Hyaaahh, beneran bocor, deh. Huhu, yaopo ikiii? Kok ya pas banget harinya sama jadwal vaksin Covid-19? Bisa enggak nih aku tetap disuntik vaksin Covid-19 kalau sedang menstruasi gini?” Saya berteriak panik dalam hati. Gimana enggak? Hari itu tanggal 6 Juli, saya dijadwalkan untuk menerima vaksin Covid-19 di ITC Depok. Nah, kalau sedang menstruasi gitu kira-kira masih boleh vaksin enggak yaaa?

Perempuan yang menstruasi boleh menerima vaksin Covid-19

Lalu, buru-buru saya ambil handphone di meja. Saya buka browser dan mengetik “Apakah boleh vaksin Covid-19 saat menstruasi”. Trus, keluar banyak tuh list-nya. Alhamdulillah, ternyata bisaaa.

Memang, beberapa waktu lalu, sempat beredar hoax mengenai vaksin Covid-19 yang menyatakan bahwa kalau perempuan divaksin dalam kondisi menstruasi maka akan ada risiko kesehatan menanti. Alasannya katanya saat menstruasi imunitas menurun.

Baca juga: Mengajari Anak Manajemen Kebersihan Menstruasi sejak Dini. 

Namun, sekali lagi itu HOAX ya teman-teman. Yang betul adalah perempuan yang mendapat menstruasi boleh menerima vaksin Covid-19. Namun, kalau ada keluhan seperti merasa nyeri haid atau pusing (berkunang-kunang) sebaiknya ditunda saja sampai rasa sakitnya hilang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan perwakilan Kemenkes yang saya baca di artikel-artikel hasil browsingan tadi. Teman-teman juga bisa googling sendiri ya untuk informasi yang lebih jelas.

Nah, karena saya kemarin merasa fisik sehat dan enggak ada keluhan nyeri haid walaupun hari pertama, saya putuskan tetap berangkat. Lagipula, kalau ditunda, saya enggak tahu kapan lagi bisa mendapatkan vaksin Covid-19, huhuhu T.T .

Akhirnya saya bisa mendapat vaksin Covid-19 di ITC Depok

Maklum, beberapa kali, enggak terhitung sudah (lebay) saya di-PHP oleh link-link formulir pendaftaran vaksin. Full semua. Bahkan, ada yang menyediakan jadwal akhir Agustus, itu juga udah habis kuotanya.

Nah, minggu lalu, di WAG Mamak Blogger Depok City ada yang share tentang vaksin Covid-19. Iseng saya buka link-nya eh formulirnya masih bisa diisi, tumbeeenn. Langsung deh tanpa pikir panjang saya langsung mendaftarkan diri dan suami. Abis daftar langsung bilang suami dan suami bilang bisa mengosongkan jadwal kalau memang beneran bisa divaksin.

Yawda, beres daftar-daftar, kalau enggak salah keesokan harinya saya dan suami sama-sama menerima chat via WA mengenai jadwal vaksin di ITC Depok, yakni tanggal 6. Alhamdulillah.

Suasana meja pemeriksaan kedatangan untuk peserta vaksin Covid-19 di ITC Depok.

Bersyukur juga lokasinya di ITC Depok soalnya gampang diakses dari rumah. Maklum, kami enggak punya kendaraan dan bingung meninggalkan anak-anak sama siapa. Jarak ITC Depok dari rumah kami di Cilebut cuma butuh waktu setengah jam aja naik KRL. Kebetulan rumah kami dekat stasiun Cilebut dan ITC Depok tuh tinggal ngesot aja dari stasiun Depok Baru.

Selama ini memang berdoa supaya kalau vaksin bisa dapat lokasi yang cukup gampang aksesnya, sehingga memudahkan. Maklum, awal-awal kan pakai KTP tuh kalau vaksin? Kami tinggal di kabupaten Bogor, sedangkan KTP masih DKI Jakarta. Jadi, sebelum-sebelumnya tuh bingung mau vaksin di mana.

Dulu pernah dapat tawaran vaksin di Bogor, tapi itu pun kudu pakai surat domisili. Heuheu, gini amat ya administrasinya? Ruwet!

Namun, ya, itu dulu. Kalau sekarang kan sudah bebas vaksin bisa pakai KTP nasional, tak perlu sesuai domisili lagi.

Yaaa, mungkin udah jalannya dapat vaksin di Depok. Secara, kami dulu hidup di Depok selama 3,5 tahun lamanya dan hampir tiap wiken maennya ke ITC, karena emang deket banget dari rumah kontrakan kami dulu (mbuh opo hubungane hehehe 😛 ).

Eh, tapi beneran lho, pas lagi ngantre divaksin di ITC tuh saya mbatin: “Ya Allah, aku biyen ben minggu tuh main ke sini, enggak nyangka ternyata di sinilah aku dapat kesempatan untuk bisa memperoleh sesuatu yang cukup berharga, yang bisa jadi menyelamatkan nyawaku dan nyawa keluargaku” #mewek.

Cerita vaksinasi Covid-19 di ITC Depok

Yawda cukup melow-melow-nya ah.

Jadi, pas hari H tanggal 6 Juli, saya dan suami berangkat dari rumah pukul 12.45-an lha. Lupa dapat kereta jam berapa, pokoknya sampai stasiun Depok Baru tuh sekitar pukul 13.20-an. Pas banget sesuai yang diminta panitia, datang setengah jam lebih awal.

Oh iya, waktu itu KRL relatif sepi walau 70 persen bangku di gerbong yang saya tumpangi terisi. Rata-rata penumpang juga sudah menggunakan double masker sesuatu peraturan naik KRL yang terbaru.

Saat tiba di ITC. Di-candid Mama Sagara.

Turun di stasiun Depok Baru, penumpang juga tak terlalu banyak. Padahal dulu sebelum pandemi, walau siang hari, begitu keluar KRL, penumpang dari stasiun Depok Baru arah ke Jakarta banyak aja.

Yeah, pandemi mengubah segalanya 🙁 .

Saat keluar stasiun Depok Baru menuju ke ITC Depok, saya melihat bekas bangunan yang sudah dihancurkan. Dulu, ada minimarket tepat di depan stasiun, sekarang udah enggak ada 🙁 .

Saya dan Mama Sagara (baju garis-garis).

Lanjut, saya dan suami berjalan ke arah ITC. Dulu kami biasa melewati gerbang belakang ITC di mana di situ banyak orang jualan gitu. Eh, ternyata gerbangnya ditutup. Penjualnya enggak tahu ke mana, hanya ada beberapa lapak makanan. Kami kemudian agak memutar melewati jalan untuk masuk terminal dan masuk ITC melalui pintu samping.

Ndilalah, kebetulan pintu masuk buat vaksinasi memang melalui pintu itu. Ada tandanya gitu.

Ketika kami mau masuk ternyata dicegat sama pak satpam, diminta menunggu dulu di luar karena lantai atas (lantai 3), lokasi vaksin masih full orang. Sempat bingung sih, kan katanya diminta setengah jam lebih awal, tapi yaweslah sabar aja, wong pelaksanaan vaksinnya sendiri sebenarnya di jadwal jam 14.00 siang kan? Masih ada waktu setengah jam.

Saya dan suami kemudian menunggu di bangku yang tersedia di teras ITC. Ada beberapa babang ojol yang menunggu pesanan (take away) dan beberapa calon peserta vaksin juga. Eh, ketemu ibuk Nurul Laras (member WAG Mamak Blogger Depok City juga yang punya www.curhatlarasati.com) yang turut mengantre di sana juga.

Sekitar setengah jam kemudian, hampir sesuai jadwal pukul 14.05 peserta vaksin yang menunggu di teras diminta ke atas. Kami pun masuk dan menuju ke elevator/ lift untuk naik ke atas. Soalnya semua eskalator mati dan tangga pun disegel pita kuning-kuning gitu. ITC juga kayaknya tutup atau gimana selama PPKM saya tak tahu.

Yang pasti agak melow juga soalnya kan dulu di ITC ramai, banyak aktivitas pedagang dan pembeli. Eh, melihat banyak gerai di ITC tutup dan gelap gulita gitu jadi membayangkan gimana nasibnya para pegawai dan mbak-mbak SPG yang biasa berjualan di sana 🙁 .

Oh iya, balik lift, hanya dibatasi per-5 orang aja. Tombol-tombolnya juga sudah dimodif sedemikian rupa menjadi pedal-pedal untuk mengoperasikan lift.

Lift yang tombolnya dimodifikasi.

Sampai di atas, yang ternyata lokasi vaksinnya ada di parkiran mobil, kami ditanya oleh petugas dapat jadwal vaksin jam berapa, sembari diminta menunjukkan KTP dan chat WA yang dikirimkan oleh ITC. Sesudah itu kami diminta megantre.

Antreannya cukup manusiawi kok, enggak se-horor antrean vaksin di media-media. Sebentar doank dan berjarak. Yang ikut antrean juga cukup disiplin. Saya angkat jempol buat panitia vaksin di ITC Depok.

Tak lama kemudian peserta dicek suhu tubuh serta diverifikasi KTP dan udangan via chat WA-nya tadi, lalu diizinkan masuk ke area vaksinasi.

Isi formulir dulu di sini.

Pertama, peserta mengambil formulir untuk screening kesehatan. Lalu, duduk di kursi yang disediakan untuk mengisi data diri dan suhu tubuh. Kemudian, dipanggil satu-satu sesuai urutan duduk untuk screening administrasi, yakni mencocokkan data penerima vaksin dengan ID/ KTP-nya.

Setelah itu, kami dipersilakan masuk ke area screening/ cek kesehatan. Yang dtanyakan antara lain pernah kena Covid-19 enggak, pernah interaksi sama pasien Covid-19, ada batuk atau pilek atau demam, apakah hamil, apa punya penyakit bla bla. Saya jawab enggak ada semua, namun saya bilang kalau saya menstruasi hari pertama.

Kata mbak-mbak yang ngecek sih enggak masalah kalau menstruasi divaksin. Kemudian, saya ditensi (diukur tekanan darah), alhamdulillah hasilnya normal. Setelah itu saya boleh masuk ke area tunggu lain untuk divaksin.

Ternyata tepat di depan saya ada Mama Sagara alias Mbak Nurul Laras mengantre. Sementara suami saya, saya cari-cari, “Lho endi wong iki?” 

Screening kesehatan.

Saya WA, ternyata suami menunggu di semacam area cooling down, akibat tensinya tinggi, hyaaahh.

Sudah kudugong,” ketik saya 😛 .

Rileks aja Pak, santuy,” kata saya hahaha. Enggak tahu kenapa tensinya bisa setinggi itu. Katanya sih antara nahan kebelet pipis dan emang tidak terlalu nyaman dengan jarum suntik haha 😛 .

Persiapan vaksin.

Akhirnya, setelah Mama Sagara dipanggil, tak lama kemudian giliran saya. Pas mau divaksin, karena saya emang udah niat mau mendokumentasikan, saya izin ke nakes-nya kalau saya mau foto.

Kata mbak atau dokter/ nakes-nya, “Oh iya enggak pa pa.”

Kalau ditanya saat itu deg-deg’an atau enggak ya ada sih rasa itu, namun yawdalah pasrah aja, paling juga cepet.

Eh, tibake pembuluh darah saya tuh kata mbaknya kecil. Jadi agak bolak balik diusap gitu pakai kapas.

Sering olahraga, Bu?” tanya mbaknya.

Ehhmmm, jalan kaki aja sih biasanya,” kata saya. Trus dalam hati, “Huhuhu iyo sih jarang, kelihatan banget ya?”

Pembuluhnya kecil,” komen mbaknya wkwkwk 😛 .

Baiklah abis ini akan sering olahraga,” janji saya dalam hati sambil jeprat-jepret ambil dokumentasi.

Njuuuzz, cepet sih. Enggak berasa.

Setelah pembuluh saya ditemukan, cepet aja sih nyuntiknya, enggak kerasa sakit juga.

Oh ya, BTW, vaksin yang saya terima adalah vaksin Sinovac. Di media sosial banyak yang ramai katanya ketimbang Sinovac mending AstraZeneca. Katanya soalnya kalau Sinovac enggak diakui kalau jalan-jalan ke Eropa.

Cuma membatin: “Hallah lambemu koyok-koyok’o duwe duit buat ke Eropa ae?” 😛

Trus, ada pula yang mengatakan kalau Sinovac tidak memberikan efikasi terhadap virus Corona varian Delta, heuheu.

Ah, mbuh wes sakkarep-karepmu.

Kalau saya pribadi sih saat ini menerima vaksin apapun yang bisa secepatnya saya dapat. Daripada enggak punya perlindungan apa-apa kan?

Trus, semalam ternyata dr. Adam Prabata (dokter yang sering ngetwit soal Covid-19) update status bahwa ternyata vaksin Sinovac terbukti efektif mencegar Covid-19 bergejala hingga meninggal dunia di penelitian skala besar. Datanya sebagai berikut:

  • 87,5% efektif mencegah rawat inap karena Covid-19.
  • 90,3% efektif mencegah masuk ICU karena Covid-19.
  • 86,3% efektif untuk mencegah kematian karena Covid-19.

Data lebih lengkap bisa dicari sendiri di postingan dr. Adam Prabata di IG atau Twitter-nya ya.

Sedangkan, bagaimana efektivitas vaksin ini bisa mencegah terinfeksi dan penularan Covid-19 belum ada datanya menurut WHO.

Namun, ya enggak pa pa sih, yang pasti enggak akan sia-sia kok menerima vaksin Sinovac ini, aamiin!

Abis suntik, kemudian saya diarahkan untuk menyerahkan formulir screening yang saya bawa-bawa tadi untuk diserahkan ke petugas dan ditukar dengan semacam surat/ sertifikat vaksin gitu. Yawda gitu doank sih prosesnya. Kira-kira waktunya sejam lha, sesuai jadwal yang ada di chat WA.

Setelah menerima sertiikat kemudian saya menuju booth foto dan meminta tolong petugas untuk memotret saya. Biasaaa, untuk kenang-kenangan kalau udah divaksin 😀 .

Usai itu, saya kembali mencari suami yang masih berada di area cooling down tadi xixixi. Nenang-nenangin suami sebentar, trus suami akhirnya coba tensi lagi, alhamdulillah turun tekanan darahnya dan diizinkan menerima vaksin.

Suami ketika divaksin.

Fyuuuhh, udah deg-deg’an aja gimana tadi kalau enggak jadi vaksin? Heuheuheu.

Setelah suami vaksin yawda prosesnya seperti saya tadi, menerima sertifikat, kemudian foto-foto di booth.

Abis itu kami cus pulang, setelah sebelumnya mampir supermarket kerfur di lantai bawah untuk beli minuman. Tadinya mau mencari gerai kopi kekinian, namun karena lantai dasar ITC gelap dan kami enggak tahu di mana lokasi gerainya yawda enggak jadi.

Di ITC enggak tahu kenapa semua gerai tutup (mungkin karena dianggap bisa WFH/ jualan online dari rumah), namun kalau supermarket dan sepertinya usaha resto dan food masih buka. Makanya, di lokasi tempat kami menunggu masuk gedung tadi banyak babang-babang ojol menunggu orderan take away. Pas bolak-balik lihat orderan kopi hanya bisa ngiler wkwkwk 😛 .

Mampir kerfur. Dulu saat masih di Depok kami belanja bulanan di sini.

Yaaa, jadi begitulah teman-teman, cerita atau pengalaman saya ikut vaksinasi massal di ITC Depok. Alhamdulillah lancar.

Trus, soal KIPI, alhamdulillah tidak ada yang berarti, kecuali agak njarem aja di lengan bekas suntik. Tapi lusanya udah ilang kok njaremnya. Saya tidak mengalami perubahan dalam kebiasaan tidur maupun makan. Semuanya B aja.

Eh, tapi kalau suami beda lagi ding. Katanya selain njarem, juga merasa agak lemas badannya. Walau enggak yang lemas-lemas banget, soalnya ya masih bisa beraktivitas seperti biasa.

Efek vaksin memang berbeda-beda ya tiap orang?

Tips sebelum suntik vaksin Covid-19

Maka dari itu, sebaiknya persiapkan diri sebelum vaksin.

Beberapa persiapan yang saya lakukan kemarin sih, antara lain:

  • Malam sebelum vaksin tidur lebih cepat.
  • Konsumsi air putih yang cukup.
  • Makan sebelum vaksin.
  • Hindari bacaan-bacaan yang serem-serem yang kebanyakan tentang hoax vaksin.
  • Datang lebih awal dari jadwal supaya tidak terburu-buru oleh waktu dan bisa lebih santai.
  • Jangan lupa bawa KTP, undangan vaksin (jika terjadwal), dan alat tulis sendiri.

Itu aja sih. Ada yang mau menambahkan?

Oh iya kalau bisa bawa bekal minuman atau camilan ringan juga boleh. Kemarin, saya sengaja tidak bawa karena mikirnya bisa beli di minimarket. Eh, enggak jadi beli soalnya minimarketnya dibongkar, hehe.

Alhamduliah sudah divaksin.

Yowes, sekian. Semoga cerita vaksin saya ini bermanfaat yaaa.

Intinya, boleh kok perempuan tuh menerima vaksin Covid-19 asalkan kondisinya sehat. Trus, kalau ada kesempatan vaksin, segera daftar aja, jangan pilih-pilih merek vaksin. Minimal kita punya perlindungan dulu. Sudah banyak kasus orang kena Covid-19 karena menunda vaksin gara-gara menunggu vaksin merek tertentu. Kan miris banget.

Sebaiknya usahakan dapatkan dulu vaksin merek apa aja. Baru nanti kalau kondisi pandemi sudah melandai kasusnya, kita bisa cari booster vaksin lain. Saran dokter-dokter di Twitter sih begitu.

Terakhir, saya ucapkan terima kasih buat ITC Depok yang sudah memfasilitasi vaksin kemarin. Semoga pandemi segera berlalu dan saya beserta keluarga bisa belanja-belanja dengan tenang lagi di ITC 🙂 .

April Hamsa