramanya. Saat disuntik anaknya juga enggak tegang dan berusaha nahan-nahan, cuma merem aja, hehe.

Maxy saat divaksin.

Saya tanya ke Maxy, “Gimana, sakit enggak?”

Sakit dikit,” katanya.

Good job, enggak nangis ya!” Puji saya.

Tiba giliran Dema. Wajahnya kayak udah pucet gitu kelihatannya, hehe. Saya bilang memang nanti agak sakit tapi cepet, kok.

Trus, karena Dema kidal, saya minta ke petugasnya untuk menyuntik Dema di lengan sebelah kanan aja. Petugas pun dengan ramah mengiyakan dan membantu membalik kursi yang dipakai buat si anak duduk saat divaksin.

Saya kemudian menemani Dema disuntik, tetapi anaknya enggak saya pegangin. Alhamdulillah, prosesnya cepat. Anaknya enggak bilang sakit, tetapi kayak bingung, gitu. Mungkin mbatin, “Kok ternyata cepet ya?Gitu kali ya? 😀

Dema yang tegang saat disuntik.

Setelah anak-anak selesai suntik, kemudian kami menunggu pemrosesan data lagi supaya bisa dapat bukti sudah divaksin yang nantinya ngaruh ke keluarnya e-sertifikat vaksin. Saat menunggu saya nanya anak-anak lagi, sakit apa enggak saat disuntik.

Kata Maxy: “Enggak.”

Kata Dema: “Sakit kayak ditusuk gunting.” Hyaahh, emang kadang suka lebay hehehe.

Proses pendataan tidak lama. Baru duduk bentar, eh udah dipanggil petugas untuk menerima bukti vaksin dosis pertama. Namun, bapak-bapak tentara yang ikut menjaga di sana menyarankan supaya menunggu 10-15 menit, duduk dulu, untuk memastikan anak-anak baik-baik aja setelah divaksin.

Sambil menunggu, anak-anak kemudian minum dan makan bekal camilan yang kami bawa dari rumah. Alhamdulillah, saat menunggu tak ada keluhan berarti. Anak-anak teralihkan oleh kembalinya drama vaksin si anak yang tadi di awal saya ceritakan gagal vaksin tadi.

Terlihat beberapa petugas dan keluarganya mengerubungi si anak, menjanjikan si anak akan diajak ke McD untuk makan es krim kalau udah vaksin hehehe. Tak lama kemudian, terdengar sorak sorai “Horeee!” dan orang-orang bertepuk tangan karena si anak ini akhirnya berhasil disuntik. Walaupun saya lihat wajahnya kayak jengkel gitu, hehehe.

Setelah semua urusan beres, kami juga membawa anak-anak kami untuk makan es krim, soalnya emang njajiin abis vaksin makan es krim. Namun, enggak ke McD, melainkan di KFC yang lokasinya lebih dekat rumah.

Abis vaksin makan es krim.

Sampai KFC, anak-anak pun memesan es krim dan kentang goreng. Agak nyantai dulu di sana. Kemudian, lanjut makan siang di Sop Ayam Pak Min Klaten yang lokasinya tak jauh dari KFC. Abis itu balik pulang, deh.

Sampai rumah saya bertanya lagi ke anak-anak khawatir ada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), katanya sih enggak. Eeeh, ternyata baru terlihat malam harinya. Maxy demam, namun enggak yang gimana-gimana gitu. Anaknya hanya merasa mengantuk dan akhirnya bopet alias bobo cepet.

Masih ceria belum terasa KIPI-nya.

Kalau efeknya di Dema, katanya sih lengannya pegel dan merasa pusing. Dema juga jadi agak rewel. Akhirnya, malam itu keduanya bobo bersama saya, minta dikelonin.

Keesokan harinya, alhamdulillah Maxy demamnya hilang. Dema enggak pusing dan rewel lagi, walau katanya lengannya masih agak kurang nyaman kalau buat angkat-angkat.

Itu aja sih, efek yang mereka rasakan. Selanjutnya sampai sekarang enggak ada lagi KIPI yang berarti. Alhamdulillah.

Begitulah teman-teman cerita tentang anak-anak menerima vaksin Covid-19 di RSAU Dr. M. Hassan Toto Lanud Atang Sendjaja. Untuk vaksin kedua, kata petugasnya bisa di sana juga kalau bulan depan rumah sakit itu menyelenggarakan vaksinasi lagi atau boleh juga di tempat lain.

Oh iya, tak lama setelah saya pulang vaksin, ternyata saya mendapat kabar kalau sekolah (non formal) anak-anak saya ternyata menyelenggarakan vaksinasi juga. Namun, lokasinya agak lumayan jauh di Jakarta Selatan. Yaaa, siapa tahu nanti vaksin kedua bisa di sana sambil kopdaran ma teman-temannya atau gimana, liat-liat nanti deh 😀 .

Lanjut makan siang di Sop Ayam Pak Min.

BTW, sekalian izinkan saya kasi tips saat menemani anak usia 6-11 tahun vaksin ya, supaya tidak ada drama hehe:

  • Sounding anak jauh-jauh hari mengenai vaksin Covid-19 untuk anak. Jelaskan apa manfaatnya. Kalau anak masih susah mencerna vaksin melindungi mereka dari virus Corona, bisa juga beri tambahana, nanti kalau sudah vaksin sudah bisa ke sekolah, naik kendaraan umum, ke mall, dll dengan lebih nyaman.
  • Persiapkan kondisi fisik si anak. Malam sebelumnya tidur yang cukup dan sebelum berangkat vaksin wajib sarapan dulu.
  • Jangan takut-takuti anak dan usahakan jujur kalau disuntik memang sakit, namun cuma sebentar, dan setelah itu jadi sehat.
  • Bawa air minum dan cemilan supaya saat menunggu giliran vaksin, si kecil enggak rewel.
  • Berikan anak pujian atau kalau ada dananya boleh juga kasi reward setelah divaksin. Bisa dengan mengajak makan es krim, memberikan hadiah, supaya si anak senang dan enggak trauma kalau kelak divaksin lagi. Memorinya merekam reward-nya itu ketimbang sakitnya disuntik #imho.
  • Jika muncul gejala KIPI seperti lengan bekas suntik agak bengkak, kompres dengan air hangat.
  • Jika anak merasa pusing berikan minum yang banyak.
  • Apabila setelah vaksin anak demam, maka ukur suhunya pakai termometer dan amati. Apabila demam lebih dari 38 derajat dan anak rewel, beri obat pereda demam. Pastikan anak minum air putih yang banyak. Amati sampai 2×24 jam. Jika demam tak kunjung turun, maka segera ke dokter.

Semoga tips tersebut berguna ya buat teman-teman, khususnya yang punya anak usia 6-11 tahun yang mau vaksin Covid-19. Semoga anak-anaknya segera mendapatkan vaksin juga dan sehat-sehat selalu.

Sekian cerita atau pengalaman anak-anak saya suntik vaksin Covid-19 di RSAU Dr. M. Hassan Toto Lanud Atang Sendjaja, semoga bermanfaat ya 🙂 .

April Hamsa