Kaget nggak sih kalau mendengar bahwa di Indonesia, negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi (kekayaan alam berlimpah) ini, masih banyak orang kekurangan gizi? Sebenarnya mau tidak percaya, tetapi sayangnya hal tersebut bukan hoax, melainkan benar adanya. Laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyatakan bahwa angka nasional prevalensi stunting tahun 2023 adalah sebesar 21,5 persen, yang artinya hanya turun 0,1 persen jika dibandingkan tahun 2022 yakni sebesar 21,6 persen. Huwaaa, miris banget kan? FYI, saya mengetahui fakta tersebut ketika menghadiri media workshop yang membahas tentang cara mencegah malnutrisi dalam rangka Pekan Sadar Nutrisi atau Malnutrition Awareness Week yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Nutrisi Indonesia (INA) dan didukung oleh Nutricia Sarihusada pada tanggal 17 September 2024 lalu di Restoran Paloma, Menteng, Jakarta Pusat.
Media workshop dalam rangka Malnutrition Awareness Week 2024.
Fakta Malnutrisi di Indonesia
Malnutrisi memang masih menjadi salah satu masalah yang signifikan di Indonesia. Laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan RI, angka nasional prevalensi stunting tahun 2023 sebesar 21,5 persen, yang artinya hanya turun 0,1 persen jika dibandingkan tahun 2022 yakni sebesar 21,6 persen. Selain itu, berdasarkan laporan Food and Agriculture Organization (FAO) kasus malnutrisi di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu menduduki peringkat ketiga di Asia Tenggara.
Ada beberapa faktor penyebab malnutrisi, yakni antara lain:
Faktor kemiskinan
Kemiskinan menyebabkan keterbatasan finansial, sehingga kesulitan mendapatkan makanan yang bernutrisi. Keterbatasan finansial juga membuat masyarakat tidak bisa mendapatkan pendidikan, sehingga tidak memperoleh pengetahuan tentang gizi. Selain itu, faktor kemiskinan juga membuat masyarakat kesulitan memperoleh akses layanan kesehatan yang terbaik.
Kurangnya akses dalam memperoleh makanan bergizi
Sebenarnya hal ini masih terkait dengan faktor kemiskinan di atas. Namun, ada pula masyarakat yang sebenarnya bisa mengakses makanan bergizi, tetapi mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan ini karena mungkin sejak kecil picky eater, menderita penyakit sehingga susah mencerna makanan, dll.
Angka kasus malnutrisi di Indonesia masih sangat tinggi.
Rendahnya pengetahuan tentang gizi
Masih banyak masyarakat yang kurang memiliki pengetahuan tentang pemberian makanan bergizi untuk keluarga mereka. Kemungkinan karena memang pemahamannya kurang, karena sudah turun-temurun orang tua mereka juga sebelumnya tidak paham tentang gizi. Selain itu, gaya hidup zaman sekarang yang serba instan juga sedikit banyak mempengaruhi kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak atau junk food, makanan ultra porses, minuman bergula tinggi, dll.
Ketidakmerataan layanan kesehatan
Khususnya di daerah-daerah terpencil, masih kekurangan layanan kesehatan, seperti klinik, rumah sakit, hingga tenaga kesehatan, sehingga masyarakat tidak teredukasi tentang malnutrisi. Apabila sudah mengalami malnutrisi, juga tidak bisa mendapatkan perawatan karena mungkin di lokasi tersebut tidak ada dokter yang menangani maupun fasilitas medis yang memadai.
Masih banyak lagi faktor yang membuat masih banyak rakyat Indonesia mengalami malnutrisi. Parahnya lagi, malnutrisi ini banyak terjadi di kalangan ibu hamil dan anak-anak. Padahal, Indonesia memiliki visi Indonesia Emas 2045. Bagaimana bisa terwujud kalau kondisinya masih seperti sekarang ini, ya, kan?
Malnutrisi bukan tentang kesehatan semata, melainkan masalah yang lebih komplek.
Kalau ditelisik, sebenarnya malnutrisi ini bukan hanya terkait masalah kesehatan semata, melainkan problem lain yang lebih komplek. Tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja untuk mengatasi malnutrisi ini, butuh perhatian dan kolaborasi dari banyak pihak.
Salah satu organisasi di Indonesia yang menaruh concern terhadap masalah malnutrisi ini adalah Indonesian Nutrition Association (INA). Selama ini, INA aktif dengan banyak kegiatan memerangi malnutrisi dengan cara edukasi maupun sosialisasi kepada masyarakat. INA juga menjadi salah satu duta kegiatan Malnutrition Awareness Week yang tahun ini berlangsung pada tanggal 16-20 September 2024. FYI, Malnutrition Awareness Week merupakan annual campaign yang diselenggarakan oleh American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) sejak 2017.
Salah satu kegiatan edukasi dan sosialisasi tentang pencegahan malnutrisi yang dilakukan tahun ini adalah menggelar media workshop dengan tema “Wujudkan Indonesia Sehat dengan Cegah Malnutrisi Sedari Dini”. Media workshop ini juga didukung oleh Nutricia Sarihusada, sebuah perusahaan makanan dan minuman global yang bergerak di bidang nutrisi.
Media workshop Malnutrition Awareness Week 2024
Media workshop yang dipandu oleh Dr. Lula Kamal tersebut menghadirkan narasumber:
- Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK (K) (dr. Luciana), Presiden Indonesian Nutrition (INA)
- Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB (Prof. Ari), Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
- Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH (dr. Ray), Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada.
Dr. Lula Kamal.
Dalam kesempatan tersebut, dr. Luciana menjelaskan mengapa sih setiap tahunnya selalu ada Malnutrition Awareness Week. Tujuan campaign ini adalah sebagai upaya buat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak malnutrisi serta memperkenalkan strategi pencegahan dan intervensi yang efektif.
Beberapa intervensi yang biasanya dilakukan antara lain dengan melakukan kegiatan berikut:
- Edukasi: Dengan cara menyediakan informasi yang mudah dipahami tentang kebutuhan gizi pada berbagai tahap kehidupan. Selain itu, upaya edukasi yang dilakukan adalah memperkenalkan masyarakat pada asupan gizi yang seimbang agar terhindar dari malnutrisi.
- Advokasi: Aktif mendorong perubahan perilaku melalui informasi yang akurat dan berbasis bukti. Selain itu juga berupaya menyediakan sumber daya untuk membantu keluarga mengimplementasikan pola makan sehat.
Dr. Luciana mengatakan bahwa malnutrisi ini bukan hanya terkait memburuknya kondisi kesehatan seseorang, melainkan juga membawa dampak ekonomi keluarga pasien.
Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK (K).
“Malnutrisi, jika tidak dikenali dan diobati, dapat memperburuk kondisi kesehatan individu, terutama mereka yang berisiko seperti orang tua, penderita penyakit kronis, dan pasien dengan infeksi. Malnutrisi bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik dan meningkatkan risiko kematian, tetapi juga memiliki konsekuensi ekonomi yang signifikan, seperti peningkatan biaya rawat inap dan rehabilitasi,” kata dr. Luciana.
Contoh flyer kegiatan INA untuk kampanye mencegah malnutrisi.
Prof. Ari juga memiliki pendapat yang kurang lebih sama dengan dr. Luciana, bahwa yang namanya malnutrisi bukan hanya terjadi karena gizinya buruk, tetapi di belakangnya ada faktor-faktor lain. Prof. Ari kemudian menjelaskan bahwa sebagai tenaga medis dan akademisi tentu saja tidak bisa tinggal diam mengetahui masalah malnutrisi di Indonesia yang masih sangat tinggi angkanya.
Menurut Prof. Ari, zaman sekarang, gaya hidup seseorang memegang peran cukup banyak dalam menyebabkan seseorang mengalami malnutrisi. Sebut saja diet sembarangan tanpa panduan dalam upaya memperoleh berat badan ideal. Banyak orang sering mengurangi makan makanan tertentu, padahal sebenarnya asupan makanan tersebut masih dibutuhkan untuk membentuk energi dalam tubuhnya.
Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB.
Contohnya saat seseorang melakukan diet dengan skip konsumsi karbohidrat dan memperbanyak konsumsi lemak. Akibatnya, berat badannya memang turun, tetapi penyakit jantung bisa mengintai sewaktu-waktu.
Prof. Ari mewanti-wanti supaya masyarakat melakukan diet dengan benar. Bila perlu dengan panduan dan berkonsultasi dengan dokter. Soalnya apabila salah diet, maka yang terjadi tidak hanya malnutrisi melainkan ada risiko terkena penyakit lain.
“Pengertian Malnutrisi menurut WHO adalah kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi maupun nutrisi seseorang. Malnutrisi dapat menyebabkan berbagai gangguan biologi pada orang yang mengalami malnutrisi. Malnutrisi sering kali terjadi underdiagnosis, sehingga penanganan menjadi terlambat dan ini berdampak pada kegagalan dalam proses penyembuhan dan berujung pada peningkatan morbiditas dan kematian,” jelas Prof. Ari.
Lalu, sebagai akademisi, Prof. Ari mengatakan bahwa dari pihaknya pun selama ini aktif melakukan beberapa advokasi, antara lain:
- Bersama Kementerian Kesehatan aktif melakukan kampanye gizi dan membuat program-program gizi langsung ke masyarakat.
- Mendorong Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM) dan Badan Gizi Nasional agar benar-benar bisa mengawasi pangan berkualitas baik sampai ke masyarakat.
- Bersama Kementerian Sosial agar memastikan pemberian bantuan pangan untuk masyarakat yang kurang mampu mengakses makanan.
Masih banyak lagi aktivitas akademisi yang dilakukan dalam mendorong edukasi maupun sosialisasi pencegahan malnutrisi ke masyarakat.
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH.
Tak ketinggalan, sektor swasta pun bisa membantu mengatasi masalah malnutrisi yang terjadi di negara ini. Nutricia Sarihusada salah satunya yang sudah lama menyediakan nutrisi untuk masyarakat dan melakukan edukasi tentang pentingnya pencegahan malnutrisi.
“Untuk menghadapi permasalahan ini diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, organisasi non-profit, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pencegahan malnutrisi. Nutricia Sarihusada, sebagai perusahaan yang fokus pada nutrisi, berkomitmen untuk terus berkontribusi melalui berbagai produk nutrisi, riset dan inisiatif sosial guna mencegah malnutrisi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia,” kata dr. Ray.
Dr. Ray juga menjelaskan bahwa malnutrisi ternyata membawa kerugian ekonomi negara. Sebagai contoh antara lain:
- Biaya perawatan kesehatan untuk stunting (salah satu dampak dari malnutrisi), menurut Bappenas (2019) ternyata biaya medis per anak yang stunting diperkirakan sekitar Rp 6 juta per tahun. Biaya ini adalah 15-20% dari total biaya kesehatan anak-anak Indonesia.
- Menurut estimasi Global Nutrition Report (2020), biaya akibat anemia yang dialami ibu hamil sebagai biaya medis tambahan saat perawatan bisa mencapai Rp 2- Rp 5 juta per kasus.
- Lalu, menurut UNICEF (2020) biaya perawatan rumah sakit untuk anak yang menderita diare akibat malnutrisi dapat mencapai Rp 2- Rp 4 juta per episode, sementara infeksi saluran pernafasan bisa menghabiskan biaya hingga Rp 5 juta per kasus.
Butuh kerjasama dari berbagai sektor untuk mencegah dan mengurangi malnutrisi di Indonesia.
Dengan berbagai contoh pembengkakan biaya kesehatan tersebut, bayangkan berapa total beban ekonomi negara untuk menanggung biaya perawatan yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan apabila tidak terjadi malnutrisi? Fakta yang mengejutkan lagi Total beban Ekonomi pada Sistem Kesehatan mencapai Rp 55 triliun per tahun. Sebuah angka yang sangat fantastis bukan?
Untuk itu, memang sudah semestinya masalah malnutrisi ini tidak cuma menjadi masalah pemerintah, melainkan membutuhkan kolaborasi dan peran aktif dari banyak pihak. Baik dari akademisi, sektor swasta, organisasi kesehatan, bahkan hingga peran aktif masyarakat.
Sebagai orang tua, khususnya ibu, juga bisa berperan dengan memastikan bahwa keluarga kita setiap hari sudah mengkonsumsi makanan yang bergizi baik. Kita juga bisa turut mengedukasi teman atau kerabat terdekat tentang betapa pentingnya mencegah malnutrisi. Dengan demikian, harapannya langkah nyata yang kita lakukan bisa mengurangi masalah malnutrisi di lingkungan sekitar yang terdekat dengan kita.
Kesimpulan:
Beberapa hal yang bisa saya simpulkan dari mengikuti media workshop terkait pencegahan malnutrisi kemarin, antara lain:
- Malnutrition Awareness Week merupakan kampanye untuk mengingatkan masyarakat dunia, salah satunya di Indonesia, bahwa masalah malnutrisi masih belum terselesaikan dengan baik.
- Angka malnutrisi di Indonesia masih sangat tinggi. Bahkan, sesuai hasil Laporan SKI Kemenkes RI, dari tahun 2022 ke 2023 hanya turun sebesar 0,1 persen.
- Faktor utama penyebab malnutrisi antara lain karena faktor ekonomi atau kemiskinan, kurangnya akses dan pengetahuan akan gizi, dan layanan kesehatan yang tidak merata.
- Butuh kolaborasi dari banyak pihak untuk mengatasi malnutrisi, tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah semata.
- Kegiatan yang bisa dilakukan untuk mencegah dan menekan angka malnutrisi adalah dengan edukasi, sosialisasi, hingga advokasi kepada masyarakat.
- Semua entitas bisa melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, bahkan di kalangan masyarakat, bisa mengandalkan orang tua, khususnya ibu, untuk memastikan keluarganya sudah mendapatkan asupan makanan bergizi.
Nah, itulah beberapa catatan saya dari salah satu acara sosialisasi Malnutrition Awareness Week tahun ini. Semoga kita semua bisa mengambil peran sesuai kemampuan masing-masing dalam mencegah malnutrisi, dimulai dari lingkungan terdekat kita ya 😊 .
April Hamsa
keren nih mba kampanyenya, mengajak masyarakat untuk berpikir kalau apa yang masuk ke mulut kita tuh bukan asal masuk, tapi harus bener-bener bernutrisi agar berdampak positif ke tubuh kita
Pengetahuan akan gizi, bagaimana pemenuhannya, kandungannya, jenis makanannya, dan seperti apa yang namanya gizi seimbang memang perlu disosialisasikan berkelanjutan, agar makin banyak yang memahaminya
Menarik banget acara ini, karena semakin mengedukasi kita, terutama para orang tua untuk selalu memperhatian asupan nutrisi dan gizi buat anaknya sejak dini, agar anak tumbuh sehat dan cerdas, serta terhindar dari malnutrisi ya.
Saya menyadari bahwa gemah ripah loh jinawi ini hanyalah slogan setelah sering bertugas ke berbagai wilayah di Indonesia mbak. Bukan hanya yang di luar Jawa, di Jawa pun masih banyak sekali daerah yang gersang dan masyarakatnya hidup dibawah garis kemiskinan. Jangankan untuk makan bergizi, sekedar bisa makan saja sudah alhamdulillah.
Anak-anak sekolah yang sering ijin tak masuk karena harus bekerja supaya ada yang dimakan esok hari.
Seru banget ya acaranya, selain dapat ilmu juga bisa berkoneksi dengan banyak tokoh penting yang jenius banget. Yuk bersama lebih peduli pada isu malnutrisi karena sejatinya itu terkait masa depan bangsa.
Peringkat ke-3 se Asia Tenggara. Astaga. Malu bener kita yak. Padahal kita kan negara agraris yang katanya dilepas di kebon aja udah bisa makan. Tapi kok kenyataannya begini. Miris banget yak. Sedih bacanya.
Tapi memang ya Pril, aku loh pernah baca tulisan dan foto2 teman yang tinggal di pedesaan yang gak juga di pelosok, mal nutrisi sama stunting itu banyak kejadiannya. Ya Allah langsung nangis akutu. Kita tuh sudah merdeka belum sih? Ke mana negara? Ke mana pemerintah yang bertanggung jawab?
Indonesia ini memang kaya, tapi masih banyak saudara-saudara kita yang masih di garis kemiskinan. selain itu karena akses dan sarana yang tidak merata. Faktor ekonomi pun menyebabkan anak-anak mengalami malnutrisi.
Semoga pembangunan semakin merata, terus digalakkan kampaye soal malnutrisi ini karena sebenarnya bisa dicegah sejak dini ya, Mbak.
Kaget banget mengetahui fakta bahwa malnutrisi bukan hanya terjadi pada anak stunting dan wasting aja, tapi di kalangan mapan dan atau org yang obesitas pun bisa aja ngalaminnya
Berarti kompleks banget ya mbak pembahasan malnutrisi ini, dan gak bisa dianggap sebelah mata aja. Harus cepat untuk cari solusi buat mengatasinya, biar gak ada lagi yang kena malnutrisi
Visioner banget INA ya?
Menjadi pembina komunitas di kampung-kampung, saya jadi ngelihat banyak anak mal nultrisi
Literasi orangtuanya rendah, sehingga mereka asal ngasih makan anaknya
Bahkan air putih yang rasanya manis pun dibeli oleh mereka
Nggak bisa dipungkiri bahwa yang sering mengalami malnutrisi adalah orang-orang atau anak-anak yang berada di bawah garis kemiskinan. Kebanyakan karena ya emang belum bisa menyediakan makanan yang bernutrisi sesuai kebutuhan tubuh. Sebagian lagi karena memang kurang faham soal kebutuhan nutrisi untuk tubuh. Sehingga, workshop begini akan sangat membantu untuk menyebarkan informasi soal kebutuhan nutrisi untuk tubuh dan bagaimana memenuhinya.
Di negri ini masih percaya kalo anak gemoy itu lebih baik. Padahal nutrisi yang diberikan sering banget ngawur. Sehat enggak, malnutrisi iya 🐤
Aku jadi ovt nih… tapi bagus siih, jadi meningkatkan awareness untuk pembaca bahwa diet itu bagus kalau ada yang “mengawasi”. Kalau asal kurus aja, jadi malnutrisi dan bisa menimbulkan masalah berikutnya yang bisa jadi memperburuk kesehatan.
Semoga edukasi ini ada langkah berikutnya yaa..
Agar point-point seperti layanan kesehatan dan pendisribusian obat-obatan juga bisa dinikmati seluruh masyarakat INdonesia.
Disini orangtua haris banget upgrade terus tentang gizi yg baik dan tepat utk tumbuh kembang anak2 ya mba jngn smp malnutrisi
Bagus banget yah kak, dengan Malnutrition Awareness Weekend, oleh INA didukung Nutricia Sarihusada ini menggugah kesadaran masyarakat agar sadar dan paham malnutrisi sedari dini sehingga bisa memberikan asupan gizi seimbang untuk keluarga
Miris banget sih sama pengetahuan masyarakat kita tentang nutrisi. Perlu sering2 ada edukasi seperti ini terutama ke daerah-daerah.
bener kak, apalagi kita ada di posisi ketiga se-Asia Tenggara, huhu.
Semoga makin gencar lagi edukasinya dan berkelanjutan dilakukan
Alhamdullilah bisa hadir dan jadi tahu ternyata malnutrisi itu gak berarti kurus kering ya, bahkan gemuk pun bisa terjadi akibat dampak malnutrisi. Noted buat para ibu yang tugasnya menyajikan makanan di rumah
Malnutrisi ini perlu jadi isu yang lebih di up lagi ya, karena udah banyak anak yang kekurangan maupun kelebihan gizi yang akibatnya jadi terganggu kesehatannya. Banyak juga ya upaya yang dilakukan.
Selalu sedih dan merasa miris bila membaca data-data ttg stunting. Semoga dg sosialisasi dan edukasi seperti ini kesadaran akan pentingnya menyadari malnutrisi, pencegahan dan penanganannya menjadi semakin baik.
Betull, setuju, suka tersentuh ya hati kita jadinya. Bagus deh isu malnutrisi ini udah semakin sering disinggung jadi semakin banyak yang teredukasi.
Aamin..
Nah ini dia, makin banayk stunting karena ketidaktahuan dan mitos2 diluar sana tentang gizi yang baik buat anak. semoga sja makin aware setelah ada edukasi ini, para orang tua ayo melek agar anak2nya menjadi anak yang sehat dan dijauhkan dari malnutriisi.
Sedih banget, kesenjangan ekonomi di negara kita tuh sudah parah, ada yang bisa naik jet pribadi jalan-jalan, tapi banyak yang kelaparan padahal kurang gizi bisa merembet ke berbagai penyakit
Edukasi tentang malnutrisi ini memang harus selalu disosialisasikan ke tengah masyarakat.
Terkadang merasa sudah makan dan perut kenyang, ternyata makanan yg dikonsumsi gizinya nggak ada, yg muncul malah penyakit lain. Apalagi nutrisi untuk anak di masa tumbuh kembangnya, setiap ortu harus peduli banget.
Sesungguhnya masih banyak kasus malnutrisi di negara kita ini. Dalam lingkup kecil pun terjadi orang tua yang tidak peduli dengan asupan nutrisi untuk buah hatinya. Anak hanya diberikan sufor dan snack ringan, tidak diperhatikan asupan gizinya, sehingga yang terjadi si anak kurang gizi. Jadi mari kita aware terhadap kasus malnutrisi ini dengan memperhatikan kecukupan gizi bagi keluarga sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.
Pengetahuan mayoritas masyarakat kita tentang gizi memang masih kurang. Makanya perlu ditingkatkan literasinya. Supaya masalah malnutrisi ini bisa segera diatasi.
Malnutrisi ternyata ga hanya terjadi pada anak aja ya. orang dewasa yang kurus dan gemuk juga bisa khususnya buat orang yang melakukan diet.
sedih banget yaa tau kalo faktanya di negri yang kaya akan sumber daya alamnya banyak juga anak anak yang kekurangan gizi, semoga kedepannya angka anak kekurangan gizi bisa berkurang huhu
Alhamdulillah ya bisa ikutan acara ini, nambah ilmu dan wawasan plus bisa mengedukasi kita semua tentang pentingnya malnutrisi sedari dini, terutama buat para orang tua agar menjaga asupan nutrisi yang masuk.
Semoga makin banyak yang tahu dan aware masyarakat ya.
Setuju dengan pendapat Dr. Luciana bahwa malnutrisi bukan hanya tentang memburuknya kondisi kesehatan seseorang, tetapi juga berdampak pada ekonomi keluarga.
Karena jika terkena malnutris lalu kesehatan menurun dan sakit maka otomatis seseorang mesti dirawat ke dokter atau ke rumah sakit, dan semua itu butuh biaya yang tidak murah.
faktor penyebab utama adalah faktor kemiskinan yang ini agak sulit mengatasinya sih, melihat tingkat perkembangan ekonomi negara kita masih di bawah standar. Semoga ke depan ada perubahan yang lebih baik.
Bagus banget programnya. Kita harus serius dengan permasalahan ini. Semoga Indonesia segera terbebas dari darurat malnutrisi dan stunting. Penangannya harus menyeluruh ke segala kalangan dan lapisan masyarakat.
Faktor kemiskinan menjadi salah satu penyebab malnutrisi ya mbak meskipu ada juga kasus pada orang yang berkecukupan karena kurang edukasi mengenai gizi. Semoga malnutrisi angkanya bisa turun di Indonesia
Saya jadi mikir anak anak saya malnutrisi ga ya? Makannya sudah bener apa belum selama ini. Masalah gak suka makan sayur ini yang belum bisa saya atasi. Apalagi kata dokter vitamin sayur gak bisa digantikan dengan vitamin buah.
Sedih juga ya, mengetahui keyataan malnutrisi di Indonesia masih belum ada penurunan yang signifikan, salut dengan Nutricia yang selalu tak kenal lelah mengedukasi masyarakat tentang pentingnya nutrisi untuk anak.
Demi terciptanya generasi emas di masa mendatang
Syok juga pas tahu ternyata masih segitu banyak orang Indonesia yang malnutrisi… padahal kekayaan alam Indonesia begitu banyak dan beragam. Ternyata salah satu faktornya adalah ketidakpahaman tentang pentingnya nutrisi seimbang ya mbak… Harus sering-sering nih diadakan acara edukasi seperti ini supaya semakin banyak yang memahami pentingnya keseimbangan nutrisi untuk kesehatan jangka panjang…
Kalau lihat persentasenya masih besar banget nih PRnya. Padahal pengen menjadikan Indonesia Emas 2045. Generasi cerdas tentunya harus dibantu dengan gizi yang tepat. Semoga aja kita semua saling membantu supaya semakin banyak yang paham akan masalah ini
malnutrisi ini emang masalah yang kompleks ya mbak, disebabkan kemiskinan, kurangnya pemahaman masyarakat tentang gizi juga. Jadi penanganannya memang melibatkan banyak pihak
Di daerahku, desaku sendiri emang masih ada lho anak yang malnutrisi. Makanya penyeluhan soal gizi ini penting buat orang tua terutama itu. Gak jarang banyak Ibu yang masih kurang paham. Anaknya makan nasi doang dibiarin aja. Pas anaknya dibilang stunting, eh ngambek
Pekan Sadar Nutrisi membuka mata kita semua, terutama pada Ibu agar memberikan asupan makanan yang beragam untuk keluarga, agar semua kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Dan memang pemerintah juga harus pro-aktif sehingga terwujud masyarakat sehat, jauh dari malnutrisi apalagi sampai ke stunting.
Edukasi dan advokasi kepada masyarakat khususnya di daerah mwmangvharus lebih ditingkatkan. Apalagi saya yakin di daerah masih banyak yg tidak paham akan itu malnutrisi. Padahal bahayanya gak kalah dari stunting kan ya…
sayang banget kasus stunting masih tertinggi di Asia tenggara ya masuk 3 besar. mungkin krn harga protein masih mahal juga. kayak daging sapi tuh mahal di pasar.
Edukasi tentang malnutrisi ini penting supaya kebutuhan nutrisi setiap orang terutama pada anak dalam masa tumbuh kembang bisa terpenuhi ya